PDI-P Sengaja Mau Lengserkan Jokowi Demi Puan Maharani?
Oleh : ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
Twitter : @assyarkhan
Jikapun banyak orang yang tidak percaya lagi kepada PDI-P terkait drama pura-pura tidak suka pada Jokowi dengan kebijakannya, tetapi cara berpolitik seperti yang ditunjukan PDI-P bukan;lah cara baru, Jika Anda mengingat betapa kisruhnya ketika terpilihnya Gusdur pada tahun 1999 dan akhirnya lengser pada tahun 2001 tetapi ada “permainan” PDI-P yang tidak rela melihat Megawati hanya tampil sebagai wakil presiden dan Gusdur sebagai Presiden pilihan Poros tengah kala itu.
Seakan-akan Megawati sejalan dengan Gusdur tetapi sebenarnya Gusdurpun “ditikam” dari belakang untuk memuluskan Megawati menjadi Presiden, kala itu kekuatan mahasiswa memang masih kuat setelah reformasi 1998, ini dimanfaatkan kekuatan Politik PDI-P dengan menggerakan kelompok marginal seperti buruh untuk melakukan demonstrasi besar-besaran dengan isu Gusdur tidak becus memimpin dan harus dilengserkan, Gusdur lengser dan Megawati bisa tertawa lebar karena posisi itu menjadi miliknya dan diangkatlah Hamzah Haz kala itu untuk mendampinginya untuk memecah poros tengah dan sejatinya memang Hamzah Haz bukan tipe Politisi Pemberontak tetapi Politisi Penurut (Follower) jadi aman bagi Megawati.
Nah, kali inipun mulai memainkan strategi yang sama dengan tujuan yang sama “Mempertahankan kemuliaan Trah Soekarno” dalam Republik Indonesia ini, tidak jauh berbeda dengan Syiah dimana yang wajib memimpin adalah Keturunan Ali Bin Abi Thalib saja yang lain tidak pantas memimpin, diotaknya pendukung PDI-P menyatakan bahwa Trah Soekarno saja yang sah memimpin Indonesia, selain itu tidak sah dan wajib dilawan.
Dari awal pemilihan Jokowi sebagai wakil PDI-P bukan murni karena jago memimpin tetapi setidaknya politik dagang Cina bisa dimainkan “Tidak masalah murah yang penting bisa menang tender dulu” Demikian pula dengan Jokowi, bukan soal kemampuan memimpin tetapi potensi Jokowi bisa menang karena populeritasnya tinggi sangat besar, Mengapa JK disandingkan untuk memecah kekuatan terbesar di KMP yaitu Golkar dan Pemilih Golkar diseluruh Indonesia.
Mengapa memilih Jokowi adalah Dilema sendiri bagi mereka yang merasa keturunan Soekarno, sudah menjadi tradisi partai politik di Indonesia dimana setiap yang menjabat tinggi pantas menjadi ketua umum, ini mengkhawatirkan bagi pemuja soekarno dan keturunanya, Jokowi akan menghabisi keturunan Soekarno di PDI-P itu, apalagi potensi Jokowi menjadi Ketua Umum PDI-P sangat besar, maka gonjang-ganjing melengserkan Jokowi ini merupakan politik 2 kakinya PDI-P.
Politik 2 Kaki? ya. Jika Jokowi tidak lengser sekalipun maka sudah ada skenario Jokowi tidak boleh menjadi Ketua Umum PDI-P, tetapi jika lengser sudah pasti JK jadi Presiden dan kans yang mungkin menjadi Wakil Presiden sebagai penerus Trah Soekarno adalah Puan Maharani, dengan demikian Puan Maharani bisa punya kans untuk menjadi Ketua Umum PDI-P untuk mempertahankan keturunan Soekarno didalam Partai terserbut.
Tensi Politik yang diciptakan
Pada Oktober tahun lalu panasnya tensi politik nasional sempat menurun setelah Jokowi bertemu dengan Prabowo Subianto. Keduanya sepakat bekerjasama membangun bangsa dan tak ada dendam satu sama lain akibat Pilpres. Namun belakangan, konstelasi politik kembali memanas. Pemicunya adalah terjadi kisruh di internal parpol anggota Koalisi Merah Putih (KMP) yakni PPP dan Golkar. Apalagi Menkum HAM Yasonna Laoly yang notabene anak buah Jokowi di pemerintahan dinilai kubu yang berseteru campur tangan dan melakukan intervensi dengan mengakui salah satu kubu.
