Pidato Erdogan Sebut Barat Punya Mata Tapi Tidak Bisa Melihat
Lebih dari lima juta warga Turki mendatangi Istanbul untuk memenuhi undangan Presiden Erdogan dan mengutuk upaya kudeta militer yang terjadi pertengah bulan Juli kemarin.
Acara yang dihadiri jutaan rakyat Turki tersebut tidak hanya dihadiri oleh politisi AKP besutan Erdogan, tapi juga di hadiri oleh pimpinan partai oposisi
dalam acara yang digelar pada hari Ahad sore (7/8/2016) kemarin, Presiden Recep Tayyip Erdogan, PM Turki Bin Ali Yildirim, Ketua Parlemen Turki Ismail Kahraman, Pimpinan Partai Oposisi, Partai Rakyat Republik, Kemal Klajaddar Ihsanoglu beserta para pimpinan partai lainnya.
Mereka menghadiri pertemuan akbar tersebut bersama rakyat dan menyerukan persatuan bangsa Turki.
Dalam kesempatan itu Erdogan berjanji akan membersihkan Turki dari jejaring Fathullah Gulen yang merupakan otak dibalik kudeta.
Gulen selama ini memiliki pengaruh di militer, pengadilan, dan perangkat administrasi negara sehingga beberapa waktu lalu mereka berupaya untuk menggulingkan pemerintah yang sah. Gulen sendiri saat ini masih berada di Amerika dan mendapatkan suaka di sana
Disisi lsin Turki dengan waktu yang bersamaan, Salah satu stasiun televisi menayangkan keadaan terkini di daerah Taksim. Massa terus berteriak “Mustafa Kemalin Askerleriyiz [Kami adalah laskar Mustafa Kemal Ataturk]”. Sangat kontras dengan apa yang diteriakkan massa AKP di Zeytinburnu “Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar”.
ErdoÄŸan memulai pidatonya pada jam 6 sore waktu Istanbul disambut dengan teriakan “Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar”. Rangkuman isi dari pidatonya mengajak seluruh masyarakat Istanbul untuk menyadari bahwa permainan (konspirasi) harus diakhiri:
(1) Turki adalah Istanbul, karena Istanbul adalah pusat peradaban Turki Utsmani. Kita juga mengetahui bahwa seluruh dunia sedang memperhatikan kita, oleh sebab itu pada hari ini biarlah mereka melihat apa yang sebenarnya di dalam hati kita semua.
(2) Lihat nanti, apakah BBC akan menyembunyikan apa yang kita lakukan pada hari ini. CNN dan Reuters juga melakukan hal yang sama, menyembunyikan berita tentang apa yang kita lakukan hari ini, aksi kita adalah aksi damai, bukanlah aksi dengan memukul penggorengan (tencere). Mereka melempar bom Molotov terhadap polisi negara, apakah ini yang dinamakan demokrasi?
(3) Turki bukan hanya daerah Taksim, tapi Turki juga daerah Uskudar, daerah Gatih, daerah Kasimpasa. Turki bukan hanya Istanbul tapi Turki juga daerah Kayseri, daerah Ersurum, daerah Samsun.
(4) Parlemen Eropa sudah menentukan sikap terhadap apa yang terjadi di Turki, tapi mereka menutup mata terhadap apa yang terjadi di Suriah, menutup mata terhadap pembantaian di Palestina. Karena mereka punya mata tapi tak bisa melihat, mereka punya telinga tapi tak mendengar, dan mereka punya lidah tapi tak bisa bicara.
(5) Lihat apa yang sekarang mereka lakukan terhadap patung Kemal dan Bendera Turki yang ada di Taksim Square padahal katanya mereka adalah orang-orang yang mencintai Ataturk dan mencintai Turki.
(6) Mereka mengatakan bahwa polisi memakai gas air mata, apakah negara lain tidak menggunakan gas air mata? Lihatlah sekarang di rumah sakit, yang lebih banyak terluka adalah polisi. Sekarang polisi lah yang mereka salahkan.
(7) Mereka mengatakan bahwa saya adalah diktator. Saya adalah pelayan di negeri ini, bagaimana mereka mengatakan bahwa saya adalah seorang diktator? Oleh karena itu saudaraku. Kita melihat permainan yang terjadi, sehingga saatnya kini kita mengakhiri permainan.
Setelah berpidato di daerah Kalizcesme yang merupakan daerah di mana Fatih Sultan Mehmet membangun masjid yang pertama di Istanbul sebelum penaklukan Konstantinopel—ia kemudian juga memberikan sambutan di Turkce Olimpiyatlari (Turkish Olympiad), salah satu lomba bahasa Turki dalam berbagai bidang seperti puisi, lagu dan lainnya. Dalam sambutannya ia mengatakan “Mereka melempar Molotov, kalian memberikan lagu kepada kami, sampaikan salam dari hati kami untuk orang tua kalian ketika kalian kembali ke negara masing-masing”.
0 komentar:
Post a Comment