Inilah Kisah dan Profil Wanita yang Membuat Kagum Para Dokter


Hari itu, Selasa, seorang dokter melakukan tindakan operasi kepada seorang pasien balita berusia dua setengah tahun. Esuknya, ia terlihat sehat. Tapi tiba-tiba, Kamis pukul 15.11, suster memberitahunya bahwa jantung dan pernafasan si anak tidak berfungsi.

“Aku segera menuju ke anak itu dan langsung melakukan kejut jantung selama 45 menit. Selama itu pula jantungnya tak berdetak,” kata sang dokter mengenang peristiwa itu, “Alhamdulillah tak lama kemudian Allah mengembalikan detak jantungnya.”

Sang dokter kemudian mengabarkan hal itu kepada ibu pasien. Ia mengira hal umum akan terjadi, ibu pasien akan histeris atau menangis.

“Sesungguhnya, penyebab jantung putramu tidak berdetak adalah pendarahan di tenggorokan. Sebelumnya kami tidak tahu, aku kira otaknya sudah tidak berfungsi,” kata sang dokter menjelaskan.

“Alhamdulillah,” jawab ibu pasien, membuat sang dokter heran.

Sepuluh hari kemudian, anak itu mulai bergerak. Sang dokter dan para perawat senang. Tetapi dua hari setelahnya, jantung anak itu kembali tak berdetak. Kejut jantung kembali dilakukan. 45 menit sudah, tetapi jantungnya tak juga berdetak.

“Mohon maf Bu, kali ini kami tak bisa berbuat banyak,” kata sang dokter saat bertemu dengan ibu pasien.
“Alhamdulillah,” jawabnya singkat, kemudian berdoa, “Ya Allah, jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia.”

Mendengar doa ini, dokter manapun pasti terenyuh. Bagaimana mungkin ada ibu yang sedemikian sabar dan tegar. Dan tawakkalnya sungguh membuat mata menjadi bergerimis.

Yang tak kalah menakjubkan, setelah doa itu, jantung sang anak kembali berdetak. Kami bersyukur. Terlebih, dokter spesialis THT kemudian berhasil menghentikan pendarahan itu, membuat detak jantungnya menjadi lebih normal.

Beberapa hari berlalu, jantung anak itu tetap bertahan. Cukup stabil. Namun, ujian lain menderanya. Sebuah bisul nanah bebasr muncul di kepalanya. Bersamaan dengan penyakit aneh itu, sang anak menjadi tak sadarkan diri. Ia koma selama beberapa hari.

“Bu, putramu telah selamat dari ancaman jantung dan pendarahan di tenggorokannya. Tapi kini ia menghadapi penyakit yang kami belum pernah melihatnya,” dokter mengabarkan kondisi itu kepada sang ibu pasien.

“Alhamdulillah,” kembali jawaban syukur keluar dari lisan wanita berjilbab itu.

Dokter segera memindahkan penanganan anak itu ke bagian operasi otak dan syaraf. Benar-benar masa yang menegangkan. Selama tiga minggu anak itu berada di sana. Dan alhamdulillah, Allah kemudian menyembuhkannya dari bisul aneh itu. Namun, ia tetap tak bergerak. Bahkan dua minggu kemudian, ia mengalami keracunan aneh di dalam darah hingga membuat suhu tubuhnya sangat panas.
“Bu, kami kembali minta maaf. Sesungguhnya kondisi putramu sangat kritis. Aku tidak bisa berharap banyak,” kata dokter kepada sang ibu pasien.
Lagi-lagi, sang ibu menjawab dengan tenang: “Alhamdulillah,” kemudian berdoa, “Ya Allah, jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia.”

“Dokter, dokter!” tiba-tiba terdengar teriakan histeris dari ibu pasien sebelah, “Tolong dokter, anak saya sangat panas. Sudah 37,6 derajat. Ia hampir mati”

“Bu, lihatlah ibu ini. Putranya jauh lebih panas. Suhunya mencapai 42,2 derajat celcius, tetapi ia tetap tenang. Ibu tenang ya, jangan menangis dan teriak-teriak di sini, kasihan pasien lainnya,” jawab dokter menenangkan, sambil menunjukkan ketakjubannya pada ibu berjilbab yang selalu mengucap hamdalah ini.

Pada pekan terakhir bulan keempat, anak itu sembuh dari keracunannya. Namun pada bulan kelima, ia terkena penyakit aneh berupa peradangan hebat di sekitar dada hingga ke tulang rusuk. Tim dokter terpaksa membedah dadanya, hingga jantungnya terbuka. “Ketika kami melakukan penggantian peralatan medis, kami dapat melihat jantungnya berdetak,” kenang dokter itu, “Pun saat sang ibu mengganti baju anaknya itu, ia juga dapat melihat jantung anaknya.”

