Kemendikbud Cuci Otak Siswa SD Dengan Buku Porno
Terkesan 'masa bodo' dan tak mau belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya tentang buku berbau porno yang beredar di sekolah-sekolah. Disinyalir, Kemendikbud kembali mengedarkan buku berbau pornografi ke Sekolah Dasar.
Peredaran buku porno yang menuai kontroversial terkesan sebagai ajang bisnis untuk mengeruk keuntungan semata. Kemendikbud yang seyogyanya mensorti buku-buku yang bermutu demi peningkatan mutu pendidikan. Justru terkesan hanya mengedepankan proyek 'titipan' yang ujung-ujungnya duit.
Setelah berkali-kali beredar buku-buku berbau pornografi, kali ini Kemendikbud membuat heboh dunia pendidikan dengan mengedarkan buku berjudul "Rara Beruk" karya pengarang Suyono Suyanto.
Buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VI SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) itu tidak beredar di pasaran secara luas, tapi disuplai langsung ke sekolah-sekolah. Banyak yang tercengang dengan sampulnya yang terkesan seronok itu, yang mengumbar bagian dada wanita si tokoh dalam cerita tersebut.
Di sejumlah sekolah menolak buku tersebut karena dinilai tak pantas cover (sampul) buku tersebut. Terlebih diperuntukkan untuk anak SD, dampaknya tentu akan negatif.
Lebih dari itu sebagian menolak karena kisah “Rara Beruk” itu sendiri tak populer dan terkesan dipaksakan. Masyarakat lebih mengenal sosok Rara Jonggrang atau lainnya. Sehingga banyak yang mempertanyakan urgensi cerita itu dengan pelajaran bahasa Indonesia SD kelas VI.
Buku tersebut sudah beredar di sejumlah wilayah, termasuk di kawasan Makassar yang sebenarnya jauh dari kisah cerita buku itu yang disebut dekat dengan Jawa Tengah.
“Di sekolah kami langsung disortir karena tak sesuai,” ujar salah seorang pengajar SD seperti diunggah di dunia maya.
Dalam buku itu ilustrasi gambar berupa seorang perempuan cantik, memakai busana tradisional khas zaman dulu berupa atasan kain yang hanya membebat tubuh sebatas dada (dan menyisakan sedikit cercahan garis belahan dada), sementara bagian bawah berbalut sarung dengan corak Batik. Sangat khas perempuan Indonesia pada cerita-cerita rakyat zaman dulu.
Namun, judul dan cerita buku itu dinilai sejumlah penulis buku tidak sefamiliar cerita Roro Jonggrang, Jaka Tingkir, Ken Arok dan lainnya. Banyak orang baru mendengar nama “Rara Beruk”. Kenyataan ini membuat kalangan penulis buku mempertanyakan seleksi buku di Kemdikbud yang diduga asal-asalan kalau tidak mau disebut ‘ada pesanan’ pihak tertentu.
Sejauh ini Kemdikbud belum mengeluarkan sedikit pernyataan mengenai heboh buku bernuansa porno ini. Karena itu, sejumlah sekolah yang mendapat kiriman buku yang dibiayai APBN ini hanya memfilter lewat ‘menyingkiran’ buku itu untuk tidak dibagikan kepada para siswa sambil menunggu kepastian dari Kemdikbud(m.tv)
0 komentar:
Post a Comment