Para “Nabi” Palsu Ujungnya adalah Dajjal

MUSLIMIN Indonesia seringkali dikejutkan dengan kehadiran “rasul” baru yang  mengaku menerima wahyu. Sudah beberapa kali terulang. Selalu ada saja pengikutnya. Bahkan sebagian rasul palsu itu mengaku mendapat pengikut yang banyak. Masyarakat muslim taat mulai saling tuding dengan pemerintah. Pemerintah mengingatkan masyarakat muslim agar tidak berbuat anarkis. Sementara masyarakat menuding pemerintah tidak tegas, sehingga mereka harus turun menghancurkan sendiri sarang-sarang mereka.

Perbuatan anarkis memang tidak diperlukan di sini. Karena ini memang bukan tugas masyarakat untuk melakukan tindakan tegas terhadap mereka yang meneror dan mencemarkan agama. Seharusnya memang ini merupakan tugas pemerintah yang bertindak cepat, tegas seperti saat pemerintah mampu berbuat secepat kilat menangkapi pelaku teror bom. Dan memang tidak bisa disalahkan juga ketika masyarakat menuduh pemerintah kurang perhatian. Karena bisa dibandingkan antara cara penanganan masalah yang menyentuh masalah yang paling asasi ini dengan kejadian bom di berbagai tempat.

Para ulama juga hanya bisa memberi fatwa dan rekomendasi tanpa eksekusi. Sebuah aliran yang dinyatakan telah dilarang sejak sekian tahun yang silam oleh Kejaksaan Agung ternyata tetap saja masih aktif di masyarakat menyebarkan pemahaman sesatnya.

Di sisi lain, ada sekelompok orang yang mencoba memancing di air keruh. Mendapat nama baik sekaligus pundit-pundi dari pihak tertentu karena menyuarakan HAM atau kebebasan beragama dan ekspresi di Indonesia. Walaupun sebagian menyematkan pada dirinya sebagai cendikiawan muslim, ternyata malah membuat muslimin bingung. Ketika fatwa ulama tentang kesesatan pemahaman yang sedang hangat, justru ia memandulkan fatwa itu dengan celotehannya di media. Ada yang berdalih HAM. Ada yang berdalih bahwa hak menyesatkan hanya milik Tuhan. Malah ada yang menuding balik bahwa para ulama itulah yang sesat. Seharusnya bangsa ini telah belajar banyak. Kejadian apapun yang meresahkan masyarakat harus ditindak tegas termasuk para pelakunya. Dengan demikian harus dibuatkan aturan yang jelas dan hukuman yang memiliki efek jera kepada sumber kekacauan dan mereka yang meridhai kekacauan sehingga menimbulkan keresahan baru bagi masyarakat muslim.

Dan seharusnya masyarakat muslim ini juga telah belajar banyak. Mengingat bahwa peristiwa ini telah berulang-ulang. Mendekat ke al-Qur'an dan hadits, ini yang belum dilakukan oleh masyarakat. Sehingga dengan syubhat informasi yang kecil saja sudah bisa membuat sekian ribu, sekian puluh ribu orang terjerat di dalamnya.

Sesungguhnya kemunculan rasul dan nabi palsu sudah disampaikan Rasulullah Muhammad SAW sejak dahulu dengan sangat gamblang. Berikut ini beberapa hadits yang menjelaskan hal tersebut.

"Kiamat tidak tidak akan terjadi hingga muncul para dajjal pendusta mendekati jumlah 30 orang, semuanya mengaku sebagai rasulullah." (HR. Bukhari)

Dalam sebuah kesempatan khutbah di hadapan para shahabatnya, Nabi bersabda "Sesungguhnya demi Allah, kiamat tidak akan terjadi hingga muncul 30 pendusta yang akhirnya adalah si juling pendusta besar (dajjal)." (HR. Ahmad dengan sanad shahih)

"Kiamat tidak akan terjadi hingga kabilah-kabilah dari umatku menyusul musyrikin, dan hingga mereka menyembah berhala. Dan Sesungguhnya akan ada dari umatku 30 pendusta, semuanya mengaku sebagai nabi. Dan akulah penutup para nabi. Tidak ada nabi setelahku." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia berkata: hadits ini shahih)

Dari ketiga hadits di atas, ada beberapa pelajaran penting yang harus diperhatikan agar kita semua tidak tersesat jalan oleh sekadar sebuah isu baru tentang kerasulan.

1. Tidak ada nabi setelah Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam

Hadits ini menjelaskan sekaligus membantah. Menjelaskan ayat yang sering dipelintir oleh mereka yang ingin masuk ke ranah kerasulan baru. Karena untuk bisa mengakui adanya nabi atau rasul baru berarti harus mampu membongkar ayat, "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (Qs. al-Ahzab: 40)

Kata yang harus dibongkar adalah : (khatam an-nabiyyin) penutup nabi-nabi. Perlu diketahui di awal bahwa banyak ulama yang membedakan antara nabi dan rasul dari sisi risalah yang dibawanya. Nabi tidak membawa risalah baru tetapi hanya melanjutkan risalah sebelumnya dan rasul membawa risalah baru yang bisa jadi tidak sama persis dengan risalah sebelumnya.

Jika ayat telah menyatakan bahwa nabi telah ditutup artinya tidak ada peluang untuk siapapun mengaku sebagai nabi, apalagi Rasul yang membawa ajaran baru selain Islam ini.

Tetapi syetan tidak kehilangan akal untuk mengotak-atik ayat. Kata khatam mulai dianalisa dari sisi bahasa. Maka dijumpai bahwa kata khatam bisa berarti lebih dari satu makna. Penutup, cincin, paling sempurna.

Untuk yang pertama tidak mungkin diambil oleh mereka yang mengaku menjadi nabi. Untuk yang kedua, tidak mungkin karena tidak pas maknanya. Maka yang ketigalah yang diambil. Di mana kata (khatam an-nabiyyin) artinya Nabi Muhammad adalah nabi yang paling sempurna. Artinya masih terbuka peluang untuk menjadi nabi walau tidak sesempurna Nabi Muhammad. Menarik bukan?

Jawabannya: bukan. Bukan hal yang menarik. Terlalu ringkih.

Hadits inilah yang menjelaskan sejelas-jelasnya bahwa yang dimaksud dengan khatam adalah la nabiyya ba'di (tidak ada nabi setelahku). Dan masih banyak hadits lainnya yang menunjukkan bahwa khatam berarti penutup.

Hadits ini juga membantah. Membantah mereka yang mengaku sebagai nabi walau bukan rasul dan tetap mengakui kerasulan Muhammad. Karena ada sebagian yang tidak berani mengangkat dirinya menjadi rasul dan cukup menjadi nabi saja. Jelas ayat dengan uraiannya di atas telah menutup kemungkinan hadirnya nabi baru.

2. Ada hampir 30 pendusta yang mengaku menjadi nabi atau rasul

Salah satu riwayat di atas menyebutkan angka 30 pas. Tetapi dalam riwayat Bukhari disebutkan mendekati 30. Ada riwayat lain yang menyebut angka 70, tetapi yang ini riwayat lemah. Maka para ulama menyatakan bahwa penyebutan 30 pas itu bagian dari kebiasaan Arab yang suka menggenapkan sesuatu. Sehingga yang tepat adalah riwayat rinci yang mengatakan mendekati 30. Apalagi ada riwayat Ahmad yang menyebut lebih rinci lagi, "Di umatku akan ada 27 dajjal-dajjal pendusta; di antara mereka ada 4 wanita. Dan saya adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahku."

Tetapi memang belum ada yang mencoba untuk menghitung. Hingga hari ini, sejak kemunculan nabi palsu di era Nabi Muhammad telah mencapai angka berapa. Kalau kita lihat di beberapa literatur kita hanya akan menjumpai sekitar 10 nabi palsu. Itu tentu di luar rasul lokal seperti beberapa kasus di Indonesia.

3. Mengaku menjadi nabi atau rasul ujungnya adalah Dajjal

Dengan berbagai faktor mereka mengaku menjadi nabi dan rasul. Nabi sendiri menyebut mereka juga dajjal. Inilah yang dikenal dengan dajjal kecil. Sementara dajjal yang menutup semua rangkaian pengakuan nabi dan rasul palsu itu adalah dajjal besar.

Tetapi bagi kita sama, harus diperangi. Dajjal besar, kaum muslimin akan memeranginya bersama al-Masih Isa. Dan dajjal-dajjal kecil ini adalah tugas kita untuk memeranginya. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment