Astaghfirullah, Ada Ceramah Natal di Jogja Diisi Kyai
Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta, KH. Abdul Muhaimin mengisi ceramah Natal di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Samirono Baru, Desa Caturtunggal, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (25/12/2014).
Kyai yang semestinya memberikan bimbingan aqidah yang lurus, malah memberikan contoh tidak baik kepada umat Islam. Dengan alasan toleransi dan kerukunan umat beragama, KH Abdul Muhaimin telah mencampur adukkan yang haq dan bathil dengan turut serta dalam perayaan tersebut.
Kyai Muhaimin memulai ceramah pada pukul 10.00 wib, diikuti sekitar 1.000 orang jemaat yang hadir.
Saat ceramah, hampir semua jemaat GKJ Samirono Baru tak beranjak dari tempat duduknya. Mereka menyimak ceramah dengan khusyuk dan sesekali tertawa karena sang kyai kerap melontarkan guyonan.
Dalam ceramahnya, Kyai kelahiran Kotagede, Yogyakarta, 13 Maret 1953 ini menguraikan pentingnya kerukuranan antar-umat beragama. Menurut Ketua Forum Persaudaraan Umat Beragama (FPUB) itu, perbedaan agama tidak boleh membuat manusia saling membenci.
“Kita harus memandang semua manusia sebagai ciptaan Tuhan dan kita harus saling menghormati dan bekerja sama tanpa harus mengurangi keimanan masing-masing,” kata dia, seperti dilansir Kompas.
Kyai Muhaimin meminta masyarakat tidak takut bergaul dan berdialog dengan pemeluk agama lainnya. Menurutnya, dialog dengan pemeluk agama lain justru bisa memperkaya pengetahuan seseorang.
“Waktu Natal tahun ini, saya diminta ceramah di tiga gereja, termasuk di GKJ Samirono Baru. Jadi, kalau pas Natal kayaknya saya malah lebih sibuk dari para pendeta dan pastor,” katanya sambil tertawa.
Penanggung jawab ibadat Natal GKJ Samirono Baru, Untung Suripno, mengatakan baru kali ini mengundang tokoh agama lain untuk berceramah dalam perayaan Natal. “Tahun ini, kami sengaja mengundang Kiai Muhaimin karena kami ingin ikut menguatkan kerukunan umat beragama di Indonesia,” ujar dia.
Kyai Muhaimin sejak lama dikenal sebagai tokoh kerukunan umat beragama di Indonesia. Pada 1997, bersama puluhan pemuka agama lain, dia mendirikan FPUB sebagai forum dialog untuk menjalin kerukunan antar-umat beragama.(gemaislam)
0 komentar:
Post a Comment