Al-Sayedah, Sebuah Ironi Kemiskinan Kota Mekah


Kampung itu sungguh kumuh. Sampah-sampah menggunung di sana-sini. Bau busuk merebak. Lalat dan nyamuk bertebaran ke seluruh sudut perumahan padat.

Itulah gambaran perkampungan di Pegunungan Al-Sayedah. Permukiman penduduk yang menjadi ironi negeri kaya raya Arab Saudi. Telah empat dekade kampung di Negeri Petro Dolar itu tak tersentuh program pembangunan pemerintah Kota Mekah.

Tak mudah menjangkau kampung itu. Jalanannya berukuran sempit. Sudah begitu, terjal pula. Tak banyak jalan beraspal. Sebagian bahkan berbatu. Oleh sebab itulah truk-truk sampah sulit menjangkau daerah ini.

Warga di kampung itu juga sulit membangun rumah. Sebab, tak ada kendaraan yang sanggup mengantar material hingga ke halaman. Inilah yang dialami oleh Ahmad Musa, warga kampung itu yang telah berusia tujuh puluh tahun.

“Jalan paling dekat berjarak 200 kaki. Itulah sebabnya saya sangat lama menyelesaikan pembangunan rumah,” kata Musa dikutip Saudi Gazette, Selasa 20 Mei 2014. Sudah tiga tahun pembangunan rumah itu dilakukan Musa. Namun tak juga kelar.

Keluhan lain disampaikan oleh Mikhrash Atiyah yang telah tinggal di kampung ini selama tiga puluh tahun. Dia selalu merasa menderika jika bepergian. Sebab dia harus naik dan turun bukit dengan berjalan kaki.

Satu-satunya penghibur hati bagi Mikhrash dan penduduk lainnya adalah kampung mereka dekat dengan Masjidil Haram dan Kabah. Memang, jarak kampung ini dengan Masjidil Haram hanya satu kilometer saja.

Kisah memprihatinkan datang dari Hassan Atiyah. Lelaki ini selama tujuh belas tahun harus menggendong anak perempuannya yang cacat ke rumah sakit. “Ini sangat sulit untuk berjalan kaki. Saya tidak tahu berapa lama lagi saya mampu melakukan ini,” ujar Hassan.

Pemerintah Kota Madya Mekah mulai mengaspal sebagian jalan di perkampungan bukit itu. Namun sayang, tak dilengkapi pagar di kanan kiri jalan. Sehingga jalan yang sudah mudah dilalui itu akan bertambah berbahaya. Sehingga pengguna jalan bisa saja terperosok ke jurang.

Masalah selalu bertambah saat Ramadan dan musim haji. Sebab, tak ada lagi mobil-mobil tangki yang sudi mengantar air ke sini. Tangki-tangki itu tak mau ambil risiko tinggi mendaki jalan Pegunungan Sayedah dan memilih melayani penduduk di kota-kota.

Karena itulah penduduk kampung di Pegunungan Sayedah memilih membayar kuli untuk mengantar galon-galon air ke rumah mereka. Tentu pilihan ini akan menguras pundi-pundi uang mereka.

Juru Bicara Kota Mekah, Usama Zaytouni, mengatakan pemerintah telah berencana untuk membangun seluruh wilayah yang belum tersentuh pembangunan di wilayah Mekah, termasuk perkampungan di Pegunungan Sayedah ini.(dream) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment