Akankah Turki Keluar Dari NATO
Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa negerinya sedang “mempertimbangkan untuk keluar dari NATO” jika aliansi militer ini tidak memberikan dukungan yang dibutuhkan Turki.
Ketika diwawancarai Kanal TV Ulusal, Cavusoglu dikutip mengatakan bahwa negerinya sedang mempertimbangkan untuk keluar dari NATO karena selama ini NATO tidak menunjukkan dukungan berarti kepada Turki, sementara di sisi lain, justru sukses bekerjasama dengan negara-negara lain. “Oleh karena itu, kita mungkin akan mencari partner lain yang tepat,” kutipnya.
Cavusaglu juga menyatakan jika Turki jadi keluar dari NATO maka kesalahan sepenuhnya ada di tangan NATO, bukan karena kerjasama Turki dengan Rusia, China maupun negara-negara lain.
Sinyal ancaman Turki juga seebelumnya juga disampaikan Menlu Turki ini. Dalam kesempatan lain, Cavusohlu juga menyatakan keinginan negaranya untuk bekerjasama dengan Rusia dalam mengambangkan industri pertahanannya. Dan tampaknya keinginan tersebut semakin dipertegas dalam kunjungan Erdogan ke Rusia kemarin. Dalam konperensi pers Putin dan Erdogan, isu pengembangan industri militer menjadi topik yang dibicarakan kedua belah pihak.
Sementara itu, Markas Besar NATO Rabu kemarin mengeluarkan rilis yang menegaskan bahwa Turki tetap menjadi sekutu penting bagi aliansi ini karena kontribusinya selama ini dalam program keamanan bersama.
“Turki telah mengambil peran penting dalam keputusan bersama NATO ketika kita menghadapi tantangan keamanan terbesar saat ini.”
“NATO sangat mengandalkan peran serta Turki dan Turki dapat mengandalkan solidaritas dan dukungan NATO,” terang pers rilisnya.
Menjawab minimnya dukungan NATO setelah kudeta yang gagal, pers rilis itu menyebutkan; “Sekjen NATO telah menelpon Menlu Turki pada malam kudeta dan setelah itu dengan Presiden Erdogan untuk mengutuk keras aksi kudeta dan menekankan komitmen NATO untuk mendukung pemerintahan yang terpilih.”
Bagaimanapun, Turki menjadi negara NATO yang penting karena posisinya yang berada di antara Eropa dan Asia sekaligus menjadi mediator kunci hubungan Barat dengan dunia Islam.
Analis politik Al Jazeera, Marwan Bashara mengatakan bahwa NATO harus serius menanggapi keluhan dan persepsi Turki perihal rendahnya dukungan aliansi keamanan ini kepada pemerintahan Erdogan. Karena keluarnya lebih merugikan NATO ketimbang Turki sendiri. Seperti dikatakan James Stavridis, mantan Komandan NATO, posisi Turki di NATO lebih banyak berperan sebagai kontributor (benefactor) yang bersemangat dalam aliansi keamanan ini, ketimbang semata sebagai anggota yang banyak mengambil manfaat (benefiter).
NATO -kembali menurut Marwan- setidaknya akan menghadapi lima kerugian penting jika Turki memutuskan keluar;
Pertama, dengan keluarnya Turki, maka NATO akan dianggap sebagai klub militer Kristen yang akan berdampak kepada kemampuan NATO untuk melakukan operasi di luar negara-negara anggotanya.
Kedua, NATO akan mengalami kesulitan, jika bahkan dikatakan tidak mampu, berperang melawan ISIS.
Ketiga, jika Turki mengalami destabilisasi, maka dampak keamanannya justru akan terkena kepada Eropa.
Keempat, akan memperkuat posisi Rusia sehingga menjadi semakin agresif manuvernya.
Kelima, NATO akan kehilangan lima basis penting militer di Turki.(permatafm)
0 komentar:
Post a Comment