Jenderal Gatot: Sampai Kapanpun TNI Tetap Bersatu Dengan Rakyat Dan Ulama Demi Keselamatan Negara
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa sampai kapanpun TNI tetap bersatu dengan rakyat dan para ulama, termasuk santri demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Demikian dikatakan Panglima TNI saat acara buka puasa bersama dengan ribuan tokoh masyarakat, tokoh adat, santri, ulama dan keluarga besar TNI-Polri, di Masjid Al-Munawar, Ternate, Maluku Utara, Rabu malam (7/6).
Jenderal Gatot menyatakan bahwa keberadaan personel TNI dan Polri di manapun mereka berada untuk melindungi dan menjaga masyarakat agar merasa aman dan tenang.
"Saya minta kepada seluruh masyarakat Indonesia, apabila mengetahui ada orang-orang yang tidak dikenal dan kemungkinan datang dari Marawih Filipina, segera laporkan kepada pihak Kepolisian maupun TNI," tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Jenderal TNI Gatot menceritakan tentang perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya untuk merebut wilayah Yogjakarta dari penjajah Belanda, anak buahnya sering memanggil Pak Sudirman dengan sebutan Kyai.
"Hal ini dikarenakan Jenderal Sudirman merupakan seorang santri, guru agama dan menjadi kepala sekolah dari organisasi keagamaan yaitu Muhammadiyah, yang selalu menjalankan Syariat Islam," jelasnya.
Jenderal TNI Gatot mengingatkan bahwa dalam memimpin tentara harus mengutamakan kaidah-kaidah agama dan bertutur kata yang halus, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Cerita lainnya tentang seorang pemuda yang dalam waktu empat hari berhasil membangun tembok dengan teliti dan rapi, menggunakan 1.000 batu bata. Namun, saat mengetahui dan melihat ada dua batu bata yang tidak bagus, pemuda itu menyesali dan berencana membongkar semua bangunan. Namun ketika hendak dibongkar, muncul seorang lelaki tua datang dan meminta air minum kepada pemuda tersebut sembari memuji, 'alangkah indahnya bangunan ini, siapa yang membangunnya?' tanya lelaki tua itu.
"Pemuda itu menjawab saya yang membangun tembok itu. Apakah Bapak tidak melihat ada dua batu bata yang jelek? Lalu jawab lelaki tua, saya melihat ada dua batu bata yang jelek, tetapi saya lebih menghargai 998 batu bata yang sempurna. Mendengar apa yang dikatakan lelaki tua tersebut, si pemuda menjadi sadar dan mengurungkan niatnya untuk membongkar bangunannya," tutur Jenderal Gatot.
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan bahwa dari cerita di atas dapat diartikan, semua manusia memiliki kekurangan, yang sempurna hanya milik Allah SWT.
"Apabila kita melihat sesuatu, lihatlah yang baik dulu, baru yang jeleknya. Kalau mau menjadi orang yang luar biasa, pasti mempunyai banyak kebaikan dan sedikit kekurangannya,” ujarnya.[rmol]
0 komentar:
Post a Comment