Demonstran Pro Mursi dan Pemuda Ashabul Ukhdud
Oleh: Ust. Irsyad Syafar, Lc. MA.
Dalam QS Al Buruj ayat 4, Allah menyebutkan tentang ashaabul ukhdud atau kaum yang membuat parit-parit untuk menyiksa orang-orang beriman. Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir mengutip hadits Rasulullah saw tentang kisah kaum ini dari riwayat Imam Muslim dan Imam An Nasai. Dimana ada seorang pemuda yang hidup disebuah kerajaan yang zhalim yang rajanya kafir dan diktator. Tidak satupun rakyatnya yang dibiarkan menjadi orang beriman kepada Allah atau mendapatkan iman (hidayah) dari siapapun. Bahkan untuk sekedar mendengarkan keimanan pun tidak akan diperkenankan. Setiap muncul bibit-bibit keimanan segera dimusnahkannya. Sang Raja telah menjadikan dirinya sebagai tuhan bagi seluruh rakyatnya.
Di kerajaan itu hiduplah seorang tukang sihir yang hebat yang menjadi penasehat raja untuk melanggengkan kekafiran sekaligus kediktatoran sang raja. Ketika tukang sihir ini beranjak semakin tua, dia mengangkat pemuda tersebut sebagai muridnya dan mewariskan ilmunya satu persatu. Tiap hari sang pemuda berangkat dari rumahnya dan belajar sihir kepada sang guru. Setelah beberapa kali bolak balik dari rumah ke tempat tukang sihir, di tengah jalan si pemuda tsb bertemu dengan seorang pendeta (ulama) yang beriman kepada Allah. Sehingga akhirnya diapun berkenalan dan mendapatkan pelajaran dari pendeta tsb. Jadilah dia mempunyai dua guru setiap hari. Tukang sihir yang mengajarkan kekafiran dan kebathilan, dan pendeta yang mengajarkan keimanan dan tauhid.
Pemuda ini selalu dalam kebimbangan. Mana yang akan dia ikuti atau patuhi. Si tukang sihir ataukah si pendeta yang beriman. Hatinya ragu dan goyang. Namun hati kecilnya lebih cendrung mempercayai pendeta ketimbang tukang sihir. Karena dia melihat kejujuran dan ketulusan sang pendeta. Sebaliknya tukang sihir penuh dengan penipuan, kelicikan dan kemunafikan. Suatu hari saat dia pulang dari “pengajiannya”, di tengah jalan dia bertemu dengan kerumunan masyarakat yang berhenti karena jalan mereka tertutup oleh seekor binatang besar. Maka pemuda itu berkata dalam hati: “Inilah saatnya aku menentukan sikap dan loyalitas, apakah kepada pendeta atau kepada tukang sihir”. Dia mengambil sebuah batu kecil lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil berkata: “ya Allah, jika pengajaran pendeta yang lebih engkau redhai, maka bunuhlah binatang ini”. Dia lemparkan batu tersebut ke arah binatang besar itu, dan seketika itu juga binatang itu roboh dan mati.
Masyarakat yang menyaksikan kejadian itu menjadi terkagum-kagum. Mereka seperti menemukan tukang sihir baru. Pemuda tersebut pergi menuju gurunya (sang pendeta) dan menceritakan kejadian ini. Dan dia menyatakan keimanannya kepada Allah. Ketika itu sang guru menyatakan: “Engkau sekarang telah lebih hebat dariku dan telah menyatakan keimanan. Setelah ini engkau akan di uji”.
Semenjak kejadian itu, berduyun-duyunlah masyarakat mendatangi rumah si pemuda dengan tujuan untuk berobat dan meminta tolong dari kesusahan. Setiap kali orang datang berobat kepadanya, dia katakan bahwa dia tidak bisa menyembuhkan penyakit. Yang menyembuhkan hanyalah Allah. Lama-kelamaan bertambahlah orang yang mendengarkan kalimat “Allah” dan kalimat tauhid. Kemudian mereka mendapatkan iman dan hidayah. Dan popularitas pemuda ini semakin naik. Bahkan salah seorang penasehat raja yang sudah buta datang berobat kepadanya dan menyatakan keimanannya kepada Allah setelah dia bisa melihat kembali, dengan izin Allah.
Berita tentang kejadian ini akhirnya sampai juga ke istana raja. Banyaknya orang yang mulai beriman menimbulkan ancaman bagi kekuasaan dan kediktatorannya. Si tukang sihir yang juga merupakan penasehat raja juga menjadi terancam. Maka raja mengerahkan pasukannya untuk mencari dan menangkap pemuda tersebut. Mereka siksa penasehat raja yang sudah sembuh dari butanya agar kembali kafir dan bersedia menunjukkan tempat keberadaan pemuda tsb. Mereka belah dua badannya dengan gergaji. Mereka tangkap si pendeta guru keimanan pemuda tsb dan mereka siksa sampai mati. Akhirnya pemuda itu tertangkap dan di seret ke istana. Mereka memaksa pemuda untuk kembali kafir, namun ditolaknya. Mereka menyiksanya tetapi tidak berpengaruh sama sekali. Lalu pemuda itu mereka bawa ke atas puncak bukit dan diikat dengan batu lalu dilemparkan ke bawah. Tapi pemuda tsb selamat tidak cidera sedikitpun. Mereka membawanya ke tengah laut lepas untuk ditenggelamkan. Tapi mereka tidak berhasil. Semua tentara malah tewas tenggelam sedangkan pemuda itu selamat dan kembali ke istana.
Akhirnya pemuda itu menunjukkan kepada raja dan tukang sihir bagaimana cara membunuh dirinya. “Wahai raja, ambillah anak panahku dan busurnya, dan engkau panahlah dadaku sambil mengucapkan dengan suara keras, kalimat: Bismillah, dengan nama Tuhan pemuda ini. Niscaya aku akan mati. Tetapi syaratnya engkau harus kumpulkan semua rakyatmu di lapangan utama dan menyaksikan eksekusi ini”. Raja menjadi senang dengan petunjuk pemuda ini. Maka segera dia perintahkan semua rakyatnya berkumpul di lapangan utama menyaksikan peritiwa penting ini.
Ketika seluruh rakyat berkumpul, dan pemuda itu telah diikat disebuah tiang, maka sang raja mengambil panah dan busurnya. Lalu dengan suara lantang dia menyebutkan: “Bismillah, dengan nama Tuhan pemuda ini”, dia lepaskan panahnya dan tepat mengenai dada pemuda tsb dan diapun meninggal. Rakyat yang menyaksikan peristiwa itu berteriak: “Kita semua beriman dengan Tuhannya pemuda tersebut..”. maka berimanlah mayoritas rakyatnya setelah menyaksikan kejadian itu. Sang raja sangat murka. Betapa selama ini dia telah musnahkan setiap bibit keimanan, dia padamkan setiap bersit cahaya hidayah. Sekarang gara-gara perbuatan dan kediktatorannya, dia telah menyebabkan tersadarnya semua rakyat. Terkuaklah kebenaran, terbukalah segala kedok dan penipuan. Dan sang pemuda telah mengorbankan jiwa dan raganya demi terwujudnya semua peristiwa penting ini.
Para demonstran pro Mursi, pro legitimasi dan pro kebenaran telah melakoni apa yang telah dikerjakan oleh pemuda ashabul ukhdud di atas. Mereka memang menjadi korban penembakan, pembantaian, penindasan dan kesewenang-wenangan junta militer. Dengan penuh rela, keikhlasan dan ketabahan serta kesabaran yang tidak terkira mereka terima itu semua. Tapi pengorbanan mereka ini telah membuka mata seluruh masyarakat dunia tentang apa yang terjadi sebenarnya di Mesir. Menyingkap kekejaman dan kezhaliman militer selama ini. Puluhan tahun umat Islam Mesir ditindas penguasa militer semenjak masa Gamal Abdul Naser. Puluhan ribu dipenjarakan, disiksa, dibunuh, dikerja paksa dan berbagai siksaan pisik dan psikis lainnya, di penjara-penjara yang untuk binatangpun kadang jauh dari layak. Semua catatan sejarah itu tidak ada yang tahu kecuali sedikit yang ditulis oleh sebagian kecil “alumni” penjara penyiksaan tersebut.
Hari-hari ini lihatlah wahai dunia, apa yang telah dilakukan junta militer kepada rakyatnya sendiri. Tentara dan polisi dengan pakaian dinas dan pakaian preman menembakkan peluru-peluru tajam mereka kepada orang-orang yang tidak bersenjata, yang berdemo dengan damai, yang tidak sedikitpun membuat keonaran apalagi kerusakan. Malah mereka mengisi demo mereka dengan shalat, tilawah, qiyamullail, ceramah dan pengajian, dzikir dan istighfar, dibulan yang penuh mulia ini. Wahai CNN, BCC dan kawan-kawannya. Kemana kalian semuanya, kok tidak ada yang berminat meliput jutaan orang berkumpul sudah lebih dari 30 hari, berdemo secara damai???
Diktator militer menginginkan dari para demonstran saat ini satu diantara dua pilihan:
Pertama, melawan dan membalas penindasan. Dan ini yang sangat ditunggu-tunggu. Karena bila para demonstran melawan, maka militer akan punya alasan kuat untuk menumpas mereka dengan tuduhan telah memberontak. Itu sebabnya tentara dan polisi sangat bersemangat menembaki mereka agar mereka terpancing untuk melawan. Malah dengan tidak melawanpun tentara dan penguasa kudeta telah bekerjasama dengan media untuk membuat berita-berita palsu bahwa para demonstran telah melawan dan mebunuh tentara.
Kedua, bubar dan pulang ke rumah masing-masing dengan berbagai janji-janji madu, bahwa mereka akan aman bila pulang. Ini juga sangat diharapkan oleh junta militer. Karena setelah itu akan sangat mudah menangkap semua tokoh-tokoh penting penggerak masa, simbol-simbol utama perlawanan damai, operator-operator lapangan, dan kemudian semuanya akan dijebloskan ke penjara untuk masa yang tidak ditentukan. Bahkan dibantaipun dipenjara sangat mungkin, sebab ditengah lapangan terbuka saja tentara dan polisi berani membantai, apalagi di penjara yang tertutup.
Maka bertahannya para demonstran pro Mursi dan pro legitimasi menjadi wajib, demi untuk tegaknya kebenaran. Inilah saatnya mereka tunjukkan kepada dunia kebenaran ajaran Islam. Bila tidak sekarang, maka terkuburlah kembali kebebasan dan kemerdekaan rakyat mesir yang baru saja diperoleh setelah tumbangnya diktator Husni Mubarak, yang melanjutkan kediktatoran pemimpin sebelumnya: anwar sadad dan gamal abdunnaser. Dan mereka menjadi mulia telah mengambil peran pemuda beriman dihadapan raja diktator yang zhalim dan tukang sihir yang kafir. Hasbunallah wanikmal wakil.
• Catatan: Raja yang zhalim mirip dengan junta militer, dan tukang sihir mirip dengan media sekuler yang memutarbalikkan fakta.
Redaktur: Harun Al Rasyid
0 komentar:
Post a Comment