NASIONALISME BERTEPUK SEBELAH TANGAN
Inilah upah bagi puncak tertinggi patriotisme dan nasionalisme seorang prajurit Jepang yang terakhir menyerah. Namanya Teruo Nakamura, nama lahirnya Attun Palalin, bangsa pribumi Taiwan (Austronesia). Saat Taiwan dijajah Jepang, ia terkena wajib militer yang ditetapkan pada wilayah koloni.
Mendapat dogma ke-Jepangan yang luar biasa dengan semua nilai kebanggaannya, Teruo atau Attun kemudian diterjunkan pada kerasnya Perang Dunia 2 sebagai tentara Jepang dari unit sukarela.
November 1943 ia ditempatkan di Pulau Morotai (dekat Halmahera), wilayah Hindia Belanda yang telah diduduki Jepang.
Tak lama kemudian, September 1944, Morotai ditaklukkan Sekutu lewat Pertempuran Morotai. Maret 1945 Teruo dinyatakan tewas.
Tapi sebenarnya Teruo dan sisa prajurit Jepang lain tetap bertahan di pulau itu, hingga dekade 50 an. Tak mau menyerah. Doktrin Jepang soal kebanggaan, kredibilitas dan harga diri yang tinggi, kuat menghunjam di jiwa Teruo
Tahun 1956, dalam keputusasaan, Teruo berpisah dari sisa tentara lain di pulau itu dan akhirnya hidup menyendiri. Prinsip: "Tak mau menyerah pada sekutu!" Terus digenggamnya.
Selama bertahun-tahun ia bersahabat dengan seorang warga lokal. Ia juga sama sekali tak tahu di wilayah ini telah berdiri NKRI.
Singkat cerita, anak sahabatnya itu melaporkan keberadaan Teruo pada aparat Indonesia. Hingga tahun 1974 ia ditangkap dan dibawa keluar dari pulau itu lalu dihadapkan ke kedutaan besar pemerintah Jepang di Jakarta. Artinya hampir 30 tahun hidup terpencil di pulau Morotai.
Namun yang terjadi Jepang justru kebingungan setelah tahu Teruo hanya prajurit dari bekas wilayah koloni (Taiwan). Ia tidak punya hak pensiun atau tunjangan apapun.
Persepsi publik Jepang atas Teruo pun tidak seperti prajurit Jepang PD II lain yang telat menyerah. Salah satu alasannya adalah kewarganegaraan Teruo. Ia lahir di Taiwan, secara etnis berasal dari suku Amis, dan secara legal tak punya negara asal. Ia juga hanya prajurit rendahan (wamil).
Karena berasal dari wilayah bekas koloni, tentu membangkitkan isu sensitif kolonialisme yang pernah dilakukan negeri matahari terbit.
Jepang juga kebingungan karena Attun/Teruo dari Taiwan (Republik China) yang tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Tokyo. Waktu pun telah berubah, jauh dari masa perang.
Akhirnya setelah melalui perundingan yang cukup alot, Nakamura alias Attun Palalin dipulangkan ke Taiwan. Dimana 5 tahun kemudian ia meninggal dunia.
Beginilah kisah patriotisme-nasionalisme seorang prajurit rendahan kepada Jepang yang bertepuk sebelah tangan.
Puluhan tahun hatinya untuk kebanggaan Jepang, puluhan tahun tubuhnya terasing sendirian di Indonesia, dan akhir nafasnya di Taiwan.
Semoga prajurit-prajurit kita terdidik hanya mengabdi untuk Tuhannya semata, Dia yang tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya.
Disarikan dari
Teruo Nakamura - Wikipedia bahasa Indonesiabebas
0 komentar:
Post a Comment