Inilah 6 Fakta Mengerikan Ashin Wirathu, Biksu Dalang Gerakan Anti-Islam di Myanmar
Tragedi pembantaian yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar mengingatkan publik dengan satu nama. Nama tersebut adalah Ashin Wirathu, Biksu Buddha yang disebut-sebut sebagai penggerak kaum Buddha di Myanmar untuk menyerang Muslim Rohingya.
Nama biksu ini kembali mencuat menyusul tragedi genosida etnis Rohingya yang kembali mencuat ke permukaan. Ashin Wirathu adalah pimpinan kelompok kontroversial 969.
Sebelumnya, Wirathu pernah dipenjara karena dianggap memicu permusuhan keagamaan. Perlu diketahui, kelompok 969 menolak perluasan Islam di Myanmar.
Berikut fakta-fakta mengerikan tentang Ashin Wirathu yang dikutip dari Tribunnews:
1. Dicap majalah TIME sebagai ‘The Face of Buddhist Terror’
Majalah TIME menyebut Wirathu sebagai tokoh paling kontroversial. Di balik jubah biksunya, dia mendapat cap provokator yang benci pada kaum Muslim dan mulai khawatir atas perkembangan agama samawi ini di tanah Myanmar.
Kelompok 969 rajin menyebar rumor soal biadabnya kaum Muslim dan tuduhan menyesatkan ini. Atas kelakukannya, Wirathu dilabeli banyak media sebagai ‘Buddhist Bin Laden’.
Bahkan, dalam salah satu cover majalah TIME, Wirathu ditulis sebagai ‘The Face of Buddhist Terror’ atau Wajah Teror Buddha.
Dalam majalah tersebut, dibeberkan bagaimana biksu militan yang dipimpin Wirathu mendalangi aksi kejahatan anti-Islam di Asia.
2. Anggap umat Muslim di Myanmar sebagai ancaman serius bagi kaum Buddha
Wirathu sempat mengatakan bahwa kaum Buddha tengah dalam ancaman bahaya.
Seperti dikutip The Economist, Wirathu mengatakan berabad-abad silam, Indonesia merupakan negara Hindu dan Buddha, sebelum jatuh ke tangan Islam.
Wirathu juga menilai Filipina juga sedang bertarung melawan jihadis. Dan dia memperingatkan selanjutnya adalah Myanmar.
3. Bersuka cita ketika mendengar kabar dibunuhnya seorang pengacara dan aktivis muslim, Ko Ni
Ko Ni, pengacara dan aktivis hak asasi manusia yang lantang membantu etnis Rohingya ditembak mati di Bandar Udara Internasional Yangon.
Sebelum ditembak, Ko Ni baru saja pulang menghadiri workshop di Indonesia. Kesedihan menimpa sejumlah pemuka agama Buddha di Myanmar pada pemakaman Ko Ni.
Berbeda dengan pemuka agama lainnya, Wiranthu justru bergembira mendengar kematian Ko Ni akibat dibunuh.
Seperti diberitakan The Irrawady.com, Wirathu berterima kasih kepada sang pembunuh, namun mengucapkan bersimpati kepada keluarga Ko Ni.
Wirathu mengucapan hal itu melalui akun jejaring sosial Facebook miliknya. Selain itu, Wirathu juga mengancam siapa saja yang menentang draft tentang Protection of Religion and Race, seperti Ko Ni.
Akibat insiden ini, Wirathu dijatuhi sanksi 1 tahun dilarang ceramah di muka umum oleh pemerintah Myanmar.
0 komentar:
Post a Comment