Film ‘Assalamualaikum Beijing’ Dinilai Tak Bermanfaat, Ini Penjelasan Asma Nadia
Menanggapi adanya muslimah aktivis dakwah yang kecewa setelah mengajak rekan-rekannya nonton film di bioskop, tapi tidak dapat manfaat dan dakwah Islam apapun dari film Assalamualaikum Beijing, penulis novelnya, Asma Nadia memberikan penjelasan.
“Saya prasangka baik mungkin film yang ditontonnya salah. Kebutuhan tiap orang gak sama. Cara pandang juga berbeda. Cara pandangnya pasti berbeda dengan Ustadzah Wiwik Wirianingsih, atau Ustadz Cahyadi Takariawan yang merekomendasikan film ini kemana-mana,” tulisnya di laman Facebook.
“Sepertinya yang bilang gak ada nilai pasti gak baca bukunya. Pasti gak tahu bahwa ada banyak motivasi bagi remaja kita yang sekarang pergaulannya hancur-hancuran. Dan mudah berpikir bunuh diri hanya gara-gara cinta . Mungkin juga belum berinteraksi dengan para penyandang APS.”
Ia mengatakan bahwa kisah dalam film itu adalah nyata.
“Mungkin gak tahu juga bahwa ini terinspirasi dari karakter nyata, kisah cinta nyata antara seorang penyandang APS yang melalui semua tindakan medis seperti di filmnya, sempat kena serangan jantung, stroke beberapa kali bahkan lupa keluarga, buta, sampai lumpuh, dan seterusnya. Mendengar kisahnya dan tahu bahwa kondisi seperti itu ada seorang lelaki yang ingin menikahinya buat saya subhanallah. Apalagi si lelaki Chinese, non Muslim, dan sampai diusir keluarga ketika dia masuk Islam.”
“It s a true love story,” tegasnya.
“Saya hadirkan sekaligus menjawab keraguan banyak muslimah yang curhat ke saya dan bertekad gak ingin menikah karena cinta sejati menurut mereka tidak ada.”
Ia juga menyebut beberapa orang yang terinspirasi dengan film yang dibintangi Revalina S Temat itu.
“Oh ya film ini membuat beberapa gadis cilik usia 6-7 tahun habis nonton minta pakai jilbab sepertu Ashima ke ibunya yang ga berjilbab.”
“Dua hari lalu saya nobar dengan muslimah yang terkena APS sejak 19 tahun. Dia cerita sebelumnya sempat nobar denfansesama penyandang APS, dan film ini menurutnya membuat yang sudah tidak bisa berdiri ingin berdiri.”
“Alhamdulillah jika bermanfaat. Terima kasih saya untuk semua yang telah menonton film ini bahkan menggelar nobar dengan teman sekampus, satu organisasi juga pengajian dan kantor. Bersyukur sekali masih banyak ikhwah yang dalam ketidaktahuan tentang sesuatu dan niat seseorang, memilih-bukan berprasangka buruk, dan menghakimi dan menebar promosi negatif (ketika proyek-proyek kebaikan selalunya banyak tantangan dan minim dana promosi dan sangat mengandalkan ukhuwah), terima kasih telah menghidupkan prasangka baik.”
Ia juga mengatakan bahwa film ini adalah dakwahnya.
“Membangun dakwah susah sekali. Menghancurkan prosesnya yang dimulai puluhan tahun sejak dirintis alm Chaerul Umam, sangat mudah. Alhamdulillah. Semoga perjuangan menghadirkan dan mendukung film-film yang baik, hingga wajah perfilman kita bebas dari teror hantu dan seks ga jelas terwujud. Semoga bernilai kebaikan di sisi Allah bagi rekan semua,” pungkasnya.
(fimadani)
0 komentar:
Post a Comment