Jegal Prabowo-Hatta, Kubu Joko-Kalla Tempuh Berbagai Cara
Berbagai cara tak terpuji ditempuh kubu Capres-Cawapres nomor urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menciptakan skenario kekalahan bagi pasangan nomor urut 1, Capres-Cawapres Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014.
Berbagai cara kemenangan kubu Joko-Kalla yang jauh dari istilah demokratis nampak semakin kentara sejak hari pemungutan suara 9 Juli 2014 lalu, bahkan sebelum hari itu. Berikut simak cara-cara ‘miring’ Joko-Kalla untuk mengambil alih pemerintahan RI.
Jusuf Kalla : Kita Tidak Akan Dikalahkan Kecuali Dengan Kecurangan
Entah apakah Kalla pikun atau khilaf, namun statment Jusuf Kalla sudah diluar logika akal sehat. Kalla telah mengunci stigma masyarakat bahwa Joko-Kalla pasti menang. Rakyat tidak mungkin memilih Prabowo-Hatta, karena tentunya rakyat pasti akan memilih Joko-Kalla.
Deklarasi Kemenangan Quick Count
Sebuah skenario yang sangat mencolok. Para petinggi partai koalisi PDI-P mendeklarasikan kemenangan Joko-Kalla pada hari pencoblosan, 09 Juli 2014, saat hasil quick count baru masuk sekitar 60 persen.
Klaim Lembaga Survey Kredibel
Delapan lembaga survey yang diketahui berpihak pada pasangan Joko-Kalla, yang sebagian diketahui telah melakukan pelanggaran Pemilu dengan membagi-bagikan uang saat kampanye diklaim lebih dulu oleh pihak Joko-Kalla sebagai lembaga survey yang memiliki kredibilitas. Dengan klaim ini Joko-Kalla kembali mengunci stigma masyarakat bahwa selain kedelapan lembaga survey tersebut adalah ‘tidak kredibel’.
Deklarasi Kemenangan Di Fasilitas Publik
Usai mendeklarasikan kemenangan pada 9 Juli 2014, sekitar pukul 15.00 WIB, Capres Joko Widodo kembali menggelar deklarasi kemenangan di area publik. Kali ini di bundaran HI. Menjadi sebuah upaya menjatuhkan mental tim pemenangan dan relawan kubu Prabowo-Hatta.
Membooking Media
Sejak muncul sosok Joko Widodo, Walikota Solo dengan temuan mobil Esemka nya pada 2012 lalu, sejumlah media telah dikontrak ‘tim Jokowi’ untuk merubah warnanya menjadi ‘warna Jokowi’. Maka kemudian muncul media-media berwarna Jokowi, diantara yang paling mencolok adalah; detik.com, kompas.com, merdeka.com, tempo.co, dan liputan6.
Media-media tersebut bertanggung jawab terhadap popularitas Joko Widodo dengan mengangkat semua hal seputar Joko Widodo. Trik tersebut terbukti sukses mengantar Joko Widodo menduduki kursi DKI 1, dan trik terus berlanjut mengawal Joko Widodo menjadi RI 1.
Meramaikan Isu Kubu Prabowo-Hatta Melakukan Kecurangan Pilpres
Menggunakan media bayaran, kubu Joko-Kalla tak henti menuding kubu Prabowo-Hatta melakukan kecurangan di Pilpres 2014, baik saat pemungutan suara di TPS, penghitungan quick count, hingga real count.
Menuding KPU dan Bawaslu Tidak Netral
Kubu Joko Widodo menebar isu bahwa Bawaslu dan KPU tidak netral, seperti tuduhan yang yang telah mereka lontarkan terhadap panitia pengawa Pemilu di Singapore. Begitu pula stigma tuduhan curang yang dilontarkan Burhanudin Muhtadi kepada KPU.
Burhan Muhtadi : Jika Real Count Berbeda Maka Yang benar adalah kami
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi, melontarkan pernyataan, jika hasil real count berbeda maka KPU salah, dan yang benar adalah pihaknya. Melalui Burhanudin, kubu Joko-Kalla kembali mengunci stigma masyarakat bahwa pasangan Joko-Kalla harus menang dan pasti menang.
Teror Terhadap Lembaga Survey JSI
Bom molotov dan peretasan situs JSI dilakukan kubu Joko-Kalla terhadap lembaga survey yang memenangkan Prabowo-Hatta pada hasil quick count. Tujuannya untuk mengintimidasi lembaga survey yang coba-coba mengungkap fakta hasil quick count.
Upaya Pembunuhan Karakter TV One, RCTI, dan MNCTV
Menciptakan stigma bahwa stasiun TV One, RCTI, dan MNCTV merupakan stasiun televisi yang berbeda dengan stasiun televisi lain hanya karena menampilkan hasil quick count dari 3 lembaga survey yang memenangkan Prabowo-Hatta. Dengan demikian kubu Joko-Kalla berharap masyarakat tidak lagi mempercayai kredibilitas 3 stasiun televisi tersebut.
Menggoyang Koalisi Lewat Kader Muda GOLKAR
Berupaya melemahkan kesolidan koalisi Merah Putih dengan merayu hingga membayar sejumlah kader muda Partai Golkar untuk melengserkan Ketum Aburizal Bakrie dengan desakan mempercepat Munas. Diduga kader senior Golkar pro Joko-Kalla menjadi ‘kompor’ syahwat sejumlah kader muda Golkar tersebut.
Menggoyang Deddy Mizwar Lewat Relawan Jawa Barat
Melalui relawan Joko-Kalla di Jawa Barat, mereka menggoyang isu aktivitas syuting Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar yang juga termasuk tim pemenangan Prabowo-Hatta. Isu ini tentunya bukan hanya menyentil Deddy Mizwar, tapi juga Ahmad Heryawan (Aher), sebagai Gubernur Jawa Barat yang memang bersama Deddy Mizwar berada dalam satu gerbong pendukung Capres-Cawapres usungan koalisi Merah Putih tersebut.
Menggoreng Isu Ketidakhadiran Demokrat Di Koalisi Permanen
Menebar isu bahwa Partai Demokrat setengah hati mendukung koalisi Merah Putih. Isu ini keras dihembuskan selang setelah ketidakhadiran perwakilan Partai Demokrat di peresmian acara koalisi permanen beberapa waktu lalu. Tujuannya tak lain untuk melemahkan seluruh partai yang tergabung dalam koalisi Merah Putih, termasuk Partai Golkar yang menjadi incaran utama.
(spektanews)
0 komentar:
Post a Comment