Ada satu narasi, satu ide, satu ideologi yang sama yang dimiliki oleh para syuhada yang gugur syahid di Lapangan Rabiah Al-Adaweah, Nahdah Square, Ramsis, Mansoura dan tempat lainnya di Mesir, narasi, ideologi dan ide itu adalah memperjuangkan kemuliaan Islam. Manusia-manusia yang berbeda itu berkumpul di atas satu landasan perjuangan, mereka yang berbeda kepala, pemikiran dan latar berlakang pendidikan bersatu, menyatu dan saling menguatkan, memperjuangkan keadilan, kebebasan dan masa depan bangsa Mesir.
Ide, narasi dan ideology ini tertanam kuat di dalam diri setiap syuhada –insya Allah- yang gugur dalam pembantaian demonstrasi damai Mesir, begitu juga dengan diri As-Syahid Adil El-Enany, salah satu tokoh dan petinggi gerakan Jamaah Ikhwanul Muslimin dari Provinsi Tanta Garbiyah yang gugur syahid dalam pembantaian Rab’ah Al-Adawiyah. Ideologi perjuangan ini begitu kuat tertanam dalam dirinya, ia yakin perjuangannya tak akan sia-sia, karena tak akan sia-sia setetes keringat pun di jatuh di jalan kemuliaan Islam. Firasatnya sebagai seorang muslim pun sangat tajam membaca apa yang sedang terjadi di Mesir dan kemungkinan yang akan terjadi serta kemenangan yang akan diraihnya berupa syahid. Dan kalimat pertama yang diungkapkan oleh As-Syahid setelah terjadinya kudeta Militer pada tanggal 3 Juli 2013 adalah “inilah yang sedang terjadi menimpa kita. Bukankah ini kehendak ilahi? katakanlah sekali-sekali tidak akan menimpa kami, kecuali apa-apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan kami.”
Menurut putranya yang ikut bertahan dalam demonstrasi Rabiah El-Adaweah, sepekan sebelum ayahnya gugur syahid, tepatnya pada hari Rabu 7 Agustus, di malam hari raya, ia bersama ayahnya duduk berdiskusi tentang kemungkinan adanya pembubaran demonstrasi, apakah akan terjadi atau tidak, apakah militer akan menembak atau tidak. Saat itu ayahnya hanya menjawab dengan satu kalimat yang maknanya baru disadari oleh putranya setelah ayahnya gugur syahid. Kalimat tersebut adalah ungkapan firasat seorang mu'min, firasat seorang yang akan syahid. Sang ayah berkata, “jika mereka akan membubarkan demonstrasi, maka akan terjadi dalam tiga hari, dan jika mereka tidak membubarkan, maka hanya sepekan kita akan meraih kemenangan insya Allah. Maha suci Allah sepekan lagi dan saya akan syahid. Sepekan dan saya akan menang, dan kita akan tetap menang.”
Sungguh benar firasat laki-laki yang melewati dan menginfakkan seluruh hidupnya untuk perjuangan dakwah dan kemuliaan Islam ini, firasatnya akan meraih kemenangan gugur syahid pun benar. Sungguh benar Sabda Rasulullah: “Takutlah kamu dengan firasat seorang mukmin,sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.”
Kenangan Bersama As-Syahid
Salah satu kenangan dari keteladanan dan kemuliaan As-Syahid, yaitu kenangan yang dikisahkan oleh putri Syaikh Samih, yang juga ikut bertahan di Rab’ah.
“Saya masih ingat Ir. Adil El-Elnany saat saya pergi memeriksa di Rumah Sakit Thiba dan melakukan scaning di bagian punggung karena terjatuh di panggung sekolah. Saat itu As-Syahid bersama istri, putri dan keponakannya sedang berada di rumah sakit. Ketika mereka mengetahui bahwa saya putri Syaikh Samih, beliau lalu melayani kami. Saya merasa seakan ayah sedang ada bersama kami, hingga ia menolak jika ibuku yang menerima hasil radiographer. Beliau sendiri yang sendiri yang mengantarnya hingga ke depan pintu rumah. Ia juga senantiasa menyebut dan memuji ayahku, dan mengatakan, “salamku yang banyak kepada Syaikh Samih,” dan mengatakan, “ini sedikit yang kami bisa kerjakan kepada keluarga anda.” Kami pun banyak berterima kasih kepadanya lalu kami pulang. Beliau adalah laki-laki sejati di mana beliau tak meninggalkan kami padahal kami sudah terlambat, dan beliau melakukan apa yang menjadi ajaran agama dan tarbiyahnya. Allah merahmatimu wahai syaikh kami yang utama.”
Video gelombang manusia yang mengiringi jenazat As-Syahid Adil El-Enany
http://www.syuhadar4bia.com/
0 komentar:
Post a Comment