Pesan Buat MetroTV: Bongkar Akal-Akalan Surya Paloh Menipu Ibu Jokowi
Menanggapi derasnya desakan #TutupMetroTV, kami mengundang Faizal Assegaf, Ketua Progress 98 dalam menyikapi dan mengungkap fakta dibalik kasus Metro TV.
Faizal Assegaf menulis bahwa ada dusta berkedok hasil survei dan quick count abal-abal membuat mabok Jokowi dan komplotan pemburu kekuasaan. "Sebuah peristiwa paling memalukan dalam sepanjang sejarah demokrasi modern di negeri ini.
Di mana saat 80 persen suara belum diumumkan di seluruh TPS, namun sekelompok orang telah bertindak nekat mendeklarasikan kemenangannya secara sepihak." demikian lansirnya pada visibaru.com.
ada dusta berkedok hasil survei dan quick count abal-abal membuat mabok Jokowi dan komplotan pemburu kekuasaan. "Sebuah peristiwa paling memalukan dalam sepanjang sejarah demokrasi modern di negeri ini
Lebih mengejutkan, melalui siaran live Metro tv, sang presiden terpilih hasil rekayasa perhitungan cepat, tampil menyampaikan pidato singkat yang diiringi tepuk tangan dan pesta-pora massa pendukungnya. Pemandangan tak elok itu mirip sebuah pertunjukan ketoprak berjudul: "Revolusi Mental Para Badut..."
Drama politik dimaksud juga menyisipkan sepenggal durasi yang sangat mengharukan. Tentang adegan isak-tangis ibu Jokowi yang muncul di layar kaca menuturkan selamat atas kemenangan sang anak. Jutaan mata pemirsa dibuat tertipu.
Begitu heboh dan canggihnya kamuflase opini yang dikemas oleh Metro tv dan jaringan media pendukung Jokowi. Gemanya sukses menyihir perasaan dan akal sehat publik. Namun euforianya berlangsung sesaat, kemudian redup lantaran terungkap semua itu tidak lebih adalah parodi politik hasil settingan para pembuat skenario di balik layar.
Faizal Assegaf: Siapa dalang di balik settingan isu kemenangan Jokowi?
Makhluk bernama Jokowi adalah sebuah produk berita yang menggempita di berbagai media massa. Melalui moto: "Tiada hari tanpa Jokowi", para penyokong capres boneka gencar menyuguhi publik dengan aneka opini serba pencitraan. Dan celakanya, segala lakon dan tutur mantan Walikota Solo tersebut seolah mutlak benar dan tak boleh dikoreksi oleh siapa pun.
Bayangkan bila ada berita paja-puji tentang Jokowi bermunculan di jaringan media, publik hanya terposisi sebagai objek, tepatnya korban kebohongan. Bila anda mencoba mengoreksi, maka spontan akan menuai reaksi kecaman dan berbagai hujatan (di-bully). Singkatnya Jokowi telah diperlakukan sebagai figur yang sangat sakral dan terbebas dari kritikan rakyat.
Fenomena "pencitraan akut" ala Jokowi yang dibangun oleh jaringan media massa, perlahan namun pasti, menimbulkan kemuakan dan memicu arus balik dari perlawanan rakyat. Yakni, rakyat mulai sadar bahwa keberpihakan pers yang membabi-buta mendukung Jokowi tidak lepas dari sebuah konspirasi jahat.
Bahkan Jokowi dan jaringan pers pendukungnya dituding telah melakukan kebohongan dan mempertontonkan perilaku kemunafikan. Dan akumulasi kemarahan rakyat kian memuncak saat Jokowi melalui siaran live Metro tv mengklaim kemenangan yang berpijak pada rekayasa hasil quick count.
Surya Paloh, Bos besar Metro tv pun ikut merayakan pesta kemenangan palsu Jokowi dengan mengumbar senyum khasnya di hadapan jutaan pemirsa.
Surya Paloh, Bos besar Metro tv pun ikut merayakan pesta kemenangan palsu Jokowi dengan mengumbar senyum khasnya di hadapan jutaan pemirsa. Surya Paloh yang juga Ketum Partai NasDem, seolah mengirim pesan penuh makna ke ruang publik, tentang pengaruh kehandalannya dalam memainkan rekayasa opini yang sungguh menyesatkan.
Skenario Metro tv bahkan dengan canggih menghadirkan tanyangan spesial berupa wawancara live Ibu Jokowi yang sebelumnya telah dikondisikan untuk tampil dengan rupa polos, berlinang air mata dan suara yang serak ketika mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi.
Luar biasa, teganya Surya Paloh dan Metro tv mempolitisir peristiwa norak tersebut di hadapan rakyat dengan memanfaatkan bukan hanya Jokowi tapi sekaligus ibu sang capres boneka. Akal-akalan bos Metro tv terbilang unik dan sangat memalukan. Betapa tidak, klaim kemenangan dengan memanfaatkan quick count adalah tindakan ilegal dan bentuk kebohongan yang nyata.
Bila tanggal 22 Juli nanti, KPU mengumumkan hasil perolehan suara sah menempatkan Jokowi sebagai pihak yang kalah, maka usai sudah mabok kekuasaan itu dipertunjukan oleh Jokowi, Surya Paloh dan para pendukungnya. Semua rangkaian adegan konyol kreasi para bandit politik, menjadi catatan sejarah bahwa demokrasi di negeri ini pernah dibajak oleh pers berwatak tipu-muslihat! [ahmed/voa-islam.com]
0 komentar:
Post a Comment