By: Nandang Burhanudin
*****
Sudah 21 hari lamanya, demonstran masih kukuh-tegar-tabah memenuhi titik-titik strategis hampir di seluruh Mesir. Bahkan kini, strategi demonstran adalah memenuhi wilayah keduataan besar negara-negara dunia. Tujuannya, agar dunia tahu apa yang dilakukan demonstran yang damai dan antianarkis, namu disikapi dengan brutal dan pembunuhan.
Di tataran pergaulan international, Mesir kini hanya diakui 6 negara: 3 negara Teluk, 1 Israel, Syiria-Jordania-Irak. AS masih malu-malu. Sedangkan Uni Afrika menangguhkan keanggotan Mesir. Nigeria berani mengusir utusan pemerintahan baru Mesir yang berkunjung hendak investasi di Nigeria. Sikap Nigeria ini hampir mirip dengan Turki, yang sama sekali menolak berbicara dengan pemerintahan hasil kudeta. Sedangkan Ethiopia, negeri yang oleh Mesir dahulu dianggap "negeri horor dan penuh kudeta", kemungkinan besar akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Mesir.
Oleh karena itu, menurut DR. Abdul Mun'im Al-Munsi, pihak militer memiliki target memecah kebuntuan dan hiruk pikuk demonstran dengan 3 cara:
Pertama: Perang psikologis, dengan mengirim ancaman baik melalui selebaran yang dikirim via udara atau meneror mereka dengan raungan pesawat tempur yang terbang rendah atau media yang memutarbalik fakta. Skenario ini jelas gagal.
Kedua: Membubarkan demonstran dengan represif, chaos, dan pembunuhan seperti yang terjadi di depan Mako Garda Republik. Tujuannya, memaksa yang selamat untuk bubar jalan dan meninggalkan gelanggang. Namun yang terjadi kebalikannya. Justru jumlah demonstran makin bertambah banyak.
Ketiga: Mengulur-ngulur waktu, dan hal ini yang paling berbahaya. Militer akan menggiring demonstran untuk bosan-jenuh-frustasi, dengan mengulur waktu tidak memberi keputusan yang memihak demonstran. Militer meyakini, dengan cara ini, demonstran akan bubar dengan sendirinya.
Selanjutnya, DR. Abdul Mun'im Al-Munsi menyarankan beberapa hal, agar demonstran tetap solid di tengah terik matahari, berpuasa, dan jauh dari tempat buang hajat. Saran-saran tersebut adalah:
1. Diharuskan untuk mengeluarkan ultimatum, berupa pembangkangan sipil di seluruh Mesir.
2. Keberadaan demonstran dengan jumlah signifikan wajib terus dijaga, terutama di tempat-tempat strategis seperti: Komplek Media dan Producton House, Maspiro, dengan diberlakukan larang keluar atau masuk. Hal yang sama harus dilakukan di Alun-alun Ramses, jalan protokol, lebuhraya, dan kemenhan.
3. Mengefektifkan demonstrasi dan penguasaan akses di depan kedubes-konsulat asing untuk menekan pemerintah asing agar mendukung keabsahan dan legalitas Presiden Moursi.
4. Merahasiakan tempat-tempat yang akan dipenuhi demonstran, agar pihak aparat dari kepolisian maupun militer tidak menutup akses daerah yang dituju.
5. Setiap grup demonstran harus terpenuhi keterwakilan kaum muda yang mampu dan siap mempertahankan demonstrasi, terutama saat menghadapi aksi premanisme.
6.Setiap demonstran dianjurkan membawa kamera untuk merekam aksi demo dan menyebarluaskannya ke seluruh dunia.
7. Perlu dijadikan perhatian, bahwa ketika demonstrasi berlangsung di hampir seluruh tempat strategis dan vital dalam satu waktu, akan membuat polisi dan militer terkena sindrome kelelahan-jenuh-frustasi. Kondisi yang membuat mereka tak akan mampu membubarkan aksi.
8. Bisa jadi, suksesnya revolusi 25 Januari disebabkan lumpuhnya aktivitas di seluruh lembaga-insitusi-dan kantor pemerintahan. Kita pun bisa melakukan aksi yang sama.
Mari jadikan revolusi kita -atas izin Allah- sebagai pukulan TKO terhadap kudeta militer.
0 komentar:
Post a Comment