Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 68-69)
Proses pengambilan keputusan lebah adalah sama dengan bagaimana neuron bekerja untuk membuat keputusan dalam otak primata.
Ketika lebah madu mencari rumah baru, mereka memilih lokasi yang terbaik melalui proses demokrasi, yang bagus bagi manusia untuk menirunya, demikian menurut seorang ahli biologi Cornell.
Dalam buku barunya, “Honeybee Democracy”, Thomas Seeley, profesor neurobiologi dan perilaku, menggambarkan proses rumit pengambilan keputusan yang lebah madu (Apis mellifera) gunakan saat mereka membuat pilihan hidup atau mati untuk sarang yang baru.
Ketika sebuah sarang menjadi kelebihan populasi, dua pertiga dari lebah pekerja dan ratu tua pergi dan berkumpul di cabang terdekat. Selama beberapa hari berikutnya, beberapa ratus lebah pengintai mencari 10 hingga 20 lokasi potensial di pohon berlubang. Setelah kembali pada kawanannya, setiap lokasi akan diumumkan dengan tarian.
“Seekor pengintai mengatur berapa lama ia menari sesuai dengan bagusnya lokasi,” ujar Seeley. “Dia memiliki kemampuan built-in untuk menilai kualitas lokasi, dan dia jujur, jika lokasi tersebut biasa-biasa saja, dia tidak akan mengiklankannya secara kuat.”
Pada gilirannya, pengintai lainnya memeriksa lokasi dan kembali menari untuk diri mereka sendiri. Lokasi terbaik memunculkan tarian yang paling kuat, sehingga popularitasnya di antara pengintai menjadi berkembang paling cepat. Lokasi yang paling populer dipilih bila jumlah lebah yang mengunjunginya mencapai ambang batas kritis.
Proses pengambilan keputusan lebah adalah sama dengan bagaimana neuron bekerja untuk membuat keputusan dalam otak primata, kata Seeley. Dalam kawanan lebah dan otak, tidak ada lebah individu atau neuron yang memiliki gambaran umum, tetapi dengan banyaknya individu memberikan bagian yang berbeda dari informasi kelompok untuk mencapai pengambilan keputusan yang optimal. Semut juga mengorganisir diri untuk membuat keputusan kolektif, kata Seeley.
“Konsistensi seperti ini menunjukkan bahwa ada prinsip-prinsip umum organisasi untuk membangun kelompok jauh lebih pintar dari individu paling cerdas di dalamnya,” tulis Seeley.
Manusia dapat belajar banyak tentang pengambilan keputusan demokratis dengan melihat pada lebah, kata Seeley. Jika anggota kelompok memiliki kepentingan umum, seperti lebah-lebah dalam suatu kawanan, lalu kunci untuk pengambilan keputusan kolektif yang baik adalah memastikan kelompok terdiri dari beragam anggota dan pemimpin yang tidak memihak – dan melakukan debat terbuka. (faktailmiah/sciencedaily.com)
0 komentar:
Post a Comment