Soal Prilaku Bohong Jokowi, Puan Maharani Curhat dan Menangis di Hadapan Megawati
Nuansa kebatinan keluarga Bung Karno makin diselimuti gelapnya kabut "polusi politik". Lantaran ulah Megawati yang lebih memilih berkolusi dengan konglomerasi hitam dan mengabaikan aspirasi rakyat banyak.
Kabar tentang suasana itu berhembus dan menjadi perbincangan spesial dikalangan terbatas kaum akivis: "sungguh, Ketum PDIP Megawati, telah merendahkan harga dirinya dan menistakan nama besar Bung Karno demi kepentingan Capres Boneka Jokowi...", tulis seorang sahabat aktivis 98 di wall fesbuk pribadinya.
Lebih memprihatinkan, manuver politik Megawati yang sangat membabi-buta mendewakan Jokowi di ruang publik, telah berimbas pada perpecahan di lingkaran keluarga besar Bung Karno. Namun ironinya, Megawati tetap melaju dengan ambisinya, tancap gas dan tak peduli. Yang terpenting "argo transaksi uang haram" ratusan miliar bahkan teriliuan rupiah, terus mengalir deras ke pundi pribadi dan kelompoknya. Astagfirullah !
Menjadi alasan utama bahwa licinnya pengaruh Jokowi untuk menaklukan moral politik dan harga diri Megawati serta konco-konconya di PDIP, tidak lepas dari pengaruh dasyat politik transaksional. Tanpa "hepeng", bagaimana mungkin PDIP akan memberi mandat Capres kepada Jokowi...?
Dari Asbab itu maka tak heran, Jokowi melenggang bebas menghias berbagai media massa dan segala rupa perhelatan politiknya dengan aneka menipulasi pencitraan. Dalam bahasa halus Jokowi: semua itu merupakan bentuk "politik kegembiraan". Namun sesungguhnya adalah pesta-pora penghamburan uang haram untuk tujuan membodohi dan menipu rakyat.
Situasi tak bermartabat itu jelas mengusik nurani Puan Maharani (putri Megawati) dan sejumlah senior PDIP yang masih konsisten mengemban ajaran Bung Karno. Di hati mereka bersuara: "Jokowi dan konglomerasi hitam telah menyeret Megawati dan gerbong PDIP ke jalan yang gelap dan menyesatkan".
Belum lama ini, gonjang-ganjing tentang kegalauan Puan Maharani tentang suasana bobroknya internal PDIP, mengemuka ke ruang publik. Terungkap bahwa Puan Maharani dan sebagian senior PDIP separuh hati untuk mendukung Jokowi. Walaupun beredarnya isu kemudian dibantah, namun jejak kebenaran atas masalah tersebut tak dapat dihilangkan.
Misal, dalam cerita yang beredar terbatas dikalangan aktivis metropolitan, mengungkap bahwa beberapa hari lalu, Puan Maharani bertemu ibunya (Megawati) untuk menumpahkan isi hatinya. "Ibunda, aku dan keluarga sangat malu, makin terbukti Jokowi adalah pembohong besar, mengapa kita masih ngotot untuk mendukungnya..."
Mendengar keluhan putri tercinta, Megawati dengan dingin menjawab: "Nak, semua itu adalah seni politik, mari kita jalani dengan sempurna di hadapan rakyat..." ujar Megawati dengan sedikit melepas senyum, membuat hati Puan Maharani terguncang. Begitu kabar tak elok itu beredar.
Dari peristiwa di atas, sebagai anak bangsa yang masih memiliki moral dan akal sehat, mari kita merenug dan bertanya: "Di manakah ajaran dan nilai-nilai Bung Karno yang dapat kita petik dari perilaku politik pragmatisme Megawati, Jokowi dan loyalisnya...?"
Selamat menyongsong perubahan, pastikan sumbangan suara anda di TPS tangal 9 Juli nanti dengan tidak mencoblos Capres Boneka. Karena Bung Karno telah berpesan: Mereka yang menjadikan politik dengan menghalalkan segala cara untuk berkuasa demi tujuan busuk menjual aset-aset negara, mereka itu adalah SONTOLOYO !!!
salam Faizal Assegaf
Ketua Progres 98
Innalillahi wainna lillahi rojiun. Janganlah km fitnah dan membicrakan sesama muslim. Hukuman allah swt itu maha nyata. Jgn sampai ajab allah swt datang ke anda karena prilaku anda.
ReplyDeletePOSTINGAN BERITA INI SANGAT PROVOKATIF, TINGKAT KEPERCAYAANNYA RENDAH KARENA SUMBERNYA TIDAK VALID. TIDAK SEHARUSNYA BLOG SEPERTI INI MEMPOSTING BERITA SEPERTI MACAM INI. SY MUSLIM, PRO PRABOWO TAPI BENCI FITNAH DAN MENJELEKAN YANG LAIN.
ReplyDeleteJUSUF MALIK, tau darimana klo itu fitnah ? Yg fitnah dia atau kamu ?
ReplyDeletelihat saja sebentar siang broo., bentar lagi akan kita lihat siapa yang akan meminpin bangsa ini 5 tahun ke depan.
ReplyDeleteYang penting, pemimpinnya nanti adalah yang terbaik dari keduanya...
ReplyDelete