*Ezgi Basaran
Sekitar dua bulan yang lalu, saya berdiskusi dengan dua akademisi Inggris yang menyebut dirinya pakar Turki. Diskusi itu menjadi panas ketika saya mencoba menjelaskan keterlibatan gerakan ini dalam kasus Ergenekon dan Bolyus (Sledgehammer) serta upayanya menyabot perundingan damai dengan pihak Kurdi.
Pengetahuan mereka tentang Gulen didapat dari lobi gerakan ini di AS dan Inggris. Repotnya, tidak hanya minim informasi tentang pelbagai peristiwa 5 tahun yang lalu mengguncang Turki, namun mereka juga tidak mau mendengar penjelasan saya. Ini bukan peristiwa yang berdiri sendiri, karena hal yang sama selalu dikatakan banyak jurnalis, politisi dan akademisi Barat tentang Fethullah Gulen. Peliputan media Barat pasca kudeta menjelaskan jejak sentimen ini, yang tidak pelak mengundang banyak kritik jurnalis Turki yang kredibel.
Mungkin ada sebagian orang yang mengkritik catatan HAM dan pembersihan pemerintah sekarang, namun hendaknya kita tidak boleh lupa keterlibatan Gulen dalam pelbagai kegiatan melanggar hukum, termasuk percobaan kudeta. Pemerintah dan rakyat Turki menghadapi serangan mengerikan dari Deep State (anasir kriminal dalam institusi negera) yang diciptakan gerakan Gulen. Kegagalan untuk melihat hal penting ini dapat dilihat salah satunya sebagai faktor kesengajaan para jurnalis atau byproduct defisiensi informasi. Jika karena faktor kedua, maka ini 11 daftar fakta Gulen:
- Gerakan Gulen, yang dipimpin Fethullah Gulen dinobatkan media dan para politisi Barat sebagai promotor perdamaian dan dialog lintas agama. Namun, bukan ini problemnya. Dia pada dasarnya meninggalkan Turki karena adanya tuduhan hendak menjatuhkan pemerintah sekuler pada 1999. Namun pasca 9/11 dia mendapat dukungan Barat karena dianggap antidot bangkitnya radikalisme Islam. Aplikasi pertamanya untuk “visa yang dikehendaki bagi orang asing yang memiliki keistimewaan di bidang pendidikan” ditolak karena dia dianggap “bukan pendidik, dan tidak memiliki keahlian isitimewa di bidang pendidikan yang patut dipertimbangkan”. Sebaliknya, catatan pemerintah AS menyebutkan bahwa “pemohon (Gulen) adalah pemimpin agama dan gerakan politik yang berpengaruh dengan bisnis raksasa.” Namun kemudian Gulen dapat green card dengan surat referensi dari 3 pejabat AS: mantan duta besar AS di Turki Morton Abromovotiz serta dua pejabat CIA, George Fidas dan Graham Fuller.
Gerakan Gulen memiliki dua lapis. Lapis pertama adalah para pengikut Fethullah Gulen yang mempercayai Gulen sebagai Imam Mahdi, al Masih versi Islam. Lapis kedua adalah para pejabat tinggi di birokrasi sipil, kejaksaan dan aparat keamanan yang bekerja dalam jaringan rahasia mereka, yang hendak mewujudkan tujuannya dengan metode Machivellian, khususnya di Turki. Para pengikutnya di birokrasi sipil, kejaksaan, kepolisian dan di militer lebih loyal kepada Gulen ketimbang institusi dimana mereka bekerja. Mereka mengambil perintah dari “saudara” dalam gerakan ketimbang bertindak berdasar garis komando.
Fethullah Gulen percaya pengambil alihan kekuasaan secara rahasia dan dari atas ke bawah. Salah satu khotbah yang menjadi bagian dakwaan pada 1999 merefleksikan keyakinan ini: “Anda harus bergerak dalam sistem arteri tanpa orang melihat eksistensi anda hingga anda meraih semua pusat kekuasaan….hingga waktu berbuah tiba, mereka (para pengikut) harus bekerja seperti ini…anda harus menunggu waktu itu hingga anda mendapatkan semua kekuasaan negara, hingga kamu membawa semua kekuasaan institusi negara berada disampingmu di Turki…Hingga waktu itu tiba, apapun langkah selain itu akan dianggap tergesa-gesa -seperti pecahnya telur tanpa menunggu 40 hari untuk menetas. Ini seperti membunuh anak ayam dari dalam.”
Gerakan Gulen telah bekerja dengan PR (public relation) yang hebat di AS, menjalin mesin lobi yang kuat dengan AS, Inggris dan Turki. Menurut pemerintah AS, kapasitas finansial gerakan ini ditaksir 25 hingga 50 milyar dollar dengan akuisisi sekolah dan lembaga amal lebih di 150 negara.
Infiltrasi gerakan Gulen di Turki dimulai era 80-an. Kehadiran para pengikutnya diketahui oleh pemerintahan Bülent Ecevit, Süleyman Demirel dan Tansu Çiller, meskipun mereka tahu jika Gulen menjadi ancaman Kemalis dan militer.
Gerakan Gulen mencapai masa emasnya pada dekade pertama pemerintahan AKP. AKP pada awalnya bekerjasama dengan kelompok ini utuk menyingkirkan kekuasaan militer dalam politik. Koalisi ini semakin kuat pada 2007, setelah munculnya e-memorandum militer yang menentang pencalonan Abdullah Gul. 46 hari kemudian kasus Ergenekon muncul. Kasus lain Bolyus menyusul 2010. Dalam kasus ini, para perwira militer, anggota parlemen oposisi, dan jurnalis dituduh merencanakan kudeta berdarah kepada pemerintahan AKP. Kemudian dibuktikan bahwa kasus ini dibuat berdasar bukti yang direkayasa dan yang merekayasa bukti-bukti tersebut adalah para Gulenis di kepolisian. Semua terdakwa dibebaskan dan Presiden Recep Tayyip Erdogan kemudian mengakui bahwa dia ‘mendapatkan informasi yang salah’ dari para pengikut Gulen. 15 Juli membuktikan bahawa para pengikut Gulen yang melakukan kudeta berdarah tersebut.
