Alasan yang paling sering didengar dari mereka adalah bahwa riwayat-riwayat yang menceritakan Abdullah bin saba' hanya melalui jalur satu orang yang bernama Saif Bin Umar. Ini tidak lain dan tidak bukan akibat dari kaum Syi'ah itu memang tidak pernah membaca kitab ulamanya sendiri.
Oleh karena itu mari kita lihat salah satu kitab rijal periode awal yang dimiliki oleh kaum Syi'ah, yaitu Rijal al-Kisyi, karya ulama besar mereka yaitu Syaikh Abu Amru al-Kisyi. Di dalam juz kedua pada biografi Abdullah bin Saba', al-Kisyi meriwayatkan beberapa riwayat, dimana intinya Abdullah bin Saba' ini adalah orang yang mendakwakan adanya sifat ketuhanan yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib (radhiallahu 'anhu). Berikut adalah contohnya :
Pertama, yang ini adalah pengaruh Abdullah bin Saba' dalam membentuk keyakinan ekstrim yang sangat parah ada di kaum Syi'ah.
حدثني محمد بن قولويه، قال حدثني سعد بن عبد الله، قال حدثنا يعقوب بن يزيد و محمد بن عيسى، عن ابن أبي عمير، عن هشام بن سالم، قال : سمعت أبا عبد الله (عليه السلام) يقول و هو يحدث أصحابه بحديث عبد الله بن سبإ و ما ادعى من الربوبية في أمير المؤمنين علي بن أبي طالب، فقال إنه لما ادعى ذلك فيه استتابه أمير المؤمنين (عليه السلام) فأبى أن يتوب فأحرقه بالنار.
Dari Hisyam bin Saalim, dia berkata, Aku mendengar Abu Abdullah berkata - dan dia sedang menceritakan kepada sahabatnya tentang Abdullah bin Saba dan apa yang dia dakwakan berkenaan dengan rububiyyah Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib - maka dia berkata, "Sesungguhnya ketika dia (ibnu Saba) mendakwa hal tersebut (sifat rububiyyahnya Amirul Mu'minin) maka Amirul mu'minin memintanya untuk bertobat tapi dia menolak maka Amirul mu'minin membakarnya dengan api.
Perawi :
1. al-Kisyi : tsiqah
http://www.al-shia.org/html/ara/others/?mod=monasebat&id=351
2. Muhammad bin Qoulawaih : tsiqah jalil mu'tamad
http://www.al-shia.org/html/ara/ola/?mod=rezvan&id=226
3. Sa'd bin Abdullah : muttafaq ala tsiqah
http://www.al-shia.org/html/ara/ahl/index.php?mod=ashabhm&id=99
4. Ya'qub bin Yazid dan Muhammad bin Isa
- Ya'qub bin Yazid : tsiqah
يعقوب بن يزيد الكاتب الأنباري كثير الرواية، ثقة، له كتب، منها كتاب النوادر، أخبرنا به ابن أبي جيد عن محمد بن الحسن عن سعد،
و الحميري عنه
Fihrasat syaikh al-Thusi - hal.180
- Muhammad bin Isa : Sementara status Ya'qub sdh cukup.
5. Ibnu Abi Umair : jalil azhim
887 - محمد بن أبي عمير زياد بن عيسى أبو أحمد الأزدي
جليل القدر عظيم المنزلة فينا و عند المخالفين
Kedudukannya mulia dan agung disisi kami maupun disisi penyelisih kami
Rijal Najasyi - hal.326
6. Hisyam bin Salim : Tsiqah tsiqah
هشام بن سالم الجواليقي : مولى بشر بن مروان أبو الحكم، كان من سبي الجوزجان . روى عن أبي عبد الله و أبي الحسن عليهما السلام، ثقة ثقة .
