Yang katanya "Buih" itu kini jadi "Gelombang"
Sore ini seperti biasa, saya harus ke Minimarket untuk membeli roti tawar, persiapan bekal sekolah anak-anak besok pagi.
Di rak roti dengan beragam merk, saya berdua puteri saya sedang memilih-milih ingin membeli roti merk apa. Sebelum-sebelumnya, tentu saya tidak perlu bingung memilih, karena satu merk sudah menjadi konsumsi kami hampir setiap hari.
Di tengah keasyikan menimbang-nimbang ingin ganti merk apa, sebuah suara mengagetkan saya,
"Jangan! Jangan beli Sari Roti! Boikot saja Sari Roti!"
Saya menoleh, tersenyum. Seorang Ibu paruh baya dengan performance layaknya sosialita berdiri di samping saya seraya mengambil sekira 7 atau 8 buah roti tawar merek lain.
"Enak saja Sari Roti, kemarin itu sedekahnya orang buat peserta aksi 212. Itu roti udah dibeli! Dibayar lunas!" ujar ibu paruh baya itu lagi.
Merasa diajak bicara, saya mengiyakan.
"Iya, Bu. Lagipula, peraturan dari pabriknya, penjualan Sari Roti katanya sistem beli putus, bukan konsinyasi. Jadi urusan apa Sari Roti sibuk keluarkan statement yang menyakiti umat Islam begitu," kata saya seraya mengambil satu roti tawar, merk lain selain Sari Roti juga tentunya.
"Bukan bersyukur produknya dibeli. Diiklanin gratis...! Eehhh...malah kayak gitu... Biarin! Kita boikot saja Sari Roti. Saya tiap hari beli Sari Roti nggak kurang dari 7 pack. Nih, sekarang saya beli merk lain," ujar ibu itu lagi sambil memasukkan roti-roti ke dalam
keranjang.
Rupanya sang kasir mendengar percakapan kami,
"Kenapa, Bu?" tanyanya.
Lalu saya dan si Ibu bergantian menjelaskan, lebih tepatnya bercerita, bagaimana Sari Roti mengeluarkan statement resmi yang sangat menyakiti hati umat Islam. Hal itu dilakukan pihak Sari Roti setelah beredar viral foto para pedagang keliling Sari Roti memberikan roti-rotinya gratis untuk peserta Aksi Bela Islam III, Jumat 2 Desember lalu.
Tanpa kami sadari, rupanya obrolan kami juga didengar oleh pembeli lain. Seorang Bapak muda yang menuntun anaknya yang masih balita. Tanpa diduga,
"Iyalah, Dek, kita nggak usah beli Sari Roti lagi. Yang lain aja ini ya," ia berujar pada sang anak sembari mengambil dua buah roti isi coklat dengan merk lain, lalu menuju kasir dan tersenyum kepada kami.
Hmm...kejadian sore hari di sebuah minimarket di bilangan Pasar Rebo itu membuktikan pada dunia, bahwa umat Islam adalah pangsa pasar yang sangat layak diperhitungkan bagi perusahaan sebesar apapun dengan jenis produk apapun, termasuk Sari Roti.
Jangan berani-berani meremehkan umat Islam. Sekali umat Islam tersakiti, KELAR IDUP LO!
SEBARKAN!!! BIAR PENGUSAHA-PENGUSAHA TAHU, TANPA UMAT ISLAM, PRODUKNYA TAK BERARTI APA-APA!!!
Ayo Hijrah Produk....
(Sumber: fb)
Umat Islam kini tak seperti dulu. Dulu cuma "buih" kini sudah jadi Gelombang.
GELOMBANG itu sudah menyebar KEMANA-MANA... Umat ini tak lagi hanya kelas bawah.
0 komentar:
Post a Comment