Yassir Al Zaatara
Lingkar terdalam Khameini tidak dapat menyembunyikan kemarahannya karena posisi gerakan ini dalam perang Aleppo. Seperti yang dikatakan koran Hizbullah Lebanon dan media lainnya di Lebanon, pelbagai media lainnya di Iran juga menyuarakan hal yang sama, disamping para pejabat Iran sendiri.
Serangan atas Hamas muncul setelah Hamas menyatakan sikapnya atas Perang di Aleppo dalam perayaan peringatan ulang tahun Hamas di Gaza baru-baru ini. Hamas juga mengambil tindakan atas kelompok Syiah, Al Sabirin di Gaza yang dianggap keterlaluan karena merayakan pendudukan Aleppo oleh para milisi Iran.
Kenyataannya adalah bahwa debat tentang hubungan Hamas dengan Iran tidak berhenti dalam tubuh gerakan ini karena adanya sisa-sisa dukungan dari Iran atas sayap militernya. Namun pilihan dukungannya selama perang Aleppo menunjukkan Hamas tidak ingin tinggal diam. Hamas tentu tidak ingin kehilangan dukungan rakyat Arab karena hal itu merupakan sikap politiknya. Hamas meninggalkan Suriah sesaat revolusi meletus di negara itu.
Tidak ada keraguan jika blokade yang dilakukan oleh rejim Arab atas gerakan ini cukup mempengaruhi performan gerakan tersebut, oleh karena itu pada satu sisi, Hamas juga menampakkan hubungan minimumnya dengan Iran. Di sisi lain, Iran juga membutuhkan hubungan tersebut, tidak hanya menggunakannya sebagai kover bagi tuduhan Iran melakukan serangan ideologis atas sebuah negara, namun juga menjaga semangat perlawanan dan oposisi terhadap Israel.
Tidak diragukan jika sikap Hamas ini benar. Kehilangan dukungan atas gerakan ini dari bangsa Arab dan dunia Islam tidak dikompensasikan dengan keuntungan karena mendapatkan dukungan keuangan dari Iran.
Maka kita dapat katakan bahwa gerakan ini sukses dalam posisi terakhirnya dan tidak ragu untuk semakin menegaskan loyalitasnya, yakni pertama kepada bangsa Arab, termasuk penduduk Aleppo dan kedua dunia Islam. Kemarahan Iran akan terjadi, namun sepanjang Hamas tetap dengan posisi mayoritasnya, maka tidak akan mengalami komplikasi.
0 komentar:
Post a Comment