Antara Syaikh Bin Baz dan Arbakan, Senior Erdogan
Syaikh Sa'ad bin Mathar Al-'Utaiby hafidzhahullah mengisahkan: bahwa gurunya, Syaikh Abdullah Bin Qu'ud mengisahkan:
Suatu hari, tepat setelah shalat ashar, Ibnu Baaz menelponku secara tiba-tiba dan berkata: "Wahai Syaikh Abdullah, saya ingin engkau datang kerumahku sekarang juga !". (Syaikh Ibnu Baaz menyuruhnya seperti ini karena Syaikh Abdullah bin Qu'ud adalah murid paling seniornya, menjadi murid beliau selama puluhan tahun).
Syaikh Abdullah melanjutkan:
Sayapun bergegas menunju rumah beliau sembari berpikir; apa yang Syaikh (Ibnu Baaz) inginkan dariku disaat seperti ini padahal saat-saat seperti ini adalah waktu istrahat beliau setiap hari. (Cat: Waktu luang untuk tidur siangnya Syaikh Ibnu Baaz adalah selepas shalat ashar).
Ketika saya sampai dirumah beliau, saya mendapatinya telah lama menungguku dari tadi, sedangkan ditangannya terdapat amplop yang tertutup rapat. Ia pun lalu menyambutku dan tanpa basa-basi beliau langsung berkata padaku dengan berbisik: "Wahai Syaikh Abdullah, tiketmu ke Pakistan sudah dipesan, dan saya harap engkau menyerahkan surat ini kepada saudara kita Muhammad Dhiyaa-ul Haq (Seorang Jendral sekaligus Presiden Pakistan saat itu) !", lalu beliau menceritakan padaku isi tentang surat dalam amplop tersebut secara singkat.
Mendengar permintaan beliau (yang tidak pernah saya sangka sebelumnya), sayapun berusaha menolaknya dengan memberikan alasan berupa kesibukan pribadi, namun Syaikh Ibnu Baaz tidak menerima alasan-alasanku. Beliau hanya berkata: "Mohonlah pertolongan kepada Allah, engkau akan disambut oleh saudara-saudara kita disana (Pakistan).
Maka sayapun mempersiapkan diri dan segera terbang menuju Pakistan, ketika saya tiba di Bandara Islamabad, saya mendapati beberapa orang sedang menunggu kedatanganku, lalu kami menuju tempat Presiden Pakistan Muhammad Dhiyaulhaq rahimahullah. Kami mendapati Presiden Dhiayulhaq didepan pintu gerbang gedung, lalu beliau menyambut kami dengan sambutan yang luar biasa, setelahnya kami pun duduk berbincang dan saya menyerahkan surat Ibnu Baaz tersebut kepada beliau. Ketika Presiden Dhiyaulhaq membuka dan membaca isi surat Syaikh Ibnu Baaz dalam hati, beliau langsung berkata: "InsyaaAllah, InsyaaAllah".
Ketika kami pamitan, beliau berkata: "Sampaikan salam kami kepada Syaikh Ibnu Baaz, insyaaAllah beliau akan mendengar kabar yang menggembirakan hatinya".
(Anda pasti penasaran tentang isi surat tersebut bukan ?!).
Syaikh Abdullah melanjutkan kisahnya: "Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah telah menyampaikan padaku sebelumnya bahwa surat tersebut adalah surat syafaat Ibnu Baaz untuk saudara kami Najmuddin Arbakan –rahimahullah- (agar dibebaskan dari penjara) sebab saat itu beliau dipenjara dengan perintah Presiden Turki (lewat kudeta) saat itu yaitu Jenderal Kan'an Ifrin –semoga Allah memberikan padanya balasan yang setimpal-."
Syaikh Sa'ad Al-Muthairy berkata: "Kamipun bertanya kepada beliau (Syaikh Abdullah): apa kaitan Presiden Dhiyaulhaq dengan terpenjaranya Najmuddin Arbakan ? Kenapa Syaikh Ibnu Baaz memilih untuk mengirim surat ke Presiden Dhiyaulhaq (bukan kepada pemimpin Arab) ?",
Syaikh Abdullah menjawab: "Saya sudah menanyakannya pada Ibnu Baaz dan beliau menjawab: "Presiden Dhiyaulhaq memiliki hubungan keakraban dengan Jendral Kan'an Ifrin (Presiden Turki saat itu), semoga Allah memberikan padanya (Dhiyaulhaq) suatu manfaat (yaitu bebasnya Najmuddin Arbakan), semoga Allah memberikan padanya (Dhiyaulhaq) suatu manfaat (yaitu bebasnya Najmuddin Arbakan)."
Lalu kami semua bertanya kepada Syaikh Abdullah secara serempak: "Apakah surat syafaat Ibnu Baaz (untuk Najmuddin Arbakan) kepada Presiden Dhiyaulhaq ini memiliki pengaruh positif ?",
Syaikh Abdullah menjawab: "Tentu, tidak lama setelah itu kamipun mendengar bebasnya Najmuddin Arbakan, sekeluarnya dari tahanan tersebut, Najmuddin pun langsung mendirikan Partai Islamnya dengan nama yang baru".
Sumber: Biografi Syaikh Abdullah bin Qu'ud rahimahullah di link berbahasa arab: http://www.saaid.net/Warathah/1/abnkoaod1.htm?print_it=1
Catatan:
Partai yang didirikan Najmuddin Arbakan inilah yang merupakan partai Turki pertama yang mengatas namakan islam. Najmuddin Arbakan inilah yang menjadi pencetus kebangkitan politik islam Turki yang melahirkan Mantan Presiden Abdullah Ghull dan Presiden Rajab Thayib Ordogan lewat Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berhaluan IM (Ikhwan Muslimin).
Terus; Apakah Ibnu Baaz merupakan salah satu figur yang berada dibalik kebangkitan Islam Turki sekarang ini ?? Anda yang menilai !!
Oleh : Abu Shofwan Maulana LaEda
0 komentar:
Post a Comment