Netanyahu ke Macron: Islam Ingin Hancurkan Israel dan Eropa
Paris – Dalam kunjungannya ke Perancis untuk memperingati pengusiran orang-orang Yahudi Perancis di Paris ke-75, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melanjutkan hasutannya melawan Islam. Ia mencibir istilah “Islamophobia” dan menggambarkan Islam sebagai “terorisme”.
Dalam pernyataannya pada Ahad (16/07), Netanyahu menekankan bahwa Yerusalem adalah ibu kota negara Israel. Ia menyerukan persatuan dan kerja sama dalam melawan Islam yang dianggap sebagai “terorisme”.
“Islam politik berusaha untuk menghancurkan Israel dan negara-negara Eropa,” kata Netanyahu. “Kami telah mendengar suara-suara ekstremis yang tidak hanya menyerukan penghancuran negara Yahudi, tapi juga orang-orang Yahudi sendiri dan setiap orang yang keberatan dan menentang jalan mereka,” tambahnya.
“Anda berbicara dua hari yang lalu di kota Nice tentang Perang Salib dan Anda tulus dengan apa yang Anda katakan. Islam radikal di mana diwakili Iran dan ISIS (Daesh) berusaha untuk menghancurkan kita dan menghancurkan Eropa. Israel adalah tujuan pertama mereka. Mereka tidak membenci Barat karena Israel, tapi mereka membenci Israel karena Barat. Mereka mencoba menghancurkan kita dan Anda, dan karena Prancis adalah kekuatan besar mereka tidak akan mengabaikannya,” tuturnya di hadapan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.
Mengenai Palestina, Netanyahu mengatakan bahwa sumber konfliknya adalah penolakan Palestina untuk mengakui sebuah negara nasional bagi rakyat Yahudi dan membiarkannya hidup dalam damai.
Netanyahu berterima kasih kepada Presiden Prancis karena atas jamuannya dalam momen ini. Ia menekankan persahabatan yang dalam dan lama antara negara-negara Perancis dan Israel. Dalam pidato yang panjang, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengisyaratkan tanggung jawab negara Perancis yang melakukan kampanye pemindahan terhadap orang-orang Yahudi selama Perang Dunia Kedua.
Macron lalu menyerukan keprihatinan terhadap korban kampanye tersebut dan menekankan bahwa pengakuan atas kejahatan adalah jalan menuju rekonsiliasi. Ia mengatakan akan berkontribusi untuk hal-hal yang mendorong kemanusiaan, seperti menerima pengungsi dan memerangi pemanasan global.
Macron juga menekankan bahwa pihaknya tidak akan pernah mengakui “anti-Zionisme” karena ini merupakan bentuk baru anti-Semitisme. Bersama Netayahu, Macron juga membicarakan Suriah dan Iran serta konflik antara Israel dan Palestina di istana kepresidenan di Paris.
Macron diektahui memiliki kebijakan diskriminatif terhadap Palestina. Ia menyatakan penolakan terhadap gerakan boikot Israel (BDS) sebagaimana Presiden Francois Hollande. Selain itu, Macron juga menolak untuk mengakui Negara Palestina.
Adapun soal Suriah, Macron mendorong kebijakan yang “seimbang” terhadap negara itu, termasuk dalam melakukan pembicaraan dengan Bashar Assad. Pasca serangan di Khan Shaikhoun, Idlib, Macron mengusulkan kemungkinan intervensi militer di Suriah. Namun, berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kiblat
0 komentar:
Post a Comment