Sekarang, di Mesir Tak Ada Lagi Mursi
KETIKA Muhammad Mursi memenangkan pemilu Mesir, seorang ulama terkemuka di negeri mengatakan pada kampanye presiden pada bulan Juni 2011 bahwa Yerusalem harus menjadi ibukota Mesir.
“Ibukota kami tidak akan menjadi Kairo, Mekkah atau Madinah. Ibukota kami adalah Yerusalem, dengan kehendak Allah. Nyanyian kami: ‘Jutaan syuhada akan berbaris menuju Yerusalem’,” demikian kata ulama Safwat Hagazy..
“Amerika Serikat dari Arab akan dikembalikan pada tangan orang itu [Mursi] dan pendukungnya. Ibukota kekhalifahan [Muslim] adalah Yerusalem dengan kehendak Tuhan,” kata Hegazy.
Rakyat Mesir pun banyak yang bersorak, melambaikan bendera Mesir bersama dengan bendera dari kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza.
“Besok, Mursi akan membebaskan Gaza!” teriak orang-orang ketika itu.
“Ya, kami akan shalat di Yerusalem atau kami akan menjadi syuhada di sana,” kata Hegazy.
Ya ketika itu.
Beberapa bulan kemudian setelah Mursi naik kursi Presiden, Israel menggempur Gaza. Dahsyat. Apa yang dilakukan Mursi? Pertama, secara tegas, Mursi terus mengatakan bahwa tidak ada hubungan diplomatik dan bilateral dengan Israel. Kedua, Mursi membuka Rafah—perbatasan yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar. Ketika, Mursi ketika itu langsung mengirim utusannya ke Israel untuk menghentikan serangan itu.
Tidak kurang dari lima hari, Israel langsung menghentikan serangannya. Salah satunya berkat negosiasi politik yang dilakukan Mursi.
Sekarang, tak ada lagi Mursi di Mesir. Yang ada hanya jenderal perang bernama Abdul Fattah al-Sisi, yang jangankan pada sesama Muslim di Gaza, rakyat di negerinya sendiri ia bantai demikian rupa. [sa/islampos]
0 komentar:
Post a Comment