Komentar dari WARTAWATI Berita Satu yang NON-MUSLIM
Mau cerita sedikit mengenai Aksi Doa Bersama di Monas dan sekitarnya. Sebenarnya, kantor aku ga mempersiapkan aku untuk menghadapi liputan Aksi Bela Islam III. Engggak seperti kantor media lainnya yang meminta reporternya melepas ID Card, memakai baju gamis atau koko putih serta atribut Islami lainnya buat yang cowok, buat yg cewek pake hijab atau kerudung. Bahkan ada kantor yang sudah siapkan bekal buat reporternya Utk liputan aksi yg disebut2 sebagai aksi 212. Plus bekal odol Utk jaga2 terjadi seperti aksi 411
Kalau aku sih liputan dengan modal nekad hahahahaha. Enggak ada bekal, enggak bawa air minum (krn pikir2 bisa beli lah di PKL), enggak pake baju nuansa Islami, malah pake celana jins, kaos hitam dan jaket merah putih (mentereng kan hahaha) plus lupa bawa pashmina Utk dijadikan kerudung.
Sebenarnya rada takut juga liputan aksi 212, secara aku beragama Kristen dari media yang disoroti ama FPI sebagai medianya Ahok. Tapi karena aku hanya prajurit yg menjalani tugas dari kumendan di kantor, oke aku jalani saja.
Karena opang (ojek pangkalan) langganan ga bisa nembus Monas, akhirnya aku berhenti di Jalan Abdul Muis. Dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki melewati Jalan Budi Kemulyaan. Melihat lautan massa yang bersalawat dan menyerukan takbir, bulu kuduk ku merinding melihat kemegahan persatuan saudara2ku umat Islam. Rasa takut pun hilang, karena mereka yang mengagung-agungkan kebesaran Tuhannya pasti tidak akan sanggup menyakiti manusia lain.
Karena udara sangat terik dan aku harus berjuang menembus Monas sambil mengetik berita laporan suasana aksi, aku kehausan. Cari-cari penjual air minum, kemudian ada bapak2 yg melihat aku sedang celingak celinguk cari air minum. Lalu bapak memakai peci putih menyodorkan sebotol air mineral kepadaku.
"Haus ya Mbak? Nih ambil aja. Kita sudah sediakan banyak kok untuk teman2 disini," ujar bapak itu. Terharu, aku ambil botol air minum itu sambil mengucapkan terima kasih.
Aku pun melanjutkan perjalanan bersama lautan massa. Berkali-kali aku ditawarkan makanan bungkus atau kue2 kecil yang sudah disiapkan warga utk para pendemo. Terpaksa aku tolak, karena akan menyulitkan aku menjalankan tugasku.
"Monas penuh," demikian kata massa. Lalu mereka pun menggelar koran dan sajadah untuk salat Jumat di jalan.
Mungkin aku satu2nya perempuan yang tidak memakai hijab atau kerudung. Tetapi, tak satupun massa mempermasalahkan keberadaanku yang berbeda dengan mereka.
Meski sempat tertahan di perempatan Indosat, akhirnya aku berhasil menembus jalan menuju Monas. Kemudian mendengar ceramah Salat Jumat yang menyejukkan. Penceramah itu mengatakan, "hai orang Kristen, kalian saudara kami, hai orang Hindu, kalian juga saudara kami. Begitu juga dengan orang Katolik, Budha dan Konghucu, kalian adalah saudara kami. Kita adalah sama, yang berbeda hanya agama kita. Dan kita tetap bersatu dalam NKRI."
Sejuk, damai dan tenang hati ini mendengarnya.
Tak berapa lama kemudian, hujan turun, mulai dari rintik2 hingga sangat deras. Aku pun mencari tempat berteduh, lalu seorang perempuan memakai hijab mengajak ku berteduh di tenda mereka, tenda Relawan Indonesia. Meski tetap basah kuyup, setidaknya kepalaku terlindungi dari derasnya hujan. Terima kasih, BU (entah siapa namanya)
Namun hujan deras, tak membuat massa bergerak sedikit pun dari tempat duduk mereka. Bahkan mereka semakin khusus dan khidmat dalam menjalankan ibadahnya.
Luar biasa!!!
Massa pun lebih tertib. Sampah dikumpulkan di plastik2 sampah atau kepada massa yg bertanggung jawab mengumpulkan sampah. Bagaimana dengan taman? Aaahh mereka juga menjaga taman tidak rusak. Bahkan mereka saling mengingatkan untuk tidak menginjak tanaman yang ada di taman-taman tersebut.
Massa pun mulai membubarkan diri seusai salat Jumat, sekitar 12.45 WIB. Jalan-jalan ibu kota mulai normal kembali sekitar pukul 16.00 WIB.
Terima kasih untuk sahabat2 yang telah menemaniku dalam aksi 212. Terima kasih kalian begitu baik dan tak mau terprovokasi sehingga tak terjadi lagi peristiwa di aksi 411. Meski ada segelintir oknum dari massa yang mencoba memprovokasi, tapi kalian tetap tenang. Terima kasih telah membiarkan aku dan teman2 wartawan lainnya dapat meliput dengan tenang dan aman.
Demikian sekelumit kisah liputan ku dalam aksi 212, Aksi Bela Islam III. Salute to all of you!!
0 komentar:
Post a Comment