Ini adalah sebuah misteri dan fenomena yang menarik yang terjadi di tahun 2005 dan telah berhasil dipecahkan oleh para ilmuwan. Ya, pada tahun itu, di sebuah danau kecil di kota Hamburg, lebih dari seribu ekor kodok ditemukan mati meledak. Apa yang menyebabkan kodok-kodok ini mati meledak atau siapa yang membunuh mereka sekejam itu?
Pekerja lingkungan di Hamburg mengatakan peristiwa ini seperti adegan dari dari film horor atau film fiksi ilmiah, dimana kodok-kodok terus menggembungkan tubuhnya seperti balon dengan sangat besar dan berkedut selama beberapa menit, sebelum mereka tiba-tiba meledak.
"Ini mengerikan," kata ahli biologi Heidi Mayerhoefer kepada harian Hamburger Morgenpost.
"Kodok-kodok itu meledak, isi perut mereka ke luar tersebar hingga satu meter persegi. Tapi kodok-kodok itu tidak segera mati, mereka terus berjuang selama beberapa menit".
Pers segera memblow up fenomena ini, dan memberi judul besar besar seperti "Situs Pembantaian di distrik Altona Hamburg" dan "Kolam Kematian Hamburg". Pemerintah setempat langsung memperingatkan warganya agar menjauh dari danau kecil tersebut.
Sebenarnya Institute for Hygiene and the Environment Hamburg telah secara teratur men-tes kualitas air di kota itu dan tidak menemukan bukti bahwa air disana tercemar.
Orang-orang mulai berspekulasi tentang penyebab fenomena ini. Ada yang menuduh itu disebabkan oleh virus, jamur dan bahkan ada yang mengatakan bahwa kodok-kodok itu sengaja bunuh diri untuk mengontrol kelebihan populasi mereka.
Untunglah seorang ilmuwan spesialis amphibi terkenal di Jerman bernama Frank Mutschmann datang dan menyelidiki fenomena ini. Dia memeriksa kodok-kodok ini.
Dr Frank Mutschmann menemukan semua kodok memiliki sayatan melingkar yang sama di punggung mereka, cukup kecil dan diperkirakan itu adalah pekerjaan paruh burung. Lalu ia menemukan sesuatu yang aneh, hati mereka hilang!
Tidak ada bekas gigitan atau cakaran, jadi tentu kodok-kodok tersebut tidak diserang oleh rakun atau tikus, yang juga akan memakan seluruh kodok, bukan hanya hatinya
Mutschmann berkesimpulan bahwa itu jelas pekerjaan gagak, burung yang cukup pintar untuk mengetahui bahwa kulit kodok ini beracun dan juga menyadari bahwa hati adalah satu-satunya bagian yang layak dimakan.
Begitu hatinya hilang, kodok-kodok ini baru menyadari bahwa mereka telah diserang, yang menyebabkan mereka membusungkan dirinya sebagai mekanisme pertahanan alami.
Tapi karena kodok tidak memiliki diafragma atau tulang rusuk, tanpa hati, tidak ada yang menahan organ mereka lainnya. Paru-paru mereka akan terus meregang hingga di luar proporsinya dan akhirnya robek, membuat organ-organ dalam katak berhamburan keluar.
Fenomena kematian mengerikan dari kodok-kodok ini, pada kenyataannya telah terdokumentasi dengan baik sebelumnya. Pertama kali tercatat di Jerman pada tahun 1968, serta di Belgia, Denmark dan Amerika.
Kodok Hamburg mulai meledak saat musim kawin mereka yang seminggu lamanya. Dr Mutschmann percaya saat itulah gagak masuk untuk mencuri hati kodok yang terlalu sibuk menikmati tingginya gairah seksual.
Lalu apa yang harus manusia lakukan pada gagak, untuk menyelamatkan kodok? Kodok, banyak digemari di Jerman, dan adalah spesies yang dilindungi. Tapi begitu juga gagak. Dr Mutschmann menjawab: "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Ini hanyalah proses alam."
Satu misteri kini telah terpecahkan, namun tetap saja menimbulkan banyak pertanyaan lainnya, seperti: Darimana gagak tahu bahwa hati kodok adalah satu-satunya organ kodok yang penuh nutrisi dan layak dia makan? Dan dari mana gagak tahu letak hati kodok secara akurat?
Memang tidak ada yang tahu, namun kita telah mengetahui bahwa gagak adalah anggota famili Corvidae yang memang dikenal paling cerdas diantara para burung lainnya dan memiliki kemampuan untuk belajar. Bahkan lewat sebuah test, gagak dinyatakan memiliki "self awareness", sesuatu yang selama ini dianggap hanya dimiliki oleh manusia.
Salah satu contoh kecerdasan gagak seperti yang diceritakan dalam video dibawah, adalah gagak yang menemukan biji walnut yang keras dan tidak dapat dia pecahkan dengan hanya menjatuhkannya saja.
Dia kemudian memanfaatkan kendaraan-kendaraan yang melintas di jalan raya untuk melindas dan memecahkan walnut tersebut. Namun tentu setelah walnut tersebut terlindas pecah, akan sulit bagi gagak untuk turun mengambilnya mengingat banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan raya, bisa-bisa dia tewas tertabrak.
Nah, gagak bisa menemukan solusi dari masalah tersebut. Dia menjatuhkannya di persimpangan jalan yang terdapat Lampu lalulintas (traffic light). Setelah walnut terlindas pecah oleh kendaraan, gagak tinggal menunggu lampu merah dan saat kendaraan berhenti, maka dengan aman dia turun dan mulai menikmati walnut tersebut, cerdas bukan . . .
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment