Erdogan Pengayom Muslim Sedunia
Oleh Eko Jun
@ Catatan Kudeta Turki
Debat publik yang cukup hangat seputar kudeta militer di Turki yang gagal adalah menimbang kepantasan seorang Erdogan untuk tampil menjadi pemimpin global, khususnya bagi dunia Islam. Pro kontra seputar Erdogan banyak menghiasi media sosial, mulai dari capaian prestasi yang diraihnya hingga tuduhan sebagai pemimpin yang diktator. Banyak pihak yang berharap Erdogan tampil sebagai “Khalifah”, namun tidak sedikit pula yang bersikap antipati.
Secara prinsip, umat Islam tidak lagi memiliki pemimpin ditingkat global sejak Daulah Turki Utsmani dihancurkan oleh Musthafa Kemal Attaturk. Ada beberapa pihak yang mencoba memainkan diri sebagai pemimpin kawasan seperti halnya ide Pan Arabisme dan Liga Arab dan adapula yang mewujudkan diri sebagai pemimpin golongan sekte tertentu seperti halnya Iran bagi kaum Syiah. Ide untuk mendirikan khilafah islamiyah ‘ala minhajin nubuwwah juga selalu bergaung dialangan aktivis islam, karena dalilnya memang kuat. Meskipun, disana sini terdapat banyak perbedaan seputar metode, konsepsi serta bentuk perjuangan untuk mewujudkannya.
Banyak harapan disematkan kepada sosok Erdogan untuk tampil menjadi pemimpin Islam dalam skala global. Kami melihat bahwa harapan itu cukup realistis dan bisa diwujudkan. Apa pertimbangannya?
Pertama, Pemimpin Islamis
Kita bisa memberikan label buruk apa saja kepada Erdogan, namun pada akhirnya fakta jualah yang akan berbicara. Faktanya, Erdogan mampu meneruskan perjuangan para pendahulunya semacam Adnan Menderes dan Necmetin Erbakan untuk mengembalikan Turki kepada Islam. Dahulu, kaum muda Turki menganggap islam sebagai sumber kemunduran sehingga layak untuk dibuang. Sekarang, kaum muda Turki bangga dengan keislamannya dan menampakkannya secara vulgar.
Lebih dari itu, Erdogan juga melampaui prestasi pendahulunya. Dia tidak lagi berkutat pada masalah domestik dalam negeri Turki, tapi juga melangkah keluar dengan membantu kaum muslimin yang teraniaya diluar negaranya. Dari yang dekat (Gaza) hingga yang jauh (Aceh, Myanmar, China). Erdogan memainkan peran sebagai pengayom, bukan hanya bagi rakyat dinegerinya tapi juga bagi kaum muslimin diberbagai belahan dunia. Erdogan memegang teguh islam untuk diri, keluarga, rakyat dan negaranya serta memiliki keberpihakan yang tinggi dan pembelaan yang besar kepada kaum muslimin diseluruh dunia.
Mereka yang jauh lebih islamis dari Erdogan mungkin banyak, namun skala kepemimpinannya kecil, lokal dan terbatas. Misalnya sebatas jama’ah pengajian, rekan bisnis atau pemimpin lokal seperti RT/RW, kepala desa, bupati dll. Sedangkan Erdogan adalah pemimpin islamis, dengan status sebagai seorang presiden dari sebuah negara.
Kedua, Dukungan Kekuatan Negara
Erdogan menjadi presiden dari sebuah negara kuat, bukan negara lemah dan penuh masalah. Turki adalah sebuah negara yang kuat secara politik, ekonomi dan militer. Jangan samakan dengan Indonesia, Suriah atau Pakistan. Arab Saudi mungkin kuat secara ekonomi dan militer, namun secara politik lemah. Nasib tragis dialami oleh Mesir, sebagai raksasa Arab yang saat ini terjungkal menjadi pesakitan. Padahal dahulu, Mesir pernah menjadi tulang punggung utama dalam perang Arab Israel yang berkobar selama beberapa tahun. Mungkin, hanya Iran saja yang layak untuk berdiri sejajar dengan Turki.
Orang dengan obsesi besar dan didukung dengan kekuatan negara yang besar, pasti akan melakukan peran dan politik ekspansif. Pada sisi baik, kita mengenal Umar bin Khathab ra sebagai pemimpin kuat yang memimpin sebuah negara yang kuat dan stabil (Daulah Islamiyah). Pada sisi gelap, kita mengenal sosok Adolf Hitler sebagai pemimpin ambisius yang menjadi pemimpin negara industri baru yang kuat setelah sebelumnya terpuruk karena kalah perang (Jerman). Artinya, kedudukan Erdogan saat ini sejajar dengan Presiden dari negara besar barat seperti Amerika, Rusia, Jerman, Inggris dll. Dia bisa melakukan hal - hal besar sebagaimana mereka, untuk tampil menjadi pemimpin berskala global.
Para pemimpin negeri - negeri muslim memang banyak, namun kondisi negaranya rata-rata lemah dan terbelakang, karakter pemimpin dan rakyatnya lemah, tersandra dengan beragam kepentingan asing, terjerat banyak hutang, menyandang status sebagai negara gagal dll. Sedangkan Erdogan adalah pemimpin dari sebuah negeri muslim yang kuat, karakter rakyatnya kuat dan mewarisi sejarah kejayaan dimasa lalu.
Khatimah
Erdogan adalah The Right Man on The Right Place, Doing The Right Job with The Right People. Alangkah baiknya jika segala potensi yang dimilikinya untuk melakukan hal - hal besar, bisa didukung oleh para pemimpin muslim atau kaum muslimin diseluruh dunia. Namanya juga manusia biasa, potensi melakukan kesalahan pasti ada. Jika kita memang belum bisa berdiri bersamanya, setidaknya jangan sampai kita melepaskan panah beracun kearahnya (berupa fitnah dan makar), yang akan menggembirakan musuh - musuh islam dan melemahkan barisan kaum muslimin.
Ikhwan yang ganteng, tajir dan faqih itu barang langka. Jika seorang akhwat bertemu dengan ikhwan model begini, dia pasti akan lupa dengan teman semasa kuliah atau aktivis dakwah seperjuangannya dahulu yang tidak kunjung datang untuk memberikan kepastian. Sosok islamis yang menjadi presiden dari sebuah negara kuat, itu juga barang langka. Jangan kita sia-siakan hanya karena ingin menunggu sesuatu yang tidak jelas, tidak pasti dan masih abstrak. Bisa jadi, justru memang dialah orang yang kita nanti bersama untuk menjadi pemimpin islam dalam skala global.
Kita tidak harus menyebutnya sebagai khilafah, imam atau amirul mukminin. Apalah arti sebuah nama, bila dibandingkan dengan sebuah peran, kiprah dan tanggungjawab. Sebutan sebagai “Pengayom kaum muslimin” juga sudah lebih dari cukup. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment