Tiga Lumbung Suara Terbesar Berpesta, Akankah PDI P Kembali Keok?
Setelah DKI Jakarta dan Banten selesai berpesta (Pesta Demokrasi) tahun ini, menyusul pesta lebih besar ditahun 2018 mendatang. Tidak tanggung-tanggung, tiga daerah yang menjadi lumbung suara terbesar di Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi. Tiga daerah itu adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Tiga provinsi ini merupakan menduduki peringkat pertama, kedua dan ketiga pemilih terbesar di Indonesia. Jawa Barat diposisi pertama sekitar 33 juta pemilih, diikuti Jawa Timur dengan 30 juta jiwa dan Jawa Tengah dengan pemilih 27 juta berdasarkan data DPT tahun 2014. Artinya pesta ditiga daerah tersebut akan diikuti 90 juta jiwa pemilih atau hampir dari 50 persen total DPT (190 juta jiwa).
Bisa dibayangkan bagaimana pentingnya ketiga daerah tersebut dalam menentukan kemenengan pada Pileg dan Pilpres 2019. Tidak mengherankan jika partai-partai besar akan menjadikan ketiga pesta ini sebagai ajang pemanasan jelang pesta demokrasi tahun 2019. Tokoh, strategi dan amunisi akan dikerahkan maksimal dalam memenangkan tiga pesta itu.
Berdasarkan kondisi siapa pemimpin di ketiga daerah itu saat ini, maka posisinya terbagi. Untuk Jabar dikuasai PKS dengan Ahmad Heryawan sebagai Gubernur, Jawa Timur dipimpin Demokrat dengan sosok Soekarwo dan Jawa Tengah ada politisi PDI P yaitu Ganjar Pranowo.
Tapi yang menarik adalah, pemenang Pilgub tidak selalu selaras dengan pemenang Pileg 2014. Untuk Jabar ternyata dimenangkan oleh PDI P dengan perolehan suara mencapai 4 juta, begitu juga dengan Jawa Timur dimana PDI P jadi jawara dengan 3,5 juta suara. Yang sesuai hanya Jawa Tengah, PDI P menang di Pilgub dan menang di Pileg.
Fakta ini menunjukkan diluar Jawa Tengah, ternyata kader PDI P tidak terlalu menonjol. Kalau mereka menang di Pileg 2014, bisa jadi karena faktor konsistennya mereka selama menjadi partai oposisi. Sehingga masyarakat tentu banyak yang ingin memberikan kesempatan kepada partai besutan Megawati ini untuk berkuasa. Hasilnya akan berbeda di 2019 mendatang, karena masyarakat sudah melihat bagaimana PDI P menjadi partai penguasa.
Akankah PDI P Kembali Keok?
Menarik untuk dibahas adalah apakah 2018 mendatang PDI P akan kembali keok?. Jawabannya bisa iya dan bisa tidak, tergantung figur dan strategi apa yang akan dimainkan partai banteng moncong putih tersebut. Jika pada tahun 2013 PDI P mengusung Rieke Diah Pitaloka sebagai kandidat, dan hasilnya mereka tumbang. Lalu di Jawa Timur mereka mengusung Bambang DH, dan hasilnya juga tumbang. Hanya di Jawa Tengah mereka meraih kemenangan melalui sosok Ganjar.
Tahun 2018 mendatang, PDI P baru hampir dipastikan mengusung Ganjar Pranowo di Jawa Tengah. Untuk Jatim dan Jabar belum ada tanda-tanda siapa yang akan mereka usung, apakah Risma akan ditugasi maju ke level provinsi atau mencari kader lain. Untuk Jabar sepertinya PDI P kesulitan mencari sosok andalan dari kalangan internal, mereka kemungkinan besar mencoba dengan menawarkan untuk jabatan wakil gubernur. Namun ego sebagai partai pemenang tentu menjadi pengganjal.
Jika melihat trend yang sedang terjadi dimana PDI P kalah beruntun di Jakarta dan Banten, tentu efek ini akan membuat jantung kader PDI P berdetak kencang. Bisa saja angin kekalahan masih terjadi menerpa mereka, jika tidak menemukan kandidat yang benar-benar jadi penyelamat.
Dalam posisi dua kader mereka sebagai incumbent saja bisa kalah, apalagi mereka sebagai penantang. Ahok-Djarot dan Rano Karno-Embay merupakan calon petahana, mereka kalah dari para pesaingnya. Hawa kekalahan ini tentu mengusik fikiran Megawati, karena masa depan PDI P tergantung dari ketiga daerah ini.
Besar kemungkinan dari ketiga daerah tersebut, jika PDI P memaksakan kader mereka maju maka kemenangan yang bakal diraih paling besar ada di Jawa Tengah. Untuk Jawa Barat dan Jawa Timur kecil kemungkinan, kecuali mereka mau mengalah kepada kandidat lain diluar kader mereka.
Efek dukungan membabi buta yang dipertonton PDi P kepada Ahok di Pilkada DKI juga akan jadi penentu. karena memunculkan sentimen negatif bagi umat Islam terhadap bagaimana sikap PDI P terhadap penista agama.
Meski dalam survei yang dirilis oleh Indo Barometer menempatkan PDI P masih partai paling banyak dipilih masyarakat Jabar, tapi angkanya jauh menurun dari Pileg 2014 lalu. Saat ini angka PDI P berada di 11 persen, sedangkan tahun 2014 lalu ada diangka 19 persen.
Angka penurunan yang mencapai 8 persen itu tentu bukan hal yang sepele, karena itu menunjukkan ada tanda-tanda penurunan dari tingkat kepercayaan publik Jawa Barat kepada PDI P. Dan itu bisa saja menjadi sinyal kalau jagoan PDI P berpeluang kembali keok dalam Pilgub Jabar. Tidak tertutup kemungkinan efek itu juga akan merambah ke Jatim, namun untuk Jateng belum terlihat ada kompetitor sepada dari Ganjar.
oleh: Ismail Marzuki (Pengamat Politik)
0 komentar:
Post a Comment