Rijal Najasyi - hal.434
7. Abu Abdillah : Imam Ma'shum
Berdasarkan riwayat diatas, terlihat bahwa al-Kisyi mendapatkan riwayat tersebut dari imam Ma'shum melalui para perawi yang justru dinyatakan tsiqah oleh ulama mereka sendiri. Dan adakah salah satu perawi tersebut yang bernama Saif bin Umar ? Tanya Syi'ah. Pasti jawabannya : Itu Wahhhaabiiiii !!! :)
Selain itu juga ada orang Syi'ah yang kurang bertanggung jawab selalu menantang, kalau memang Abdullah bin Saba' ini memang ada, buktikan ajaran apa yang diwariskan atau pengaruh apa yang diberikan oleh Abdullah bin Saba' di dalam ajaran Syi'ah. Alhamdulillah bukti tersebut tidak terlalu sulit menemukannya, bahkan termuat dalam buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku tersebut adalah :
KECUALI ALI
Diterjemahkan dari Ali Oyene-e Izadnemo
Karya : Abbas Rais Kermani
Terbitan Daftare Tablighat, Iran
Penerjemah : Musa Shahab, M. Ilyas
Diterbitkan oleh Penerbit Al-Huda
P.O. Box 7335 JKSPM 12073
e-mail: info@icc-jakarta.com
Dapat dilihat, disitu tertulis :
Imam Shadiq as dalam menafsirkan ayat, “Segala sesuatu akan musnah, kecuali wajah Allah....”13 berkata, “Yang dimaksud dengan Wajah Allah dalam ayat ini adalah Ali as.”14
Bukankah kalimat tersebut jelas sekali adanya pengaruh Abdullah Bin Saba' ? Kalau kata Syi'ah, tidaak...itu fitnah...Itu pasti Wahhaabbiiiii !!! :)
Sebagai tambahan, berikut adalah sebuah riwayat di dalam al-Kafi karya Kulaini yang menunjukkan bahwa di masa lalu ternyata orang-orang seperti Ibnu Saba' ini tidak sendirian, atau bisa jadi riwayat berikut adalah berkenaan dengan murid-muridnya Ibnu Saba' :
علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن هشام بن سالم، عن أبي عبدالله (عليه السلام) قال: أتى قوم أمير المؤمنين (عليه السلام) فقالوا: السلام عليك يا ربنا فاستتابهم فلم يتوبوا فحفر لهم حفيرة وأوقد فيها نارا وحفر حفيرة اخرى إلى جانبها وأفضى ما بينهما فلما لم يتوبوا القاهم في الحفيرة وأوقد في الحفيرة الاخرى [نارا] حتى ماتوا.
Suatu kaum datang kepada Amirul Mu'minin, mereka berkata : " assalaamu 'alaika yaa rabbanaa".
http://al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/al-kafi-7/11.htm
#Riwayat ini dinilai hasan oleh Majlisi, silahkan lihat
مرآة العقول في شرح أخبار آل الرسول، ج23، ص: 401
Kedua, yang ini adalah pengaruh yang tingkat ke-ekstrim-annya dibawah contoh pertama diatas, yaitu dakwaan imamah oleh Abdullah bin Saba', tetapi tetap ekstrim juga, karena mengada-adakan suatu keyakinan yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dan yang ini bukan berdasarkan riwayat imam ma'shum, tetapi hanya sekedar pernyataan ulama Syi'ah, dalam hal ini al-Kisyi dan al-Naubakhty di dalam Firaq al-Syi'ah.
Rijal al-Kisyi, bagian akhir dari biografi Abdullah bin Saba'
ذكر بعض أهل العلم أن عبد الله بن سبإ كان يهوديا فأسلم و والى عليا (ع) و كان يقول و هو على يهوديته في يوشع بن نون وصي موسى بالغلو فقال في إسلامه بعد وفاة رسول الله (ص) في علي (ع) مثل ذلك و كان أول من شهر بالقول بفرض إمامة علي و أظهر البراءة من أعدائه و كاشف مخالفيه و أكفرهم فمن هاهنا قال من خالف الشيعة أصل التشيع و الرفض مأخوذ من اليهودية
"telah menyatakan sebagian ORANG YANG BERILMU bahwa sesungguhnya abdullah bin saba' itu orang beragama yahudi kemudian masuk islam dan mendukung Ali a.s. Dia berkata ketika masih beragama yahudi bahwa Yusya' Bin Nun itu adalah pewaris Nabi Musa AS dengan cara yang berlebihan, ketika dia sudah beragama Islam, setelah wafatnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dia mengatakan hal yang sama (bahwa Ali a.s itu adalah penerima wasiat dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam).. abdullah bin saba' adalah terkenal sebagai orang yang PERTAMA KALI MEWAJIBKAN KEYAKINAN bahwa Ali a.s sebagai imam, dan dia tidak mengakui orang yang memusuhi Ali a.s, serta memberantas para penentangnya dan mengkafirkan mereka. Dari sinilah asal perkataan orang-orang yang menyelisihi syi'ah (maksudnya Ahlus-Sunnah) : "sesungguhnya dasar tasyayyu' (syi'ah) rafidhah DIAMBIL DARI AJARAN YAHUDI...!!!"