Kepala Editor Harian Hurriyet Sedat Ergin memastikan pelaku kudeta adalah para perwira polisi yang mendapatkan promosi (kenaikan pangkat) setelah persidangan Bolyus. Jelas (menurut penulis) bahwa persidangan ini bertujuan menghabisi kekuasaan Kemalis di militer dan menggantinya dengan Gulenis.
Para jurnalis yang menulis rekayasa Gulenis dalam persidangan menghadapi fitnah dan ancaman penahanan. Para jurnalis seperti Barış Terkoğlu, Barış Pehlivan, Soner Yalçın, Nedim Şener dan Ahmet Şık yang masuk penjara karena tulisannya menujukkan inflitrasi Gulen dalam institusi pemerintah. Sik menulis buku tentang penetrasi Gulen di institusi kepolisian sementara Sener menyelidiki keterkaitan para pengikut Gulen dengan pembunuhan jurnalis Armenia Hrant Dink pada 2007. Kini, para pejabat kepolisian yang terkait pembunuhan Dink sedang disidang.
Fethullah Gülen dalam tulisannya di New York Times mengaitkan pembersihan AKP atas Kurdi, namun tuduhan itu cenderung hipokrit. Banyak dari kita, termasuk saya, mengkritik AKP dalam menangani proses damai. Namun, gerakan Gulen adalah salah satu kekuatan utama yang bekerja aktif merusak proses damai itu. Serangan pertama mereka adalah penangkapan massal hampir 8000 aktivis Kurdi, termasuk para walikota, akademisi dan jurnalis setelah 2009 yang dikenal dengan operasi penangkapan KCK (Partai Uni Komunis Kurdi). Politisi Kurdi membenarkan bahwa “otak dibalik penangkapan besar-besaran ini elemen gerakan Gulen di kepolisian dan kejaksaan….setelah kita mendapatkan 100 kursi walikota dalam pemilu lokal 2009, muncul ide operasi (penangkapan ini) untuk meneror kita.” Pengetahuan bahwa gerakan Gulen berada di balik operasi ini juga dibenarkan pemerintah AKP. “Benar, gerakan Gulen yang memprakarsai operasi ini,” tutur wakil sekretaris Ketertiban dan Keamanan Publik (dibawah kepolisian), Muhammed Dervisoğlu. Pukulan kedua adalah pembocoran catatan pembicaraan Oslo, antara Kepala Intelejen MIT Hakan Fidan dengan pemberontak PKK. Hanya Gulenis didalam aparatur keamanan yang memiliki kemampuan mengakses materi-materi rahasia dan mereka pula yang membongkarnya. Serangan ketiga adalah upaya menahan paksa Fidan dan beberapa mantan direktur organisasi ini pada 7 februari 2012 karena negosiasi tersebut. Upaya ini didukung Gulenis dalam insitusi kejaksaan.
Tuduhan bahwa kudeta dipimpin para jenderal Gulenis berdasar bukti riil yang diabaikan beberapa tahun yang lalu. Ahmet Zeki Üçok, jaksa militer melakukan investigasi menyeluruh atas Gulenis di tubuh militer pada 2009. Dia mendapati jaringan rahasia besar dalam tubuh miliyer. Dia mengidentifikasi banyak anggota organisasi rahasia beserta nama-namanya. Namun dia tidak dapat menyelesaikan investigasinya karena keburu ditahan atas tuduhan menyiksa para tahanan dengan cara “menghipnotisnya’ dan terlibat dalam plot kudeta Bolyus. Dia menghabiskan 5 tahun dalam penjara. ketika dia diwawancarai Ahmat Hakan April lalu, dia menyatakan bahwa dia tahu para anggota Gulenis di militer nama demi nama. Kemudian setelah kudeta gagal, dia menegaskan bahwa nama-nama yang terlibat kudeta sama persis dengan daftar nama-nama dalam penyelidikan sebelumnya.Merujuk kepada pesawat F16 yang mengembom parlemen, dia menyebut nama pensiunan kolonel dalam catatan pengadilan;”Kita sekarang kuat Kita punya F-16, F-4 yang akan terbang dengan satu perintah dari Fethullah Gülen.” Temuan Üçok ini didukung oleh banyak prajurit yang melawan percobaan kudeta dan para korban kasus Sledgehammer atau Bolyus.
Terakhir, semua partai politik di parlemen, baik AKP, CHP, MHP dan HDP berkonsensus bahwa kudeta 15 Juli dikendalikan para prajurit Gulenis. Pengakuan para pelaku kudeta semakin memperkuat dakwaan tersebut. Ajudan Kepala Staff Angkatan Bersenjata Hulusi Akar mengakui keterkaitan tersebut dan menjelaskan bagaimana dia menyadap Kastaf sebelumnya Necdet Ozel. Testimoni Akar juga menjelaskan bahwa salah satu otak kudeta adalah Mayor Jenderal Hakam Evrim. Evrim memberitahu Akar (untuk menariknya agar mendukung kudeta) bahwa dia dapat mengatur hubungan telpon dengan Gulen, yang dia sebut sebagai “pemimpin intelektual,” pada malam kudeta.
Sumber
0 komentar:
Post a Comment