Survei-survei meleset LSI Denny JA
Kesalahan dalam survei pemilu/pilkada sebenarnya hal yang biasa, mengingat populasi data suara hanya diwakilkan oleh sebagian sampel. Namun kesalahan menjadi luar biasa, jika terjadi di luar batas (margin of error) dan dilakukan oleh lembaga survei besar.
Hal inilah yang baru dialami oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dalam Pilgub DKI dua hari yang lewat. Melihat hasil quick count, prediksi lembaga pimpinan Denny JA soal kemenangan pasangan Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara) meleset jauh.
Dalam hasil quick count yang dilakukan LSI sendiri didapatkan, pada posisi teratas adalah Jokowi-Ahok dengan 43,04 persen suara. Sementara Foke-Nara berada di urutan kedua dengan hanya 34,10 persen suara.
Hasil tersebut jomplang dengan hasil survei yang dirilis 1 Juli lalu atau 10 hari jelang pencoblosan. Survei LSI kala itu menunjukkan suara Foke-Nara tetap unggul 43,7 persen. Sementara Jokowi-Ahok 14,4 persen atau terpaut jauh sekitar 30 persen suara.
Direktur Riset LSI, Toto Izul Fatah, mengatakan fenomena kemenangan Jokowi-Ahok anomali atau menyimpang dari kejadian umum. Dalam survei pra-pencoblosan, dia berdalih semua lembaga juga menyatakan hal yang sama, yakni Foke-Nara urutan pertama dan Jokowi-Ahok kedua, meski dengan selisih jumlah suara.
"Ini adalah anomali yang kadang terjadi dalam ilmu sosial. Dari 100 kali eksperimen, sangat mungkin 5 persen hasilnya berada di luar yang terduga," kata Toto saat dihubungi merdeka.com kemarin.
Dia mengatakan, anomali ini juga pernah terjadi dalam Pilkada Aceh April lalu dan Pilkada Jabar 2008. Dalam Pilkada Aceh, survei LSI yang sebelumnya kerap 'memenangkan' pasangan Irwandi Yusuf-Muhyan Yunan, juga meleset. Pasangan incumbent itu kalah dari Zaini Abdullah-Muzakir Manaf yang didukung Partai Aceh.
Baik hasil quick count maupun perhitungan real count oleh KPU menunjukkan bahwa Irawandi-Muhyan memang keok. Hasil perhitungan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh menyatakan pasangan jalur perseorangan itu meraih 694.515 suara (29,18 persen), tak berbeda jauh dari hasil quick count yang dilakukan LSI sendiri yakni 29,88 persen.
"Masyarakat kemungkinan tertekan saat disurvei, sehingga tidak keluar," kata Toto menceritakan anomali pemilih Aceh yang disebabkan oleh gangguan keamanan jelang pemilihan 9 April.
Dalam Pilkada Jabar 2008, hasil survei LSI juga melenceng. Hampir semua lembaga survei kala itu tidak ada yang memprediksi Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) bakal tampil sebagai pemenang di Bumi Pasundan. Hasil quick count LSI menunjukkan Hade mendapat 39,97 persen suara, dan hasil KPU Jawa Barat juga menetapkan tidak jauh berbeda, yakni 40,50 persen atau 7.287.647 jumlah suara.
Sementara, pasangan incumbent Danny Setiawan-Iwan Sulanjana, yang sebelumnya kerap 'dimenangkan' LSI hanya duduk di posisi ketiga dengan 24,95 persen atau 4.490.901 jumlah suara. Pilkada Jabar bisa dikatakan paling fenomenal karena di saat tidak ada lembaga survei yang 'memenangkan' Hade, pasangan yang diusung PKS itu justru juara dalam satu putaran.(merdeka)
0 komentar:
Post a Comment