Khalifa Haftar Dikabarkan Minta Rusia Turun ke Libya Seperti di Suriah
Tripolli – Mantan panglima militer Libya era rezim Muammar Qaddafi, Khalifah Haftar, dilaporkan meminta Rusia masuk ke Libya untuk mendukungnya sebagaimana mendukung rezim Assad di Suriah. Haftar memerangi kelompok-kelompok Islamis Libya dan pemerintahan transisi yang diakui oleh PBB demi mendapatkan kontrol Libya.
Seperti dilansir Arabi21.com, Rabu (18/01), sebuah laporan yang disusun kantor berita Reuters juga menyebutkan bahwa Haftar tengah bernegosiasi untuk membeli senjata senialai miliaran dari Rusia. Senjata-senjata itu diharapkan bisa menguatkan posisi pasukannya dalam pertempuran di Libya.
Reuters tidak mengungkap pihak yang mendanai komandan yang mengaku memimpin pasukan nasional Libya itu. Begitu juga tidak dijelaskan tanggapan Rusia menyikapi berita tersebut.
Sementara itu, harian Internasional Busines Times menulis bahwa Haftar memerangi kelompok Islamis di Libya dan pemerintahan transisi yang didukung internasional serta diakui oleh PBB. Pekan lalu, dia mengunjungi kapal induk Rusia yang berlayar di laut Mediterania.
Di atas kapal induk Rusia, Haftar melakukan teleconference dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu membicarakan situasi di Libya. Dia juga meminta dukungan militer dari Rusia untuk memerangi kelompok-kelompok yang ia sebut “teroris”
Harian yang berkantor di New York, AS, itu melanjutkan, bahasa yang digunakan Haftar dan Shoigu dalam teleconference itu seperti bahasa yang digunakan Moskow dan Damaskus saat membicarakan oposisi Suriah. Maksudnya, Haftar ingin Moskow melakukan hal sama di Libya seperti yang dilakukan di Suriah dengan mendukung rezim dan menyelamatkannya dari jurang keruntuhan.
Di sisi lain, juru bicara Haftar membantah adanya perjanjian baru dengan Rusia untuk mendapat senjata. Akan tetapi, dia mengonfirmasi bahwa Libya akan menerima senjata senilai 4,2 miliar dolar setelah PBB mencabut resolusinya untuk negara tersebut.
Terkait penyandang dana pasukan Haftar, koran Internasional Busines Times belum bisa mengonfirmasi hal itu. Akan tetapi, harian tersebut meyakini otak kerusakan di Libya itu mendapat dana dari Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) serta Rusia, yang telah dikunjunginya dua kali selama 2016. Setelah dua kali kunjungan itu, Rusia mengumumkan memberi bantuan senjata senilai 2,9 miliar dolar kepada Haftar dengan dalih untuk memperkuat pasukan LIbya.
Perlu dicatat, Haftar memimpin pasukan militer yang disebut Al-Karmah dan mengontrol sejumlah wilayah di Libya. Pasukan ini mencoba menguasai sejumlah sumur minyak dan sumber gas dalam upaya menguasai ekonomi negara Afrika itu.
Di samping memerangi faksi-faksi Islamis, pasukan Haftar juga tidak mengakui pemerintahan yang diakui internasional dan PBB. Mereka menganggap pertempuran-pertempuran yang digulirkan menghadapi musuh-musuhnya merupakan pertempuran melawan “teroris”.
Reporter: Suhi El-Izzi
Sumber: Arabi21.com/kiblat
0 komentar:
Post a Comment