Muak dengan Uni Eropa, Erdogan mengatakan Turki bisa bergabung blok Shanghai
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Minggu bahwa Turki tidak perlu bergabung dengan Uni Eropa “berapapun biayanya” dan bahkan bisa menjadi bagian dari blok keamanan yang didalamnya termasuk China, Rusia dan negara-negara Asia Tengah.
Prospek Turki sebagai anggota NATO untuk bergabung dengan Uni Eropa terlihat lebih jauh dari sebelumnya setelah 11 tahun perundingan, dimana Ankara telah menjadi semakin kecewa dengan ambivalen Eropa – dengan sikap kontra terhadap upaya Turki untuk memerangi teror, terutama setelah upaya kudeta 15 Juli.
“Turki harus merasa nyaman. Tidak menjadi keharusan bagi saya mengatakan Uni Eropa adalah segalanya. Itu pandangan saya,” kata Erdogan saat berbicara dengan wartawan di pesawatnya dalam perjalanan kembali dari kunjungan ke Pakistan dan Uzbekistan.
“Mengapa tidak jika Turki berada di Shanghai Five? Saya mengatakan hal ini kepada (Presiden Rusia) Putin, dan (Presiden Kazakh) Nazarbayev, mereka adalah yang berada di Shanghai Five sekarang,” katanya.
“Saya berharap bahwa jika ada perkembangan positif di sana, saya pikir jika Turki bergabung dengan Shanghai Five, itu akan memungkinkan Turki untuk bertindak dengan kemudahan yang jauh lebih besar.”
China, Rusia dan empat negara Asia Tengah – Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan – membentuk Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) pada tahun 2001 sebagai sebuah blok regional untuk menjamin keamanan perbatasan mereka.
Keanggotaan Turki di SCO, yang awalnya tidak termasuk Uzbekistan dan dikenal sebagai Shanghai Five, akan cenderung membawa kekhawatiran bagi Barat dan sesama anggota NATO.
Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Uzbekistan berbicara bahasa Turki, dan Ankara mendaftar pada tahun 2013 sebagai “mitra dialog” mengatakan mereka berbagi “nasib yang sama” sebagai anggota blok itu.
Mongolia, India, Iran, Pakistan dan Afghanistan adalah pengamat SCO, sedangkan Belarus, seperti Turki, adalah mitra dialog.
Mitra dialog berhak untuk mengambil bagian dalam pertemuan tingkat menteri dan beberapa pertemuan lain SCO, tetapi tidak memiliki hak suara.
Erdogan pekan lalu menyatakan rakyat Turki untuk bersabar sampai akhir tahun mengenai hubungan dengan Eropa dan mengatakan referendum bisa diselenggarakan tentang keanggotaan Uni Eropa pada tahun 2017.
Uni Eropa membuat garis tipis dalam hubungan dengan Turki: masih membutuhkan bantuan Ankara dalam mengendalikan aliran besar migran, terutama dari Suriah.
Namun, hubungan Turki dengan Uni Eropa telah tegang karena Eropa menjadi tempat berlindung dan mendukung anggota PKK dan FETO, terutama setelah kudeta 15 Juli yang gagal yang dilakukan melalui infiltrasi ke lembaga Turki, khususnya militer, di mana lebih dari 240 orang tewas oleh kelompok kudeta.
Yeni Safak
0 komentar:
Post a Comment