Pleno KPUD Unggulkan Prabowo-Hatta
Oleh : A.m. Panjaitan
KPU memang baru mengumumkan hasil rapat pleno mereka untuk menentukan presiden dan wakil presiden Indonesia yang baru pada tanggal 22 Juli 2014, akan tetapi dari laporan rapat pleno pada tingkat daerah (KPU) kita sudah bisa sedikit mendapat gambaran hasil pleno KPU nantinya akan seperti apa sebab sekalipun hasil pleno KPU bisa berbeda dari KPUD namun demikian perbedaannya tidak akan signifikan.
Bukan bermaksud mendahului takdir, namun bila kita melihat hasil rekapitulasi KPUD yang sudah resmi tampaknya sulit dipercaya apabila nantinya Jokowi-JK yang terpilih menjadi presiden pada tingkat KPU sebab sudah hampir dipastikan Prabowo-Hatta memenangkan Jawa. Alasan Jawa adalah pulau terpenting dalam pilpres tentu saja karena pulau ini paling padat penduduknya dibandingkan pulau-pulau lain. Setidaknya 50% dari total penduduk Indonesia berdiam di Jawa, sehingga ada semacam rumusan bahwa capres mana yang memenangkan Jawa maka setengah kakinya sudah berada di kursi presiden.
Berdasarkan hasil resmi dari KPUD yang masuk maka Prabowo-Hatta Rajasa berhasil menang telak di Jawa Barat, Banten, Bekasi, Depok, Tangerang, Madura dan relatif imbang di Jawa Timur yang merupakan basis pendukung Jokowi-JK yaitu: PKB sehingga bisa dihitung sebagai kemenangan serta berhasil mengambil sekitar 35% suara di lumbung massa PDIP yaitu Jawa Tengah termasuk di daerah basis PDIP: Bojonegoro dan Magetan yang mengemparkan PDIP. Selain itu Sumatera sebagai pulau terpadat kedua dimenangkan oleh Prabowo-Hatta. Kemenangan tersebut antara lain di: Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Medan, dan Sumatera Utara. Untuk pulau lain tampaknya Kalimantan Barat, Selatan dan Timur, NTB, NTT akan dimenangkan Prabowo-Hatta namun belum ketahuan dengan marjin seberapa besar.
Sedangkan kemenangan Jokowi-JK sejauh ini adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Papua, Bali dan Jawa Timur yang masih belum ketahuan pemenangnya tapi sekalipun Jokowi-JK menang di Jatim namun kemenangan tersebut sangat tipis padahal basis PKB dan Dahlan Iskan dengan grup Jawa Posnya. Selain Jatim, Bali dan DKI Jakarta, pemilih Jokowi-JK yang lain berasal dari daerah yang tidak berpenduduk padat.
Melihat daerah-daerah pemilih masing-masing capres di atas maka kita bisa melihat bahwa demografi pemilih Prabowo-Hatta adalah kalangan muslim dari berbagai kalangan, mulai massa Islam PKS, massa Islam puritan di tanah Minang, Aceh, Banten dan Madura, massa Islam nasionalis seperti murid-murid kiai NU di Jawa Timur. Selain itu keberhasilan Prabowo-Hatta mengambil 35% suara di Jawa Tengah dan beberapa basis PDIP tampaknya berkat jasa Rustriningsih dan loyalis yang merindukan masa damai di zaman almarhum Presiden Soeharto atau yang dikenal sebagai “massa piye kabare.”
Satu-satunya blunder terbesar Prabowo-Hatta yang bila tidak dilakukan akan dapat memastikan kemenangan dengan marjin 10% adalah kehilangan pulau Bali karena rencana reklamasi Bali yang tidak disetujui mayoritas rakyat Bali padahal sebelum rencana reklamasi tersebut diumumkan, 70% rakyat Bali sudah hampir dipastikan memilih Prabowo-Hatta karena muak dengan PDIP dan Megawati, tapi mereka berbalik arah karena tidak mau ada reklamasi yang merusak lingkungan di pulau mereka.
Sedangkan pemilih Jokowi-JK umumnya berasal dari daerah basis massa politisi dan parpol yang mendukungnya seperti basis PDIP di Jawa Tengah dan Bali; basis keluarga Kalla di Indonesia Timur seperti Sulawesi, Maluku dan Papua. Pemilih Jokowi juga terdiri dari daerah yang banyak dihuni minoritas seperti Tionghoa (DKI Jakarta, Bangka-Belitung, Surabaya, dll); Kristen (Minahasa, Sulawesi Utara,), Katolik (DKI Jakarta, dll), Ateis-Agnostik (Sherina dkk), Islam liberal (JIL dkk) yang menjadi target kampanye hitam oleh kubu Jokowi-JK bahwa bila Prabowo-Hatta menang maka minoritas akan dihabisi dan dibantai oleh “Islam radikal nan buas” yang mendukung koalisi Prabowo-Hatta Rajasa; dan Pemilih Jokowi-JK juga berasal dari daerah yang pernah menjadi target pencitraan Jokowi dengan mengorbankan proyek bernilai miliaran dan trilyunan dengan dana dari APBD seperti Solo dan DKI Jakarta.
Berdasarkan fakta di atas maka saya harus mengatakan bahwa saya akan sulit percaya bila nantinya Jokowi-JK dinyatakan menang oleh KPU pada tanggal 22 Juli 2014 sebab bagaimana mungkin mereka bisa menang bila dua pulau yang ditinggali 70% penduduk Indonesia yaitu Pulau Sumatera dan Jawa dimenangkan dengan cukup telak oleh Prabowo-Hatta? Hampir tidak mungkin dan tidak masuk logika. Apalagi kita ingat bahwa beberapa pulau seperti Kalimantan dan Madura mendukung telak kepada Prabowo-Hatta, sehingga sangat patut dipertanyakan bila nanti kemenangan malah menjadi milik Jokowi-JK.
Walaupun demikian saya sadar bahwa kita harus menunggu hasil akhir dari KPU dan (mungkin) Mahkamah Konstitusi.
0 komentar:
Post a Comment