Kondisi ini membuat dokter kembali menyampaikan kepada sang ibu. “Kami mohon maaf Bu, kondisi putra ibu sangat kritis. Rasanya sudah tak ada harapan lagi.”

“Alhamdulillah… Ya Allah, jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia,” jawaban teduh dan doa penuh tawakal itu kembali keluar dari lisan sang ibu.

Dan ajaib, dua setengah bulan kemudian, beriringan dengan doa-doa ibu yang selalu dipanjatkan, anak itu pulih. Kondisinya membaik, dan ia kemudian sembuh dan sehat wal afiat. Pengalaman menangani penyakit yang beragam dengan beberapa kali kondisi kritis, barangkali sakit anak ini yang paling serius bagi dokter dan tim di rumah sakit itu. Tetapi, melihat seorang ibu yang demikian sabar, juga baru kali ini dialami oleh sang dokter. Peristiwa itu benar-benar tak terlupakan bagi mereka.

Tahukah Anda siapa sebenarnya wanita itu?

Setelah dirawat selama enam bulan di rumah sakit, dengan beberapa kali operasi yang selalu disertai doanya “Ya Allah, jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia,” akhirnya anak berusia tiga tahun itu sembuh total.

Dokter yang menangani anak itu kagum dengan kesabaran sang ibu, tetapi ia tidak punya kesempatan cukup banyak untuk mengetahui siapa sebenarnya wanita itu. Hari-hari berikutnya pun berlalu begitu saja. Bulan berganti. Hingga satu setengah tahun kemudian, seorang rekan dari bagian bedah memberitahunya bahwa ada seorang laki-laki bersama istri dan anaknya ingin bertemu.

“Siapa mereka?” tanya dokter itu.
“Aku juga tidak mengenal mereka”

Saat dokter itu menemui mereka, barulah ia tahu bahwa wanita tersebut adalah ibu yang sangat sabar itu. Ibu yang selalu mengucap hamdalah saat dikabari kondisi anaknya. Ibu yang berdoa dengan penuh tawakal saat sakit anaknya makin parah. Dan anak itu, masya Allah, sekarang kondisinya sangat sehat. Ia terlihat segar bugar. Benar-benar keajaiban dari Allah.

Selain mereka bertiga, rupanya ada satu lagi. Digendong ibunya. Seorang bayi yang kira-kira baru berusia empat bulan. “Apakah ini putra yang ke-13 atau 14?” tanya dokter dengan nada bercanda.

“Ah, dokter bisa saja,” jawab laki-laki itu, “Ini anak kami yang kedua. Anak pertama kami ya yang dulu Anda operasi ini. Ia lahir setelah 17 tahun setelah mengalami kemandulan. Setelah Allah menganugerahkan anak ini kepada kami, Allah kemudian menguji dengan berbagai penyakit yang Anda ketahui.”

Mendengar cerita itu, sang dokter menangis. Kekagumannya semakin bertambah. Bagaimana tidak, ia mengira anak yang ia operasi adalah anak kesekian sehingga sang ibu begitu tabah dan sabar, seakan sangat siap kehilangan. Ternyata… anak itu adalah satu-satunya saat itu. Anak yang ditunggu-tunggu selama 17 tahun. Dan begitu ia hadir, dua setengah tahun kemudian Allah mengujinya seberat itu. Para dokter bahkan angkat tangan beberapa kali. Ajaib, ia sembuh dari berbagai penyakit itu. Tapi lebih ajaib lagi, kesabaran ibu yang menemaninya. Ibu yang selalu mengucap hamdalah dan selalu berdoa penuh tawakal kepadaNya.

Kagum bercampur penasaran yang sangat dalam, membuat dokter itu bertanya kepada sang suami. “Siapakah sebenarnya istrimu, yang begitu sabar menghadapi cobaan terhadap anak yang telah ia nantikan selama 17 tahun? Hatinya pasti tidak kosong dari keimanan”

Sang suami diam sejenak. Agaknya ia juga ingin menangis.

“Aku menikahinya 19 tahun sebelum peristiwa operasi anak kami. Selama itu, dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali karena udzur syar’i. Aku juga tidak pernah menyaksikannya melakukan ghibah, namimah maupun berdusta. Setiap kali aku keluar rumah, ia mengantarku dan mendoakanku. Setiap kali aku pulang ke rumah, ia menyambutku dan mendoakanku pula. Dia melakukan tugasnya dengan penuh cinta, perhatian, ketulusan dan akhlak mulia.”

Suasana menjadi hening, penuh kesyahduan. Suami itu kemudian melanjutkan, “Dengan akhlaknya yang semulia itu, aku tidak sanggup menatap matanya karena malu.”

“ia memang berhak mendapatkan perlakuan seperti itu darimu,” kata dokter sambil terisak.
Subhanallah… [Tim redaksi Kisahikmah.com] DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment