By: Nandang Burhanudin
*****
Kita tak habis pikir, siapa yang zhalim siapa yang dizhalimi. Namun selalu yang dizhalimi yang disalahkan.
Ikhwanul Muslimin di Mesir, adalah korban:
=> IM menolak bergabung dengan pemerintah Mubarak. IM dituduh tidak nasionalis.
=> IM menang Pemilu dan kadernya jadi Presiden. IM tetap dianggap jauh dari syariat dan antek AS.
=> IM berdemo. Dituduh KHURUJ dan BUGHOT kepada pemerintah yang sah. Hukumnya haram.
=> IM berkuasa. Demo, khuruj dan Bughot malah difasilitasi.
=> IM menjadi oposisi pemerintah, dianggap teroris.
=> IM berkuasa, dituduh ikhwanisasi.
=> Kader-kader dan pendukungnya yang mempertahankan hak dibunuh. Namun tetap disalahkan, "Salah lo sih ... pake fanatik!"
=> IM ikut Pemilu. Namun tetap jadi sasaran tembak, "Dasar, budak demokrasi! Tuh kan, buktinya apa?"
=> IM tidak membuka Kedubes Israel, dituduh agen Mossad.
Tengoklah setelah IM tidak berkuasa:
1. Gereja Koptik membunyikan lonceng saat adzan Maghrib. Tidak pernah terjadi sejak Amru bin Ash menaklukkan Mesir.
2. Kristen Koptik meminta Dasar Negara di konstitusi yaitu Islam diubah.
3. Masjid-masjid dikepung aparat.
4. Darah muslimah-muslimin tumpah ruah.
5. Kehormatan Al-Quran, bulan suci Ramadhan, dan orang-orang puasa dihinakan.
6. Al-Azhar terseret ke pusaran konflik. Grand Syaikh Al-Azhar bukan menjadi penengah, malah larut dalam keperbihakan kepada preman-pezina-mereka yang tidak puasa di bulan Ramadhan.
Mengapa kita tidak percaya, bahwa Mesir benteng terakhir berdirinya Israel Raya? Jika Mesir binasa, maka dunia Islam -apalagi dunia Arab- akan binasa.
Mengapa kita tidak mau menerima, bahwa Ikhwanul Muslimin adalah elemen ketiga terpenting setelah Al-Azhar dan Militer di Mesir. Jika IM hancur, maka benteng Mesir itu pun sudah hancur.
Mengapa kita tidak mau sedikit membuka mata hati dan nurani, bahwa tanpa gerakan Ikhwanul Muslimin kekuatan Islam di Mesir tak seberapa? Jika IM sukses dilenyapkan, maka melenyapkan Salafy-Hizbut Tahrir-Anshar Sunnah sangat mudah.
0 komentar:
Post a Comment