Erdogan Bagai "Ibu" Bagi Pengungsi Suriah
Referendum konstitusi Turki rupanya turut jadi perhatian sebagian warga pengungsi Suriah yang mencapai 3 juta orang.
Kebijakan nasional pemerintah Turki sangat berpengaruh terhadap masa depan mereka.
Ahmad Mustafa, dan banyak pengungsi Suriah di Turki mulai kehilangan harapan kembali ke tanah air.
"Kami tidak memiliki harapan di Suriah pada tahap ini. Rusia, Iran, dan AS semua menyerang kami dari sisi yang berbeda," ujar Mustafa.
Ia mengeluhkan tak memiliki kemampuan dalam menghadapi intervensi negara asing di Suriah.
"Kami tidak memiliki senjata. Kami bahkan tidak tahu siapa yang membom, kami hanya dibom. Bahkan hewan diperlakukan lebih penting daripada rakyat Suriah", jelasnya.
"Harapan kami hanyalah Allah akan mengubah keadaan (ini)", harapnya.
Banyak pengungsi tidak dapat mencari nafkah layak di wilayah-wilayah Turki seperti di Reyhanli, kota perbatasan di provinsi Hatay selatan.
Pemerintah Turki mendirikan kamp-kamp pengungsi di sisi Suriah dekat perbatasan.
Sementara Bulan Sabit Merah Turki mangaku telah menyediakan bantuan bagi sekitar 5 juta orang di dalam Suriah.
Beberapa pengungsi bisa bekerja sebagai buruh petani musiman atau pegawai lembaga bantuan.
"Saya harus membayar sewa enam tahun dan semua penghasilan saya habis untuk melunasinya", ujar Mohammad Hammadi.
Hammadi menghabiskan banyak waktu bekerja di NGO yang membantu pengungsi dengan kondisi lebih buruk.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, membuka perbatasan Turki bagi pengungsi ketika banyak negara enggan melakukannya.
Erdogan juga menyeru Barat agar berbuat lebih banyak membantu Turki dalam menangani masalah kemanusiaan.
Turki akan melakukan referendum 16 April mendatang. Referendum itu akan mengubah konstitusi negara dengan memberi kekuasaan penuh pada Erdogan.
Meski pengungsi tidak berhak memilih, beberapa diantaranya berharap Erdogan memiliki lebih banyak kekuasaan.
"Tentu saja kami ingin Erdogan menjadi lebih kuat, mungkin ia bisa membantu kami lagi. Mungkin nanti dia bisa membangun rumah bagi kami di sini", ujar Gaceel al-Awaad.
Gaceel hanya menghasilkan sekitar 30 lira ($ 8) per hari dari kerja di ladang. Hampir seluruhnya dihabiskan untuk membayar sewa.
"Kami hanya bisa berdoa pada Tuhan bahwa kami bisa pulang secepat mungkin", tandasnya.
Turki adalah negara penampung pengungsi terbesar di dunia. Selain warga Suriah, mereka juga menerima pengungsi Irak. (Reuters/rslh)
0 komentar:
Post a Comment