Ref online :
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-rejal/rejal_kashi2/1.html
Firaq al-Syi'ah karya al-Naubakhty :
وحكى جماعة من أهل العلم من أصحاب علي عليه السلام أن عبد الله بن سبأ كان يهوديًا فأسلم ووالى عليًا وكان يقول وهو على يهوديته في يوشع بن نون بعد موسى عليه السلام بهذه المقالة، فقال في إسلامه في علي بن أبي طالب بمثل ذلك، وهو أول من شهر القول بفرض إمامة علي عليه السلام وأظهر البراءة من أعدائه....فمن هڽا قال من خالف الشيعة : إن أصل الرفض مأخوذ من اليهودية
Diriwayatkan oleh sekelompok ahli ilmu (ulama) dari para sahabat 'Ali 'alaihissalam, bahwasannya abdullah bin saba adalah seorang yahudi yang masuk Islam, lalu memberikan loyalitas kepada 'Ali. Saat masih dalam agama yahudi, ia pernah berkata tentang Yusya' bin Nun sepeninggal Musa 'a.s perkataan seperti ini. Lantas setelah masuk Islam, ia berkata tentang 'Ali seperti apa yang dikatakannya kepada Yusya bin Nun. Ia adalah orang yang PERTAMA KALI mengumumkan pendapat wajibnya keimamahan 'Ali as dan menampakkan berlepas diri terhadap musuh-musuhnya... Dari sinilah asal perkataan orang-orang yang menyelisihi syi'ah (Maksudnya Ahlus-Sunnah) : "sesungguhnya dasar/asal rafidhah (syi'ah) DIAMBIL DARI AJARAN YAHUDI...!!!"
Dapat inspirasi dari sini :
Fotonya al-Akh Jaser Leonheart As-Salafee
Berdasarkan kedua contoh kisah Abdullah bin Saba' tersebut, kaum syi'ah sudah tidak mempunyai jalan lagi untuk menafikan sosok Abdullah bin Saba', terutama pada contoh pertama diatas, kisah Abdullah bin Saba' diceritakan oleh imam Ma'shum sendiri, dan sampai kepada mereka melalui para perawi yang tsiqat menurut ulama mereka sendiri juga.
Adapun mengenai ide pemikiran yang dibawa oleh Abdullah bin Saba', terlihat memang ada dua versi, pertama adalah ide dalam memberikan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib, dan ide kedua adalah masalah imamah, dimana secara umum hal kedua inilah yang secara nyata dimiliki oleh kaum syi'ah sekarang.
Adanya dua versi yang berbeda mengenai ide yang dibawa Abdullah bin Saba' tersebut, sekilas akan ada jalan bagi kaum syi'ah untuk menolak sosok Abdullah bin Saba', paling tidak walaupun akhirnya menerima eksistensinya, tetapi dari sisi pengaruhnya, ide yang didakwakan ibnu Saba' yang berdasarkan riwayat shahih mereka adalah masalah ketuhanan Ali bin Abi Thalib, bukan imamah. Sedangkan yang mendakwakan ketuhanan Ali bin Abi Thalib tersebut di sisi syi'ah adalah kaum ghulat. Selain itu juga ide imamah yang dibawa ibnu Saba' tersebut hanya merupakan kisah yang disebutkan al-Kisyi dan Naubakhty berasal dari para ahli ilmu yang tidak diketahui siapa mereka.
