Saudi mulai menjauh dari rezim Mesir dan menghentikan proyek investasi


Hubungan antara Arab Saudi dan Mesir semakin tegang sebagai akibat dari semakin berkurangnya dukungan finansial dari KSA kepada rezim Mesir dan sikap rezim Mesir yang tidak mendukung kebijakan luar negeri KSA.

Setelah Presiden Abdel Fatah Al-Sisi berkuasa melalui kudeta pada 3 Juli 2013, Arab Saudi pada masa pemerintahan Raja Abdullah bersama dengan sejumlah anggota GCC lainnya mengumpulkan dukungan untuk kudeta. Sejak itu, monarki Teluk telah menjanjikan miliaran dana untuk mendukung rezim Sisi, dengan mendanai pemerintahan, memberikan bantuan ekonomi dan mendukung militer rezim Mesir, yang terkenal sebagai pelaku pelanggaran hak asasi manusia. Proyek investasi di Mesir oleh negara Teluk Arab dengan cepat menjadi norma.

Sebagai imbalannya, negara-negara Teluk mengharapkan rezim Sisi untuk memberi mereka dukungan baik secara regional maupun pada platform internasional. Salah satu tes utama untuk ini adalah reaksi Mesir pada intervensi militer koalisi pimpinan Saudi di Yaman.

Sementara pemerintah Mesir menegaskan kembali dukungan penuh untuk Arab Saudi, dukungan militernya tidak sebesar seperti yang diharapkan. Arab Saudi memiliki peran utama dalam kampanye militer terutama melakukan serangan udara, meskipun mereka memberikan pelatihan dasar untuk suku dan pasukan perlawanan lokal, Arab Saudi tetap mengandalkan negara-negara yang telah bergabung dengan koalisi untuk melengkapi pasukan darat melawan milisi Houthi dan Saleh.

Kontribusi Mesir dalam memberikan dukungan pada koalisi hanya pada angkatan laut dan udara dengan angka terbatas, dengan sekitar 800 tentara yang hadir untuk menjaga Laut Merah dan selat Bab El-Mandab. Daerah ini telah bebas dari pemberontak Houthi sejak pertengahan Juli 2015.

Dalam beberapa hari terakhir, rezim Mesir telah mengungkapkan kebijakan tentang konflik Suriah dengan Arab Saudi. Rezim Sisi mendukung proses politik yang melibatkan Bashar Al Assad, sementara Riyadh selama ini sangat sengit melawan rezim Assad dan intervensi Iran dan Rusia di Suriah.

Akhir pekan ini, Mesir memberikan suara untuk rancangan resolusi Rusia di Dewan Keamanan PBB yang menyerukan bantuan di Suriah dengan tetap melanjutkan serangan udara, serta menolak gencatan senjata . Hal ini membuat marah sejumlah pejabat Saudi dan telah menyebabkan Saudi Arabian oil co-operation ARAMCO menangguhkan penjualan minyak ke Mesir.

Koran Lebanon Al-Akhbar juga melaporkan bahwa Arab mungkin mulai memotong bantuan ke Mesir. Dalam sebuah wawancara, seorang diplomat Mesir secara anonim mengatakan langkah ARAMCO itu bukan kejutan dan menegaskan bahwa Arab Saudi memang telah menangguhkan proyek-proyek investasi di Mesir, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Middle East Monitor DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment