Usai Saracen, Mabes Polri Bidik Kelompok Penyebar Hoax Tragedi Rohingya
Asisten Operasional (Asop) Mabes Polri Irjen Iriawan mengungkapkan, penyidik cyber crime Mabes Polri saat ini sedang menelusuri kelompok-kelompok penyebar berita dan foto hoax di sosial media (sosmed) terkait etnis Rohingya.
“Setelah Saracen kemarin kita dapat ungkap, tentunya ada kelompok-kelompok lain yang melakukan ini (penyebar hoax soal Rohingya). Itu sudah jelas, sudah teridentifikasi. Artinya, pola-polanya yah,” kata Iriawan usai rapat bersama 3 Polda dan dihadiri kasatwil se-Jateng di Aula Ditlantas Polda Jateng Lantai 2, Kompleks Mapolda Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, seperti dilansir dari Merdeka.com, Selasa (5/9) malam.
Iriawan menegaskan, diduga tujuan kelompok-kelompok penyebar hoax isu Rohingya di sosmed ingin mengganggu stabilitas dan keamanan Indonesia.
“Kita tahulah arahnya ke mana. Untuk mengganggu stabilitas kamtibmas di Indonesia. Ini sedang dalam pendalaman oleh tim cyber. Khususnya yang berkaitan dengan Rohingya,” tandasnya.
Iriawan mengungkapkan jika aksi masa terkait solidaritas etnis Rohingya di beberapa daerah tidak begitu masif. Hanya saja, justru yang ramai saat ini terjadi penyebaran isu dan berita hoax di sosmed.
“Yang ramai hanya di media sosial saja. Jadi secara fakta saya paham betul, saya kan Asop tahu semua di seluruh Indonesia ya. Jadi gerakan di lapangan hampir tidak ada. Ada Bandung, ada sedikit. Tapi di media sosial yang jadi medsos itu tidak semua gambar-gambar yang ditampilkan itu benar. Tentu ada (banyak) hoax-nya itu,” ungkapnya.
Iriawan mencontohkan, dua hoax yang tersebar adalah foto seorang bikhsu berada di dekat orang terbakar dan ratusan mayat. Foto itu merupakan foto yang berbeda tempat dan bukan di Rakhine, Myanmar.
“Dan gambar yang keluar ada biksu dengan orang terbakar itu di Kongo, jadi yah. Kemudian ada juga ada biksu dengan mayat beratus-ratus itu hoax di Jepang waktu itu waktu tsunami. Itu sudah kita bisa identifikasi lah. Dan kejadian yang terjadi di Myanmar sendiri tidak demikian. Tadi sudah dipaparkan dari intel bahwa ada masalah-masalah yang tidak terungkap di media sosial Indonesia. Seperti di sana ada penyerangan pos polisi 30 kali penyerangan tidak pernah terungkap,” bebernya.
Masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang bertebaran di sosmed. Pastikan cek dan ricek kebenaran informasi tersebut.
“Jangan percaya dengan apa-apa yang tampil di media social khususnya. Terlihat kan, hoax itu bisa dibuka. Jadi jangan mudah percaya karena pastikan kita melakukan klarifikasi dan statemen dari kepolisian. Jadi jangan mudah percaya bahwa itu banyak hoax yang terjadi,” ungkapnya. (DH/MTD)
0 komentar:
Post a Comment