Keyakinan ini pertama kali disampaikan para ulama Sri Lanka beberapa hari setelah hasil foto-foto DigitalGlobe Quickbird, citra satelit pengamatan bumi dengan resolusi tinggi, yang dimiliki oleh DigitalGlobe menunjukkan riak-riak gelombang tsunami di Sri Lanka dan Aceh.
DigitalGlobe Quickbird diluncurkan pada 2001 sebagai satelit pertama dalam konstelasi tiga dijadwalkan berada di orbit pada 2008. Ia merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada ketinggian 450 km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu pankromatik dan multispektral.
Hasil foto QuickBird yang menunjukkan gelombang tsunami di Sri Lanka lebih mirip kaligrafi “Allah” kala itu diyakini ulama Sri Lanka sebagai pesan Allah pada yang masih hidup atas kekuasaaNya
“Itulah tanda-tanda yang diberikan Allah untuk memperingatkan hukumnya yang banyak diabaikan manusia, “ begitu petik seorang ulama Sri Lanka, Mohamed Faizeen yang juga Manager of the Center for Islamic Studies di Colombo kala itu.
Tulisan mirip lafal “Allah” di riak-riak gelombang yang ditangkap satelit itu menurut Mohamed Faizeen diambil saat gelombang Tsunami menabrak Sri Lanka barat dan mendekati kota Kalutara.
“Ini dengan sangat jelas menerangkan asma ‘Allah’ dalam tulisan Arab,” ujar Faizeen dikutip laman chinapost.com.tw.
Hasil foto satelit di Sri Lanka sesuah (atas) tsunami dan saat terjadi tsunami (bawah) oleh DigitalGlobe Quickbird |
“Allah telah menandatangani Nama nya,” ujar Faizeen. “Ia telah mengirimnya sebagai bukti atas hukuman. Ini datang dari pengabaian Hukum nya.” Faizeen menyamakan pesan tsunami ini seperti hukuman Nabi Nuh atas kaumnya yang tidak taat.
Namun, keyakinan seperti itu tak hanya pada Faizeen. Beberapa kalangan Kristen setempat mengakuinya. Seorang wisatawan asing di desa Ulvae, Sri Lanka Timur mengaku, beberapa hari sebelum gelombang datang, dirinya bermimpi selama tiga hari berturut-turut di kota itu telah terjadi banjir dengan ombak sangat besar datang.
“Ia memperingatkan orang desa tetapi mereka menertawakannya. Ia meninggalkan Ulvae pada pagi Ahad itu, 15 menit sebelum tsunami menyerang,” ujar Faizeen.
Faizeen juga menceritakan, dirinya telah mengunjungi sebuah desa yang sebagaian penduduknya orang Islam di Ulvae, dekat kota utama Batticaloa, dan menemukan, bahwa ada sebuah madrasah (sekolah Islam) yang tak disentuh air sama sekali. Padahal, di dekat sekolah itu, sekitar 400 rumah penduduk telah diratakan dengan. Kebanyakan penduduknya telah hilang dan meninggal.
Garis pantai dari beberapa negara Asia yang dipukul ombak -termasuk Indonesia– telah menjadi tempat bermain untuk orang asing -khususnya Barat-juga orang Islam untuk menyalurkan sifat buruknya, ujar Faizeen. Di antaranya, pantai-pantai itu digunakan sebagai tempat mesum, pelacuran dan mabuk-mabukan.
“Allah akan mengirimkan hukuman kecil pertamanya -seperti hilangnya bisnis. Tapi jika kita mengabaikan peringatan itu, Ia akan mengirimkan beberapa lagi yang lebih besar- misalnya, hilangnya kehidupan. Jika kita masih mengabaikan peringatan itu, hukuman besar akan datang, seperti gempabumi dan tsunami.”
Faizeen mengatakan, area Sri Lanka dan juga Indonesia –yang sebagian besar yang didiami oleh warga muslim– telah mendapatkan pukulan paling keras tsunami.
Muhammed Fawmey, pemimpin the International Islamic Youth Front mengatakan, ia sangat meyakini, tsunami itu benar-benar pesan yang dikirim Allah.
“Ia dengan sangat jelas menandatangani Nama-nya di dalam ombak itu,” ujar Fawmey menanggapi hasil foto satelit tulisan asma Allah dalam riak gelombang tsunami yang ditangkap DigitalGlobe Quickbird.
Kebanyakan orang Islam di seluruh dunia yakin, gelombang tsunami yang terjadi 26 Desember lalu adalah sebuah peringatan Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia. Tetapi, para ilmuwan, masih tetap mengandalkan akalnya dengan alasan karena ada gempa bumi di bawah permukaan laut di Sumatra Utara, di atas 9.0 skala richter.
Sebagaimana di Sri Lanka, di Aceh, ada puluhan masjid yang tak hancur dan tidak ikut terseret gelombang tsunami. Sebagian masjid, bahkan tak ada satupun rusak dinding atau lantainya, meskipun gedung-gedung kokoh di sebelahnya rata dengan tanah.
Hingga hari ini, masih belum ada satupun ilmuwan bidang kontruksi mampu menjelaskan mengapa masjid-masjid ini bisa tetap kokoh.
Semoga sepuluh tahun musibah ini menjadikan kita makin cerdas dan mampu merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala.(hidayatullah)
0 komentar:
Post a Comment