Ini Jawaban ‘Ngawur’ Menteri Jonan di Acara Mata Najwa, ’11 12 Sama Jokowi’
Ada saja tontonan yang di suguhkan oleh para menteri Jokowi saban hari kepada rakyat Indonesia. Jika tontonannya bermanfaat tentu boleh-boleh saja, namun yang terjadi: tontonan yang di mainkan adalah sebuah kekonyolan demi kekonyolan. Bukankah hal tersebut sungguh memuakkan, bukan?
Dialah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tak hentinya membuat kontroversi. Setelah puas mengobrak- abrik kantor operasional penerbangan, Jonan pun membekukan ijin rute beberapa maskapai penerbangan. Langkah berikutnya, dengan dalih keselamatan penerbangan, ia menghapuskan tiket murah yang selama ini menjadi ajang perang harga antara maskapai penerbangan berbiaya rendah (Low Budget Carrier, LCC). Yang terakhir, terjadi semalam, 14 Januari 2015 dalam acara talk show “Mata Najwa”.
Talk show yang dipandu oleh Najwa Shihab kali ini bertema “Jurus Jonan”. Ada beberapa hal penting yang ditanyakan kepada Jonan, sebagai narasumber utama dalam acara tersebut. Salah satunya adalah mengenai 61 ijin rute yang dianggap bermasalah.
Jonan mengatakan, AirAsia QZ8501 tak miliki ijin terbang pada Ahad. Najwa kemudian bertanya kepada Jonan, bagaimana mungkin tak miliki ijin namun bisa terbang.
Jonan menjawab, “Ada 2 pertanyaan terkait ini. Pertama, bagaimana mungkin tidak miliki ijin rute kok bisa terbang. Yang kedua, kenapa tidak diterbitkan terbang. Mau tanya yang mana?”
Najwa menjawab, “Dua-duanya”
Jonan kemudian menjawab, “Jika ditanyakan mengapa bisa terbang, ya bisa. Punya sayap kan? Ya jadi bisa terbang”.
Jawaban Jonan yang terkesan main-main ini sangat disayangkan oleh beberapa pilot yang turut menyaksikan acara tersebut.
“Waduh, Pak Menteri kok jawabannya seenak udelnya, ngawur banget”, ujar Norman, seorang penerbang sipil yang kini menjadi instruktur di sebuah sekolah penerbangan, semalam 14 Januari 2015.
“Becandanya Pak Jonan garing. Itu kan acara talk show yang formal, bukan acara dagelan. Jawaban
Pak Jonan malah memberi kesan ia melecehkan acara tersebut,” ujar Captain Setiawan, seorang pilot senior AirAsia.
Sementara, Faisal, seorang penerbang Garuda Indonesia justru mengamati jawaban Jonan pada pertanyaan pertama yang diajukan Najwa, mengenai mutasi di lingkungan Kemenhub.
“Ada 11 pejabat yang dimutasi. Salah satunya pejabat eselon 1″, ujar Najwa.
Jonan langsung menjawab, “Tidak ada eselon 1 yang dimutasi.”
Ternyata, menurut Jonan, jabatan definitif DirJen Perhubungan Udara, telah kosong selama 8 bulan!
“9 bulan terakhir tidak ada Direktur Jenderal Perhungan Udara definitif di Indonesia, menunjukkan seperti apa kualitas regulator penerbangan Indonesia,” tandas Faisal.
Kekosongan jabatan itu tentu termasuk sebagai penyebab “ketidaktelitian secara administratif” -seperti yang dikatakan Jonan- yang menyebabkan adanya kekacauan dalam pengelolaan jasa transportasi udara di Indonesia.
Alangkah lebih bijaknya, jika Jonan merendahkan hati dan mau mengakui kesalahannya di hadapan publik, ketimbang membuat pernyataan-pernyataan yang akan membuat publik semakin antipati padanya.
Kejadian yang hampir sama pun sering dilakukan oleh presiden Jokowi. Dimana Jokowi juga menjawab pertanyaan dengan ‘ngawur’, seperti pernah kejadian dikampus salah satu perguruan tinggi Jogjakarta tempo lalu, “Saya cuma mengalihkan subsidi, bukan menaikkan harga BBM,” pernah di ucapkan oleh pria yang rajin berdusta itu dihadapan para mahasiswa. Ini membuktikan bahwa Jonan dan Jokowi itu “11 12″. (fs/silontong)
0 komentar:
Post a Comment