Ketua komunitas Muslim Tionghoa Indonesia (MUSTI), Jusuf Hamka mengungkap alasan menobatkan imam besar FPI Habib Rizieq Shihab sebagai Man of The Year, lantaran sempat khawatir aksi bela Islam berujung konflik horizontal antar warga pribumi dan warga etnis Cina terulang.
“Yang merasa diuntungkan adalah komunitas kami, kami khawatir bahwa ini akan terjadi seperti tragedi 1998,” ujar Ketua MUSTI, Jusuf Hamka di salah satu restoran di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, hari ini.
Sebagian besar warga keturunan Tionghoa memang cukup trauma dengan tragedi Mei 1998 sebagai buntut dari kerusuhan menuntut Presiden Soeharto lengser dari jabatannya.
Saat itu, banyak warga etnis Tionghoa yang menjadi korban kekerasan. Rumah, toko, perusahaan dan aset milik kaum Tionghoa dibakar dan isinya dijarah.
Karena kekhawatiran itu, Hamka mengaku melakukan pendekatan kepada Habib Rizieq selaku punggawa seluruh aksi bela Islam yang terjadi di Jakarta. Hamka mengaku mendapat jaminan dari Rizieq bahwa tragedi itu tidak akan terulang, karena aksi bela Islam untuk menuntut Kepolisian mengusut tuntas kasus penistaan agama yang dialamatkan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Saat itu saya datang langsung ke pesantren beliau di Mega Mendung dan dia bilang enggak usah khawatir,” ungkap Hamka.
Sebab, sambung dia, Rizieq menuturkan, jika umat Islam hendak berperang maka akan ada tiga peringatan. Pertama akan ada orang yang mengimbau agar anak-anak dan wanita dievakuasi terlebih dahulu, begitu pun dengan peringatan kedua dan ketiga sampai medan perang benar-benar bersih dari anak-anak dan perempuan.
“Jadi sebenarnya Habib Rizieq itu bukan keras tapi tegas, dan dia sangat welas asih orangnya,” ucap Hamka. (th/rn)
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment