Perlukah Umat Ini dengan Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Abdul Somad ?
Bismillah, saya menulis tentang kedua ustadz tersebut karena semakin banyak fitnah yang mereka hadapi.
Ilmu agama itu perlu ada guru, bukan karena kita tidak mampu membaca sendiri tapi karena ratusan ribuan buku dan dalil itu perlu pengarah dan penjelas
Dalam sebuah hikmah من لا شيخ له فالشيطان شيخه
Siapa yang tidak punya guru maka setanlah gurunya.
Hari ini tidak semua kita mempunyai akses mempelajari ilmu agama di pesantren, universitas islam ataupun cara tradisional talaqqi dengan Syaikh, dan memang tidak harus. Lalu bagaimana kita berguru? Padahal spesialisasi kita begitu beragam
Media sosial adalah salah satu perangkat dalam belajar, kajian 1 jam di depan ustadz dalam sebuah mesjid hampir sama dengan rekaman visual 1 jam yang anda tonton di youtube.
Tidak perlu terlalu sinis dengan pengajian melalui medsos dan perangkat virtual karena ia adalah bagian dari manhaj dakwah qur’an “…billatii hiya ahsan” dengan cara lebih baik.
Jikapun anda googling saat mencari sebuah konten keislaman, tidak perlu berkecil hati, karena itulah cara efisien dalam pembelajaran kita hari ini.
Saya mempunyai ratusan buku Hadist, tp jauh lebih mudah mengetik keyword hadist di google lalu menyelami maknanya dalam kitab-kitab turats syarah online.
Jadi bukan dalam sarana masalahnya, tapi, pertama: kredibilitas konten yang disajikan dalam sarana tersebut. kedua, tingkat kebutuhan kita akan materi tersebut, apakah untuk tadabbur pribadi ataukah untuk pengajaran.
Mengenai kredibilitas, parameter paling mudah adalah latar belakang akademis pemateri. Apakah pemateri layak menyampaikan islam di publik secara masif?
Tapi pada akhirnya, background akademis hanyalah pembuka agar kita layak mendengarkan/membaca kajian mereka. Selanjutnya yang menentukan adalah kualitas ilmu, dalil, relevansi dengan realita, dll
Bahkan pada level berikutnya tidak hanya validitas dalil yang kita lihat, tapi dakwah bil hikmah atau kebijaksanaan, jangan sampai kebenaran Quran ditolak masyarakat hanya karena penyampaian yang sporadis yang justru kontradiksi dengan hadist “خاطبوا الناس على قدر عقولهم”, sampaikanlah sesuai kadar pemahaman mereka.
Level berikutnya adalah manhaj tafkir yang benar, berupa fiqh muwazanah, fiqh prioritas, pemahaman ushul Fiqh dan maqaahid yang mumpuni.
Itulah diantara bahan-bahan seorang ulama agar layak tampil di depan umat secara masif, dimana videonya terus menerus mengisi gadget kita.
Secara pribadi saya tidak mengenal ustadz Adi Hidayat juga Abdul Shomad, tidak ada kepentingan saya menulis tulisan ini melainkan kecintaan pada pewaris para nabi.
Dalam pengamatan saya, kedua ustadz ini sangat mumpuni sebagai ulama di Indonesia, penguasaan sumber-sumber utama (quran, sunnah).
Parameter yang saya ulas diatas terpenuhi oleh keduanya, bahkan mereka mutqin (profesional) dalam penyampaian tersebut.
Lalu bersaut-sautanlah komentar miring tentang mereka, baik itu dari sesama ustadz apalagi generasi nyinyir dengan konten keislaman.
Tapi itulah jalan dakwah, sejak zaman Nabi, jika dakwahmu benar, maka 3 golongan akan memusuhimu, yaitu yang hasad/ iri dan yang sombong dan jahil.
Saya secara pribadi bertanggung jawab atas statement saya, bahwa kedua ustadz ini insya Allah ulama ahlus sunnah yang mengikuti manhaj salafussaleh, walaupun mereka tidak mengklaim dirinya paling salaf.
Maka mengkaji islam melalui ceramah-ceramah ustadz Adi dan Abdul Somad adalah salah satu amal salih kita dalam meningkatkan kapasitas keilmuan.
Namun itu tidak berarti menafikan ustadz-ustadz lain yang tidak mempunyai kafaah syariyyah, karena dakwah harus disampaikan walau baru faham satu ayat.
Hal itu kembali ke unsur kebutuhan yang saya sampaikan, bahwa kajian-kajian online atau buku-buku serabutan hanyalah pengantar, yang cukup untuk kebutuhan pribadi.
Sedangkan menjadi seorang ulama yang layak didengarkan ribuan umat membutuhkan investasi waktu yang panjang. Popularitas jangan menjadi parameter kita dalam menilai kelayakan seorang alim.
Dan alhamdulillah, inilah ulama yang kita perlukan, Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Abdul Somad ini bukan hanya populer, tapi juga alim ahlu Sunnah.
Muhammad Elvandi, Lc. MA
Al-Azhar & Manchester University [GR / imi]
Saya setuju
ReplyDelete