Watak Politik Transaksional Megawati Permalukan Puan Maharani dan Senior PDIP
Strategi menipu publik ala Jokowi dengan aneka pencitraan, terbongkar sudah. Sejumlah media massa yang sebelumnya gencar mempromosikan mantan Walikota Solo itu dengan berbagai rekayasa opini, kini justru berbalik membongkar kebusukannya.
Satu per satu; mulai dari kasus korupsi, pemalsuan identitas hingga penyelewengan anggaran APBD miliaran rupiah untuk operasional blusukan politik Jokowi dibeberkan ke ruang publik. Perlahan topeng pencitran CAPRES BONEKA produk konglomerat hitam itu terungkap dan menggugurkan rasa simpatik jutaan rakyat di negeri ini.
Sebelumnya banyak orang dibuat tersihir dan kagum dengan rekayasa penampilan Jokowi yang diklaim bersih, jujur dan merakyat. Namun semua itu lantaran dibangun atas dasar kebohongan dan penipuan, hasilnya barang busuk tersebut tercium juga.
Tentang siapa sesungguhnya Jokowi, jutaan rakyat yang cerdas dan masih memiliki nurani telah mengenalnya sebagai CAPRES BONEKA yang dihadirkan melalui politik traksaksional. Para pihak dan dalang di balik Jokowi adalah Megawati, Tjahjo Kumolo, misionaris CSIS, jaringan Kompas, Sofjan Wanandi serta kelompok konglomerasi hitam.
Celakanya, POLITIK TRANSAKSIONAL dari aliran uang haram, kini telah menimbulkan pertentangan serius di tubuh PDIP. Pasalnya, bagi-bagi mahar politik bernilai triliuan rupiah itu telah memposisikan Megawati sebagai sosok politisi yang kian kehilangan nurani dan harga diri. Lebih jauh, sikap tak elok itu telah mempermalukan Puan Maharani (putri Megawati) dan para senior PDIP serta massa pendukungnya.
Wajar kemudian Puan Maharani sang putri Ketum PDIP dan para senior PDIP sejak awal Pilpres dengan secara terang-terangan menunjukan sikap pasif untuk mengusung dan memenangkan Jokowi. Mereka sadar bahwa "pelacuran politik" Megawati telah memperjual-belikan mandat partai kepada Jokowi merupakan tindakan pengkhianatan kepada rakyat.
Kekisruhan di internal PDIP tersebut selaras dengan sikap publik yang bertanya-tanya: Kemana sejumlah elite senior PDIP, mengapa mereka tidak tampil dan bersatu mendukung ambisi Megawati yang mengusung Jokowi...?
Sikap pasif Puan Maharani dan para senior PDIP menyebabkan konsolidasi dan gerakan partai moncong putih itu berjalan di tempat, kacau balau. Bahkan kondisi tersebut berdampak serius di mana sebagian besar massa PDIP kecewa dan hengkang, berbalik mendukung Capres Prabowo Subianto.
Walhasil, Jokowi - Jusuf Kalla yang menyadari tidak mendapatkan dukungan yang maksimal dan solid dari PDIP, kemudian berupaya melakukan politik dengan menghalalkan segala cara. Yakni, memanfaatkan sejumlah media terkait untuk memunculkan ragam isu dan opini dari manipulasi pernyataan dukungan sejumlah tokoh publik yang dilatari modus transaksi di balik layar.
Tak heran bermunculan politisi dan intelektual instan yang telah dibayar oleh Timses Jokowi bersuara melakukan kampanye hitam guna mendongkrak elektabiltas Jokowi - JK. Tapi segalanya adalah rekayasa dan kebohongan, upaya busuk tersebut justru membuat publik semakin tidak percaya kepada Jokowi - JK.
Fakta menunjukan dengan jelas, semakin mendekat pada hari pencoblosan, popularitas dan elektabiltas Jokowi - JK makin merosot tajam. Rakyat tampak makin cerdas dan menegaskan sikap bersatu untuk melawan kebohongan politik Jokowi - JK. Kita semua menyadari bahwa, negeri ini membutuhkan perubahan dengan upaya memperjuangkan lahirnya pemimpin yang orisinil yakni Prabowo Subianto untuk menyongsong hari depan kehidupan bangsa yang lebih baik dan bermartabat.
oleh Faizal Assegaf
Ketua Progres 98
PENCITRAAN
ReplyDelete