Kata Pemuda Buddhis, Biksu Wirathu Tak Terlibat Genosida Rohingya 2017
Jakarta – Pemuka Buddha Myanmar, Ashin Wirathu disebut tidak terkait dengan genosida Rohingya di Myanmar akhir-akhir ini. Hal itu dikatakan oleh Ketua Umum Pemuda Buddhis Indonesia, Bambang Patijaya.
“Biksu Wirathu tidak ada kaitannya dengan kejadian di tahun 2017. Ini yang membuat kami pusing melihat berita-berita yang beredar di media sosial,” katanya kepada Kiblat.net di Gedung Muhammadiyah Pusat, Jakarta pada Selasa (05/09).
Kendati demikian, ia tak menampik bahwa Biksu Wirathu berperan aktif dalam genosida Rohingya pada tahun 2012. Bambang mengatakan, pihaknya tidak mendengar statement Biksu Wirathu dalam genosida Rohingya akhir-akhir ini.
“Kami tidak melihat Biksu Wirathu memberikan statement akhir-akhir ini. Tapi kita tidak memungkiri jika tempo hari memang ada hal-hal yang harus dinyatakan ekstrem,” ujarnya. “Saya pikir kami menyayangkan hal-hal seperti itu,” sambungnya.
Lebih lanjut, Bambang juga beranggapan bahwa saat ini yang terjadi di Myanmar adalah peristiwa politik. Maka, penyelesaiannya juga harus dengan cara politik.
“Pemerintah Myanmar harus menghentikan operasi militer yang menyebabkan korban dari Rohingya,” tukasnya.
Diberitakan sebelumnya, Wirathu, seorang biksu Buddha dan pemimpin gerakan anti-Muslim yang dikenal dengan khotbah kebenciannya, mengatakan pada Rabu pekan lalu di Yangon bahwa hanya militer yang dapat mengendalikan situasi di Rakhine utara.
Dia mengkritik pemerintah sipil Aung San Suu Kyi karena tidak menanggapi dengan cepat seruan untuk sebuah pertemuan Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional, yang dapat mengumumkan keadaan darurat di Rakhine dan memberikan wewenang mutlak kepada militer untuk menegakkannya.
“Hanya komandan militer yang bisa melindungi nyawa dan hak milik masyarakat,” kata Wirathu di hadapan pendemo yang meminta peningkatan ekskalasi militer terhadap Rohingya. “Militer adalah satu-satunya yang bisa memberi pelajaran untuk menjinakkan para teroris Bengali,” imbuhnya.
Nasionalis Myanmar menggunakan istilah Bengali untuk Rohingya karena kepercayaan bahwa mereka bermigrasi secara ilegal dari Bangladesh, walaupun banyak keluarga telah berada di Myanmar selama berabad-abad.
Wirathu juga mengecam kelompok-kelompok bantuan internasional dan menuduh mereka telah memberikan bantuan kepada gerilyawan Rohingya. Tuduhan tersebut beredar luas di media sosial.
Kiblat
0 komentar:
Post a Comment