Hezb-E-Islami Pertanyakan Komitmen Rezim Kabul
Butuh bertahun-tahun bagi pemerintah Afghanistan untuk mencapai kesepakatan damai dengan bekas pemimpin pemberontak Gulbuddin Hekmatyar.
Kebuntuan dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, khususnya pembebasan tahanan Hezb-e-Islami, membuat segalanya dipertaruhkan.
Akhir-akhir ini, loyalis Hekmatyar mengungkapkan rasa frustrasi terhadap pemerintah Kabul.
Hashmatullah Arshad, salah satu juru bicara Hekmatyar, menyebut pemerintah seharusnya melepas tahanan Hezb-i-Islami Senin kemarin, tapi janji itu tidak dipenuhi.
“Mereka berjanji, sesuai kesepakatan damai, tahanan politik kami akan dibebaskan, tetapi tampaknya beberapa 'lingkaran' dalam pemerintah menciptakan rintangan”, ujar Arshad dalam konferensi pers.
Ia memperingatkan bahwa penundaan lebih lanjut akan membahayakan proses perdamaian.
Hekmatyar membuat Hezb-e-Islami di pertengahan 1970-an, yang secara ideologis dianggap "terinspirasi" oleh Ikhwanul Muslimin Mesir dan Jamaat-e-Islami Pakistan.
Para analis menilai, Hekmatyar sedang menunggu saat yang tepat untuk tampil di depan umum dan mendapatkan jabatan di arena politik Afghanistan.
Sejalan dengan keterangan pihak pemerintah Afghanistan, bahwa pemimpin Hezb-e-Islami akan segera mengunjungi Kabul.
“Dia akan datang ke Kabul dalam dua minggu, kami telah menetapkan waktu dan segala sesuatunya, tapi saya belum bisa memberikan rincian”, ujar sumber diplomat.
Pemerintah menegaskan, penundaan permintaan pembebasan tahanan hanya disebabkan masalah teknis.
Ahmad Farzan, juru bicara komisi yang melaksanakan kesepakatan damai, mengatakan:
“70 tahanan akan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang; ada penundaan karena kita ingin jaminan tertulis dari Hezb-e-Islami dan anggota masyarakat yang relevan bahwa tahanan ini tidak akan kembali pada kegiatan anti-negara”
(Anadolu Agency)
0 komentar:
Post a Comment