AS manfaatkan AngryBird untuk Menyadap!
Bocoran dari mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), Edward Snowden, kembali mengungkap rahasia yang disebut-sebut dilakukan AS dan Inggris.
Dalam laporan terbaru dari New York Times dan The Guardian, disebutkan AS dan Inggris memanfaatkan aplikasi smartphone, seperti Angry Birds dan Google Maps, untuk mengetahui data pengguna ponsel, seperti usia, lokasi, jenis kelamin, dan orientasi seksual.
Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Badan Intelijen Inggris (GCHQ) bekerja sama sejak 2007 untuk membangun akses guna mendapat informasi dari aplikasi ponsel dan tablet.
"Di dokumen, disebutkan beberapa aplikasi bisa menyebarkan informasi paling sensitif, seperti orientasi seksual, dan ada juga aplikasi yang merekam data dan mengirim data preferensi seksual, apakah si pengguna itu swinger atau bukan," tulis Guardian pada Selasa (28/1/2014).
Dijelaskan bahwa informasi tersebut bisa didapat dari profil pengguna smartphone yang memainkan Angry Birds. Hal yang biasanya didapat, termasuk status seseorang, single, menikah, dan bercerai.
Selain Angry Birds, AS dan Inggris juga dilaporkan memanfaatkan aplikasi Google Maps untuk mengeruk informasi pengguna, khususnya menyampaikan data tentang di mana keberadaan pemilik ponsel.
"Ini sangat efektif untuk mengetahui siapa saja yang menggunakan Google Maps pada smartphone, demi mendukung sistem GCHQ (Badan Intelijen Inggris)," demikian laporan rahasia pada 2008, yang dimuat New York Times.
Pihak Rovio, perusahaan pembuat Angry Birds, mengaku tidak tahu bahwa ada program NSA dan GCHQ yang bisa menyadap pengguna smartphone.
"Rovio tak tahu dan tak menyadari jika ada pihak ketiga dalam jaringan," kata pejabat bagian marketing dan komunikasi Rovio, Saar Bergstrom.
"Kami juga tidak terlibat dengan organisasi yang disebut itu (NSA dan GCHQ)," imbuh dia.
Pejabat NSA menegaskan pihaknya tak tertarik untuk mengetahui data di luar target intelijen asing. "Implikasi bahwa pengumpulan intelijen asing oleh NSA fokus pada ponsel pintar atau komunikasi media sosial dari rakyat Amerika sehari-hari tidak benar," katanya.
Sementara GCHQ menolak berkomentar soal bocoran tersebut. Namun menegaskan, semua kegiatan mereka "legal, penting dan proporsional."
Aplikasi lain yang disebut dalam dokumen tersebut antara lain situs berbagi foto Flickr, jejaring sosial berbasis film Flixter dan aplikasi yang terkoneksi ke Facebook.
Seperti dimuat BBC, dalam dokumen disebutkan pula bahwa pembuat aplikasi bertanggung jawab atas informasi yang didapat dari setiap aplikasi, tapi tidak ada petunjuk bahwa perusahaan-perusahaan itu setuju untuk berbagi data dengan badan-badan intelijen tersebut. (*lip6/Guardian)
0 komentar:
Post a Comment