Hal itu sontak memicu para elite KMP bersuara. Salah satu komentar paling keras disampaikan oleh Ketua DPP Gerindra Arif Puyuono. Tak tanggung-tanggung Arif menuding Wapres Jusuf Kalla berada di belakang kisruh PPP dan Golkar.
Sebagian parpol menganut liberalisasi parpol dengan ideologi kapitalisme, dalam merampok keuangan dan kekayaan negara. Tapi prahara ini diciptakan bukan oleh parpol, tapi pemerintahan sendiri. Ketidak percayaan rakyat kepada Pemerintahan meningkat tajam dan ini memang diciptakan oleh kelompok mereka sendiri demi memenuhi kepentingan Politik kelompok mereka sendiri.
Tensi yang menurun antara Pemerintahan dengan Partai-Partai “Oposisi” kembali memanas dengan gara-gara ini, apalagi jika nanti setelah PPP, GOLKAR dan setelah PKS bisa mereka buat pembusukan maka kerenggangan semakin nyata dan ini membuat KMP akan menjadi lawan besar pemerintahan, ini juga diciptakan oleh kelompok KIH sendiri. Apa kepentinganya? Namanya Penganut Politik Liberal “tidak ada teman sejati yang ada kepentingan sejati” , setidaknya Jokowi sudah mengantarkan PDI-P berkuasa dan itu sudah cukup jangan dibiarkan lebih karena akan merusak trah soekarno untuk berkuasa sepenuhnya, sedangkan Jokowi tidak ada darah Soekarno sedikitpun.
Para pendukung Jokowi (Jokower) agar mengawasi manuver yang terjadi di lingkaran sekitar Jokowi sendiri terutama Partai pendukung yang memiliki kepentingan berkuasa penuh. Sebab, seperti ada skenario untuk menjatuhkan Jokowi dari kursi presiden. Jika Jokowi lengser maka kemungkinan Jusuf Kalla akan naik menjadi presiden dan Puan Maharani menjadi wapresnya. Setidaknya jika Pemerintahan ini bertahan Puan Maharani punya kans untuk mencalonkan jadi Presiden ditahun 2019 mendatang.
Siapa Memanfaatkan Siapa?
Anda bisa saja ini menilai ini spekulatif, tetapi faktanya praktek politik ini sudah pernah dilakukan PDI-P di era Alm Gusdur. Strategi menjatuhkan Presiden itu sangat mudah yaitu membangun ketidakpercayaan terhadap pemerintahan dan kemudian seluruh rakyat bergerak dari Mahasiswa, Wartawan, Buruh, Petani dan semuanya sehingga terjadi lagi Reformasi jilid 2 dengan tuntutan Presiden turun maka dipastikan MPR/DPR akan bersikap dan dan Jokowi lengser.
Siapa yang diuntungkan jika Jokowi lengser? yang sangat diuntungkan adalah PDI-P dan Megawati setidaknya duri dalam daging dapat dibuang, JK diuntungkan karena setidaknya mimpinya jadi Presiden tercapai dan tidak selalu melulu menjadi Wapres. Kemudian Keluarga Soekarno diuntungkan dengan bisa menangkat Puan Maharani sebagai penerus Megawati. KMP Untung? Tidak juga karena sebenarnya “Musuh” Politik dari KMP bukan Jokowi tetapi kekuatan dibelakang Jokowi itu. Lalu siapa yang tetap dirugikan selamanya, RAKYAT! Siapapun Presidennya jika niatnya sudah jahat untuk membuat kaya diri sendiri dengan kebijakannya maka RAKYAT tetap semaput.
Jadi Siapa memanfaatkan siapa? Begitulah Politik liberal sekuler ketika dipraktekan, PULITIK dalama bahasa sundanya yang diterjemahkan menjadi NIPU KANU LEUTIK (PULITIK).
Semoga Masa Hitam Kelam ini segera berlalu, orang-orang jahat segera ditenggelamkan Tuhan dalam lautan yang paling dalam.
0 komentar:
Post a Comment