Hewan Langka Diselamatkan, Jutaan Manusia di Gaza Dibunuh Pelan-pelan
Dunia tergugah dengan kisah haru penyelamatan macan tutul langka yang mengalami nasib malang karena hidup di kebun binatang yang kehilangan sumber daya alam dan manusianya. Kebun binatang itu disebut sebagai “kebun binatang terburuk” di dunia. Kisah itu berakhir di situ di sebagian media massa. Kisah akan lebih menyedihkan dan lengkap serta menyentuh sisi kemanusiaan dalam arti sesungguhnya bila dinyatakan bahwa kebun binatang itu berada di tengah-tengah “penjara terbesar di dunia” yakni Gaza. Saya sebagian media masih menyembunyikan fakta ini secara sengaja. Ya, Jalur Gaza yang terletak di pantai laut Meditrania.
Akan tetapi, penyelamatan makluk hidup itu hanya terbatas di kamera. Organisasi pembela hak-hak hewan kemudian layak mendapatkan ucapan selamat atas keberhasilannya yang mendapatkan perhatian media massa. Tentu itu adalah tugas simbolik tentu. Sebab aksi itu sama sekali tidak menyelesaikan kerumitan dan fakta kesengsaraan hampir 2 juta manusia di Jalur Gaza yang terblokade selama 10 tahun.
Faktnya, Jalur Gaza kini wilayah yang hidup di bawah politik amoral berubah menjadi wilayah yang tidka layak dihuni dan tidak layak dijadikan tempat bertahan hidup yang layak. Ini yang berkali-kali ditegaskan dan diperingatkan oleh PBB. Jadi sebenarnya persoalan kita bukan bagaimana mengakhir hidup yang bahagia dengan menyelamatkan makhluk hidup langka. Sebab fakta yang menyertainya adalah kemalangan manusia dan hewan sekaligus masih terus dan bertambah parah.
Yang lebih penting, realitas krisis kemanusiaan dan binatang sekaligus di Jalur Gaza bukan karena bencana alam atau krisis SDM dan SDA. Namun penyebabnya adalah politik buatan dan langkah kejam zhalim yang disebut “blokade” Jalur Gaza yang dihuni 2 juta manusia bersama makhluk hidup lainnya dari berbagai jenisnya bukan hanya makhluk langka. Blokade diterapkan Israel dengan tujuan utama ingin mencekik peluang hidup yang layak di Jalur Gaza. Ini kemudian berdampak dan menyebabkan kebun binatang di sana menjadi kebun binatang terburuk di dunia seperti tegas media massa.
Penyelamatan dan pemindahan macan tutul dari saja seharusnya menjadi peluang untuk memahami politik kejam yang diterapkan kepada manusia dan lingkungan dengan segala komposisinya, termasuk kekayaan binatang dan makhluk yang hidup di wilayah yang diisolasi dari dunia itu.
Namun propaganda Israel penjajah memanfaatkan kisah penyelamatan di atas hanya sebagai simbolik untuk memberikan kesan menyesatkan seakan-akan Israel sebagai penyelamat macan tutul menjadi agar bsia hidup lebih baik. Seakan Israel memiliki standar kemanusiaan dan moral tinggi. Namun mereka ingin melalaikan manusia bahwa Israel menerapkan politik blokade.
Dunia nyata memiliki bahasa lain. Fakta yang bicara bahwa kerusakan dahsyat di Gaza akibat blokade telah merusak segala jenis binatang di Jalur Gaza, menghabisi kandang-kandang binatang ternak dengan serangan udara dan darat dalam berbagai operasi militer. Belum lagi pengaruh penghancuran infrastruktur di Jalur Gaza oleh alat-alat berat dan tempur Israel yang mematikan seluruh makhluk hidup di sana termasuk segala jenis burung yang migrasi ke wilayah lain. Sayang fakta itu tidak pernah disebut oleh media massa.
Jadi sesungguhnya pesannya; seekor macan tutul langka diselamatkan dalam kondisi sangat mengenaskan namun kondisi mengenaskan tersebut tetap dibiarkan di Jalur Gaza dengan sponsor Israel secara terstruktur. (at/midleEastMonitor)
0 komentar:
Post a Comment