Revolusi Mental Ala Jokowi Gagasan PKI, Sisi Lain Soekarnoisme
“Gagasam revolusi mental” bagian dari sejarah silam komunisme. Sejarah muram bangsa yang membawa rakyat Indonesia yang baru merdeka terperosok pada mental PKI dan Komunisme yang sangat membahayakan. Jelas revolusi mental bukan sekedar isapan jempol belaka. Tetapi “kenyataan” dan “peritiwa” yang menyeret bangsa masuk pada kumbangan birokrasi yang tidak mengenal toleran dan kejahatan lainnya. Komunisme yang identik dengan mental ideologi cina ketika itu telah memporak porandakan hormanisasi bangsa yang tengah belangsung. Hanya 20 tahun sejak kemerdekaan, sejarah hitam bangsa itu mencuat, mencoret coret negara dengan darah dan kedholiman lainnya.
Menurut peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila, Habib Alatas, istilah ini sudah lama didengungkan gerakan sosialis-komunis di kawasan Eropa untuk mendobrak kungkungan ajaran agama.
"Dogmatisme agama dianggap menghambat kemajuan peradaban. Maka lahirlah revolusi mental untuk membebaskan masyarakat. Karl Marx sendiri menganggap agama sebagai candu," kata Peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila itu ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (27/6/2014). Pada intinya revolusi mental adalah sebuah proyek anti agama, terlebih kalau dikaitkan dengan dengan anti syariat PDIP, maka revolusi mental bagian dari amunisi anti Islam yang paling berbahaya. Reovulis mintal dijamana Soekarno telah terbukti membawa pada perbedaan bangsa yang sangat tajam, sehingga menimbulkan konflik dan sadesme yang tidak yang tidak manusia.
Revolusi mental terbukti membubarkan masyumi dan kegiatan kegiatan Islam lainnya, bahkan melumpuhkan aktivitas mesjid, mencurigai Islam merupakan target utama, sekalipun mereka bertaqiyah berpura pura agamis, tetapi tidak lepas target utama yang bertujuan menggusur Islam dari bumi Indonesia.
Revolusi mental terbukti membangun “nasakom” yang mengundang bencana anak anak Negeri membudayakan “saling bunuh”. Terlebih untuk mempengaruhi muslim awam, nama partai PKI tidak berkepanjangan Partai Komunis Indonesia, tetapi pakai simbol Partai Kyai Islam, yang akhirnya menghancurkan segala.
Apalagi anak anak PKI dengan ideologi bapaknya membaur dengan berbagai partai, memcoba membentuk embrio menguasai semua partai, sebelum mereka beraksi menumpas para penganut agama. Karena dalam pandangan mazhab revolusi mental agama, agama adalah penghambat kemajuan berbegara, agama racun dan candu yang membahayakan bangsa, itulah kampanye revolusi mental yang pernah terjadi pada tahun 1965.
Puncaknya pemburuan terhadap tokoh tokoh agama, pembunuhan para kyai dan umat islam lainnya yang kuat memegang prinsip agama.
Fadli Zon sebelumnya mengatakan, istilah 'revolusi mental' kental bernuansa ideologi komunisme. Dia mengatakan itu saat menanggapi tudingan bahwa Prabowo Subianto adalah seorang fasis. "Indonesia tak ada hubungannya dengan NAZI, yang ada dengan komunis. Nah, 'revolusi mental' punya akar kuat tradisi paham komunis," ujar Fadli Zon dalam akun Twitternya.
Dia menjelaskan, Karl Marx menggunakan istilah 'revolusi mental' dalam satu bukunya "Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte" yang terbit tahun 1869. Revolusi mental juga menjadi tujuan dari "May Four Enlightenment Movement" (Gerakan 4 Mei, yang menjadi perlawanan rakyat pertama untuk menentang kekuasaan kekaisaran) di China 1919. Gerakan itu, diprakarsai Chen Duxui, pendiri Partai Komunis Cina (PKC).
"Aidit PKI, menghilangkan nama Achmad dari nama depannya, dan menggantinya dengan Dipa Nusantara (DN) dengan alasan revolusi mental, yaitu menghapus (nama) berbau agama," tandasnya.[RMOL.CO]
Yang jelas revolusi mental adalah kitab besar Kal Marx yang menjadi panduan penganut agama komunisme yang bertuhankan pada anti Tuhan. Mereka juga adalah kelompok radikal, melebihi terorisme agama, karena negara negara yang terjangkit penyakit revolusi mental, selalu menempuh dua jalan, salah satunya menempuh akses memutus hubungan dengan dunia luar. Dengan cara meng-isolasi diri, mereka melakukan gebrakan pemisahan dari semua hubungan diplomatik dan membunuh rakyatnya sendiri yang berusaha melarikan diri. Kalau bisa dikelaskan, mereka merupakan RAS tersendiri, yang bisa disebut RAS anti Tuhan.
Penampilan seorang Jokowi yang berpura pura lugu, sebenarnya bagian dari aktingnya untuk memuluskan rencanya, tetapi bisa di buktikan dengan tindakan tindakan makar Jokowi yang memecah belah keutuhan Umat Islam dalam paradigma Jokowi yang tidak menghargai perasaan Mayoritas. Dengan alasan menghormati “minoritas”, jokowi bertindak gegabah dengan melibatkan Susan sebagai Lurah lenteng Agung Jakarta selatan, apalagi kalau lebih jauh melihat PDIP, yang sangat terbuka menerima aliran sesatapapun, asalkan menjadi kontribusi partainya, akan semakin jelas kemana arah
Mentalitas Jokowi adalah mentalitas orang anti Syariat islam dan menebas agama, berkedok membela kaum mayoritas, tetapi dengan merusak tatanan mayoritas. Dan dalam skop besar, kalau Jokowi jadi Presiden tak akan pernah mendengarkan keluhan Islam yang mayoritas, itu terbukti dengan sikap Jokowi yang menyempal mayoritas dengan menaikkan orang minoritas ditengah tengah mayoritas, merupakan salah satu ciri anti Islam, bagian dari tangga tangga revolusi mental, langkah memanjat Jokowi menghancurkan mata rantai mayoritas, menggunakan perbedaan perbedaan prinsip dikalangan tokoh tokoh Islam, Jokowi melaju terus dengan konsep anti Islamnya. Bahkan seorang jokowipun tak perlu minta nasehat ulama untuk menghancurkan kekuatan mayoritas.
Sesuatu yang tak pernah di sadari oleh umat Islam abangan di Indonesia, asal dukung mendukung capres, walaupun tidak tahu bahayanya, tidak tahu resiko dan akibat dampak seorang Pemimpin yang anti Islam. Yang sudah pasti tak akan memberikan ruang nafas kepada umat Islam menjalankan syariat islam. (koepas)
0 komentar:
Post a Comment