Peran Campbell dan CIA dalam Kudeta Turki?
Menyusul penangkapan dua jenderal Turki yang bertugas di Afghanistan, maka keterlibatan Jenderal John Campbell dalam kudeta 15 Juli menjadi semakin terang.
Komandan Gugus Tugas Pasukan Turki di Afghanistan Mayor Jenderal Cahit Bakir dan Komandan Pelatihan NATO di Kabul Brigadir Jenderal Şener Topçu, keduanya ditangkap di bandara Dubai ketika hendak meninggalkan Uni Emirat Arab (UEA).
Bakır dan Topçu telah bekerja dengan Jenderal Campbell yang menjadi Komandan pasukan NATO (ISAF) di Afghanistan selama penugasannya di Afghanistan.
Campbell pensiun dari tugasnya awal tahun ini dan menjalankan “tugas” lain mengorganisir kudeta di Turki.
Setelah pensiun pada Maret, Campbell mulai bekerja dengan tim CIA yang beranggotakan 80 orang untuk mengorganisir kelompok teror Gulenis (FETO) dalam tubuh militer.
Keterkaitan Campbell dengan percobaan kudeta di Turki semakin jelas setelah penangkapan dua komandan unit pasukan Turki di ISAF.
Kedua komandan tadi mencoba meloloskan diri ke UEA dari Afghanistan setelah otoritas Turki mengeluarkan surat penangkapan atas keduanya, sebagai bagian penyelidikan atas FETO yang dikendalikan Fetullah Gülen.
Jenderal John F. Campbell mengorganisir pertemuan dan persiapan yang berlangsung lebih delapan setengah bulan sebelum kudeta. Campbell adalah kepala tim khusus “Safari” yang dibentuk CIA untuk mengendalikan junta militer di Turki.
Dia diminta memimpin operasi di Turki untuk dua tahun, ujar sebuah sumber.
Campbell bertindak sebagai ‘penghubung’ antara pelbagai pihak dan mengadakan beberapa kali pertemuan antara tim CIA dengan para perwira di Turki.
Menurut sumber militer, para pelaku kudeta bersedia memberi konsesi pembangunan pangkalan militer AS di perbatasan Suriah dengan persenjataan terbaru dan kemampuan melakukan operasi militer yang lebih besar ketimbang pangkalan Incirlik di bagian selatan provinsi Adana. Mereka juga menjanjikan merubah keseimbangan baru di kawasan dengan mencegah Rusia secara ekonomi dan militer setelah rejim kudeta terbentuk pada pertengahan kedua 2016.
Dalam rancangan itu, Turki akan didesain ulang oleh AS dan negara itu akan berada dalam kendali penuh Washington. Jika rencana mereka gagal, maka mereka akan mengambil skenario kedua menjadikan Turki seperti Suriah.
Pertemuan Rahasia di Istanbul Pada Malam Kudeta
Henry J Barkey dalam investigasi kepolisian Turki disebut sebagai otak kedua yang mengatur kudeta. Barkey adalah mantan pejabat CIA dan Direktur Program Timur Tengah di Woodrow Wilson International Center for Scholars, yang dikenal sebagai sumber kebijakan politik otoritas AS.
Barkey dalam laporan itu mengadakan pertemuan dengan 17 tokoh penting, kebanyakan berkewarganegaraan asing di Hotel di Princes Island pada 15 Juli. pada hari kudeta di Turki. . Barkey tinggal di Splendid Hotel yang digunakan sebagai markas tentara Inggris selama masa pendudukan pada 19191, antara 15 hingga 17 Juli. Menurut manajemen hotel, Barkey mengadakan pertemuan selama berjam-jam di ruang khusus.
“Barkey bersama kelompoknya rapat hingga pagi pada 16 Juli di ruangan khusus. Mereka mengikuti perkembangan kudeta lewat TV,” ungkap pegawai hotel.
Barkey terlihat menyambut orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu, kebanyakan para akademisi dan analis asing dalam dua atau tiga kelompok di pintu hotel. Setelah menerima tamu, mereka masuk ke ruangan khusus.
Barkey juga meminta manajemen hotel untuk mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan karena akan live dengan CNN International pada pukul 4 sore dan Voice of America pada pada pukul 6 sore. Barkey dituduh polisi melakukan perbincangan telepon pada malam kudeta.
Polisi yang melakukan operasi pencarian di hotel mengatakan Barkey membawa telepon seluler yang tidak tersambung internet, smartphone dan laptop. Polisi sedang menyelidiki log registrasi internet dan komputer di hotel.
Barkey adalah akademisi dari Universitas Pennsylvania yang dikenal dengan bukunya, “Turkey’s Kurdish Question,” yang ditulis bersama, mantan wakilm CIA Graham Fuller.
Fuller dikenal karena dukungannya yang kuat kepada Gulen dan organisasinya. Dia minta AS tidak menyerahkan Gulen ke Turki.
Dia pernah bertemu dengan pemimpin PKK Abdullah Öcalan di Italia dan menasehati untuk tetap tinggal disana sebelum ditangkap aparat keamanan Turki.
Isterinya sendiri, Alen Barkey menduduki posisi tinggi di CIA.
Sumber : Permatafm
Ngga salah lagi dalangnya ya itu si mamarika lebih jauh nya lagi pasti israhell
ReplyDelete