Walaupun begitu, kita akan tercengang ketika membaca buku Panduan Akidah Syi'ah, dimana di dalamnya justru menyebutkan secara jelas adanya kolaborasi antara dua versi pemikiran dari Abdullah bin Saba' tersebut. Ketika menjelaskan Perbandingan Antara Imâmah dan Kenabian, dengan gamblang dinyatakan bahwa imamah adalah maqam ilahiah. Berikut adalah kutipan dari buku dimaksud :
Perbandingan Antara Imâmah dan Kenabian
Jika kenabian adalah bimbingan Ilahiah, maka imâmah adalah kepemimpinan Ilahiah. Tugas para nabi adalah memperjelas jalan bagi manusia yang harus ditempuh, sedang para imam bertugas membimbing manusia untuk menapaki jalan tersebut. Oleh karena itu, imâmah dapat dikatakan lebih tinggi dari kenabian. Nabi Ibrahim as baru dapat menggapai kedudukan imâmah setelah beliau diutus (menjadi nabi) dan melalui berbagai ujian yang sangat berat.
“Dan ingatlah, ketika Ibrahim as diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), dan ia menunaikannya. Lalu Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu seorang imam bagi seluruh manusia” Ia berkata, “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman, “Janji-Ku ini tidak akan pernah mencakup orang-orang yang zalim”. (Al-Baqarah : 124)
Dari ayat di atas kita dapat memahami tiga poin:
1.Imâmah lebih tinggi dari kenabian.
2.Imâmah adalah maqâm Ilahiah.
3.Maqâm ini tak dapat digapai oleh pribadi-pribadi non-ma’shûm, karena orang-orang yang tak ma’shûm seringkali mengerjakan dosa, berbuat zalim dan bertindak aniaya.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa ketinggian maqâm imâmah tidak memililki konsekuensi bahwa seorang imam memiliki kedudukan lebih tinggi dari seorang nabi, karena banyak para nabi, termasuk Nabi Islam yang mempunyai maqâm imâmah dan kenabian sekaligus.
Sumber :
Perbandingan Antara Imamah dan Kenabian
Kutipan tersebut berasal dari buku Panduan Akidah, yang di dalam kata pengantarnya disebutkan :
Buku ini, bertujuan untuk memnuhi hal tersebut, dan disusun atas permintaan Markaz-e Jihani-e Ulume Islami (Pusat Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Internasional) di kota Qom, Iran, untuk 4 sks pelajaran Akidah di tingkat Karshenâsi Ma’âref-e Eslâmi (setingkat S1). Dan oleh karena buku ini digunakan sebagai buku studi di kelas, kami memberinya judul Dars-nâmeh-ye Aqâ’id (Buku Panduan Akîdah).
Sumber :
Kata Pengantar Buku Panduan Akidah oleh Dr. Ali Syirvani
Dan berikut akan lebih jelas lagi, berasal dari perkataan tokoh revolusi syi'ah Iran al-Khomeini, yaitu ketika menafsirkan rabbikum adalah al-imam.
Diatas adalah surah al-Ra'd ayat 2 :
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Rabb mu.
Kemudian al-Khomeini mengatakan:
أي ربكم الذي هو الإمام
artinya rabbikum Dia adalah al-Imam.
Akhir kata, dari sumber-sumber yang ada menunjukkan bahwa Syi'ah yang ada sekarang khususnya Syi'ah Imamiyah memang tidak bisa lepas dari sosok Abdullah bin Saba', dan pengaruh Abdullah bin Saba' di dalam ajarannya juga terlihat jelas bekas-bekas yang sulit untuk dihilangkan.
Semoga catatan sederhana ini dapat menghibur kaum Syi'ah, karena bisa dikatakan catatan ini sebagai menemukan kembali akte kelahiran yang hilang, sehingga mereka bisa menemukan siapa bapak kandung mereka yang sebenarnya.
by: Ustadz Aditya
0 komentar:
Post a Comment