Berita paling panas hari ini adalah berita tentang rencana dikeluarkannya PKS dari koalisi. sebagaimana diberitakan dalam banyak media. dan posisi PKS saat ini adalah menunggu surat resmi dari SBY
http://news.detik.com/read/2013/06/12/154022/2271440/10/pks-tunggu-surat-cerai-dari-sby?9911012
sangat menarik pembahasa tentang koalisi di kabinet ini. sebagian orang yang lebih sepakat dengan logika bahwa jika berkoalisi maka partai terbesar harus diikuti walaupun salah, dan oposisi tugasnya mengkritik walaupun benar. ketika PKS lahir dengan konsep koalisi kritis, banyak pihak yang terperanjat.
sebagian orang yang terbiasa “membebek” maka akan menganggap PKS sebagai partai munafiq.
benarkah demikian?
nyatanya PKS dikeluarkan dari koalisi dalam kondisi membela kepantingan rakyat. efeknya adalah dukungan yang sangat luas dari masyarakat.
menurut survey yang dilakukan oleh tempo dalam link berikut
http://www.tempo.co/jajak/indikator/
dengan pertanyaan “Menurut Anda, apakah langkah PKS menolak kenaikan BBM adalah sikap yang tepat?”
maka sekitar 90% rakyat mendukung langkah PKS tersebut.
nah anehnya adalah ada sebagian orang justru memutarbalikkan fakta ini dengan mengatakan
PKS Dikeluarkan dari Koalisi dalam Keadaan Kotor
sungguh keji tuduhan palsu itu. PKS justru dikeluarkan dari koalisi dengan mendapat dukungan penuh dari rakyat.
lantas dengan sangat prematur kesimpulan absurdpun dibuat hanya berbekal asumsi yang sangat dipaksakan. silakan buka link berikut
http://politik.kompasiana.com/2013/06/12/pks-dikeluarkan-dari-koalisi-dalam-keadaan-kotor-568198.html
disitu dikatakan
“Otomatis PKS keluar dari koalisi dalam keadaan kotor. Mengapa disebut demikian? Karena—ah, inilah cerdiknya SBY—internal PKS dibiarkan terlebih dahulu saling “cakar” di muka publik, terpecah, nah, baru pemberitahuan dikeluarkan dari koalisi tersebut disampaikan, pertama-tama melalui pihak istana pada salah satu menteri asal PKS, sekitar pertengahan pekan lalu.”
ini adalah asumsi liar yang dijadikan dasar untuk membuat kesimpulan yang absurd.
lalu asumsi lain
“Sebagaimana diketahui bersama, Menkominfo asal PKS, Tifatul Sembiring menyatakan pada media, bahwa ia telah berkonsultasi dengan Ketua Dewan Syuro PKS Ustad Hilmi Aminuddin, dimana Ustad Hilmi setuju dengan kenaikan harga BBM.
Dari peristiwa ini PKS terlihat tidak kompak atau pecah dari dalam.”
saya tak perlu banyak komentar ttg asumsi liar ini, silakan baca sendiri penuturan jazuli juwaini sebagai anggota majelis syuro
“Anggota Majelis Syuro lainnya, Jazuli Juwaini menambahkan, pertemuan Majelis Syuro tak akan mengubah sikap PKS terhadap rencana kenaikan harga BBM. “Kalau sikap soal BBM kami sudah jelas, konsekuensi dari sikap itu yang akan dibahas.”"
lalu penulis artikel itu mengatakan
“Kajian terukur dan ilmiah selama ini telah membuktikan dengan telak. Bahwa subsidi harga BBM yang diberikan pemerintah selama ini lebih banyak dinikmati kalangan menengah ke atas yang memiliki kendaraan roda empat atau lebih. Jadi, penolakan PKS terhadap kenaikan harga BBM bukan berdasarkan alasan faktual-ilmiah, melainkan murni alasan politis.”
apakah benar demikian?
lalu bagaimana dengan temuan fakta yang menyatakan bahwa Pemerintah sebenarnya menggunakan dana utang asing untuk membiayai subsidi kompensasi kenaikan harga BBM ke masyarakat?
seperti di rilis republika dalam link berikut http://rmol.co/news.php?id=113443
ketika dituduhkan bahwa penolakan PKS murni alasan politis, maka saya sarankan lihat keputusan PKS sebelumnya juga menolak kenaikan harga BBM. maka itu adalah tuduhan yang tak berdasar.
lalu penuduh melengkapi fitnahnya dengan mengatakan bahwa
“Dengan demikian, gamblang, penolakan kenaikan harga BBM oleh PKS tersebut lebih berorientasi politis, sekaligus berpihak pada orang kaya. Sebuah politik kotor ala PKS. Politik yang penuh dengan kepalsuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan penghianatan pada kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.”
lantas bagaimana dengan hanura dan PDIP yang sama sama menolaknya?
http://news.detik.com/read/2013/06/05/150050/2265708/10/hanura-tolak-kenaikan-harga-bbm
makin kelihatanlah bahwa penulis mendasarkan tulisannya pada kebencian yang selanjutnya melahirkan asumsi, dan pada akhirnya menghasilkan kesimpulan absurd.
pada akhirnya kita berdoa semoga PKS senantiasa konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat, dan siap menanggung semua konsekuensi dari keberpihakannya kepada rakyat
Oleh Junaedi Putra/Kompasiana
0 komentar:
Post a Comment